Chapter 4 - Difference

6.2K 989 293
                                    

Rasa lelah yang sejak kemarin menyelimuti (Y/n) kini telah menghilang. Hanya cukup tidur dalam waktu satu malam saja. Tentu saja gadis itu tidak bisa tertidur dengan nyenyak di kala Ujian Akhir berlangsung. Perasaan waspada kerap kali menghantui dirinya seiring waktu yang berjalan.

(Y/n) meregangkan otot-otot tubuhnya. Seperti kebiasaan seseorang ketika bangun tidur di pagi hari. Khusus untuk hari ini, (Y/n) tidak akan melakukan latihan apapun. Satu minggu penuh gadis itu terus menggenggam nichirin pemberian Asano itu. Ada baiknya ia jika beristirahat sejenak sampai nichirin-nya yang asli datang.

"(Y/n)-san, apakah tidurmu nyenyak?"

Pintu fusuma pun digeser. Kemudian, muncullah sosok yang selama ini (Y/n) ingin temui. "Ah, Asano-san! Tidurku benar-benar nyenyak semalam," jawabnya. Melihat Asano yang membawa nampan di tangan, (Y/n) kembali berujar, "Arigatou untuk sarapannya."

Anggukan kepala lelaki itu menjadi respon yang ia berikan. Kemudian, Asano meletakkan nampan berisi semangkuk nasi, tempura, dan sup miso.

"Makanlah, (Y/n)-san. Aku yakin kau pasti sudah merasa lapar," tutur Asano sambil tersenyum.

Seraya membalas senyuman lelaki itu, (Y/n) pun mengangguk. "Um. Pasti akan kuhabiskan."

"Baiklah. Aku pergi keluar dahulu sebentar. Ada hal yang ingin kulakukan," pamit lelaki bersurai hitam itu seraya bangkit berdiri.

(Y/n) mengangguk paham. "Hati-hati di jalan, Asano-san."

Ia pun keluar setelah menggeser pintu fusuma. Kini (Y/n) kembali tenggelam dalam kesendirian. Ia menatap ke arah mangkuknya yang berisi nasi tersisa setengahnya. Kemudian dialihkan ke arah lauk pauk yang tampak tinggal sedikit.

Helaan napas keluar dari bibirnya. (Y/n) kembali teringat dengan seseorang. Seseorang yang paling berharga baginya. Namun sayang, orang tersebut sudah lebih dahulu meninggalkannya. Juga menorehkan luka yang mendalam di lubuk hatinya.

Ah, sudahlah. (Y/n) menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin memikirkan hal tersebut lagi. Kembali ia menyantap sarapan buatan Asano. Yang entah mengapa terasa lebih enak di atas permukaan indra pengecapnya.

Rasa segar setelah mandi membuat (Y/n) merasa lebih baik. Ia memperhatikan penjuru isi kamarnya. Matanya bergulir pada sebuah nichirin pemberian Asano. Nichirin itu terletak di sudut kamarnya. (Y/n) bergerak mendekatinya. Lalu, mengambil dan memperhatikannya sejenak.

Nichirin itu tampak sangat tajam dan berwarna hitam. Ia sendiri tidak tahu apakah semua nichirin memang berwarna hitam atau tidak. Namun, satu hal yang (Y/n) tahu, setiap orang memiliki nichirin dengan warna yang berbeda. Seketika rasa penasaran menyelimuti (Y/n). Menerka-nerka bagaimana warna nichirin-nya nanti. Apakah akan berwarna hitam juga seperti milik Tanjirou?

(Y/n) kembali berpikir terlalu keras. Ia menggelengkan kepalanya lagi. Tidak ingin terlalu memusingkannya. Ia berniat pergi ke luar dan menikmati cuaca yang cerah. Sang jumantara bernuansa biru terbentang di atasnya. Dengan gumpalan awan yang yang berwarna putih pun menghiasi cakrawala.

Masih menatap ke arah yang sama, (Y/n) seketika memikirkan sesuatu. Memikirkan bagaimana rupa para Hashira nanti. Bukan melalui layar ponsel ataupun laptop-nya.

Seketika ia merasa ingin bertemu dengan mereka.

***

Tepat dua minggu sudah berlalu semenjak Ujian Akhir. Sejak beberapa saat yang lalu,  (Y/n) tengah menulis jurnal di kamarnya. Jurnal itu merupakan pemberian dari Asano. (Y/n)-lah yang memintanya dikarenakan ia memang terbiasa menulis sebuah jurnal. Baik itu di dunia nyata ataupun di sini. Untuk meneruskan hobinya itu, (Y/n) pun tetap menulis meskipun ia berada di dunia ini.

Tangannya menutup buku jurnal itu. Lalu buku itu (Y/n) letakkan di lemari pakaiannya. Ia menaruhnya di bagian yang paling dalam agar tidak ada orang lain yang dapat menemukannya.

Dilangkahkan kakinya ke luar kamar. Bergerak menuju halaman depan rumah. Niatnya (Y/n) ingin menyapu dedaunan kering yang berserakan di sana. Namun, niat itu ia urungkan karena gadis itu melihat seseorang tengah berlari ke arahnya.

"Apakah kau (F/n) (Y/n)?"

Pertanyaan itu dilontarkan olehnya ketika ia tiba di hadapan (Y/n). Sontak (Y/n) pun mengangguk. Memberitahukan bahwa ia memang orang yang dimaksud.

"Ya, itu aku," sahut (Y/n).

"Namaku Haganezuka Hotaru. Akulah orang yang membuatkan nichirin untukmu," jelasnya singkat.

Mendengar hal itu, (Y/n) pun langsung paham. "Ah, begitu. Silakan masuk, Haganezuka-san," ujarnya ramah sambil tersenyum.

Mereka pun masuk ke dalam rumah. Lalu, duduk di ruang tamu. Sangat tidak nyaman jika mereka berbicara di luar rumah. Asano rupanya berada di sana dan ikut duduk di sebelah (Y/n).

Haganezuka menyerahkan sebilah pedang di hadapan (Y/n). "Ini adalah nichirin-mu, (F/n)-san."

Dengan hati-hati, (Y/n) mengambilnya seraya mengucapkan terima kasih. Tangannya menarik keluar nichirin itu dari sarungnya. Seusai itu, rasa terkejut sontak meliputi dirinya.

Nichirin-nya berubah menjadi warna pelangi. Bukan pelangi yang tampak pekat. Warna pelangi itu terlihat samar.

Ternyata tidak berhenti di sana saja. Pada bagian bawahnya terdapat corak bintang-bintang berwarna putih. Yang menambah keindahan nichirin itu.

(Y/n) terlalu terkejut sehingga ia tidak dapat berkata-kata. Dirinya hanya bisa menatap nichirin di tangannya itu.

"Ini adalah pertama kalinya aku melihat seorang pemburu iblis dengan nichirin berwarna pelangi. Lalu, nichirin-mu juga langsung berubah ke tahap kedua. Itu sangat mengejutkan," ujar Haganezuka tiba-tiba.

Yang membuat nichirin-nya saja terkejut, bagaimana dengan (Y/n) yang akan memakainya?

"Sekali lagi terima kasih, Haganezuka-san." (Y/n) membungkuk sopan.

"Tidak masalah (F/n)-san. Aku senang bisa melihat perubahan warna nichirin-mu itu."

Sekali lagi, (Y/n) menatap nichirin di tangannya itu. Gadis itu ingin memastikan jika nichirin-nya itu benar-benar berwarna pelangi dengan corak bintang bernuansa putih pada bagian bawahnya.

"Kalau begitu, aku permisi dulu, (F/n)-san." Haganezuka pamit undur diri.

Sontak (Y/n) mengangguk. Setelahnya, Haganezuka berlalu dari hadapan (Y/n). Selepas kepergian lelaki itu, ia menoleh ke arah Asano yang sejak tadi hanya diam saja.

"Asano-san." Setelah dipanggil, Asano baru menoleh padanya. "Apakah kau pernah lihat nichirin berwarna pelangi sebelumnya?" tanya (Y/n).

"Belum pernah. Hanya kau yang pertama kali memiliki nichirin dengan warna pelangi seperti itu. Ditambah dengan langsung memasuki tahap kedua," jawabnya.

"Apakah ini pertanda baik?" (Y/n) kembali bertanya kepada dirinya sendiri. Berbagai pikiran negatif memenuhi isi kepalanya.

Asano yang mendengarnya pun langsung membantahnya. "Selama kau yang memegangnya, aku yakin itu adalah pertanda yang baik." Lelaki itu tersenyum pada (Y/n).

"Ya. Semoga saja benar demikian."

***

First published :: September 6th, 2020
Revised :: January 17th, 2022

ON REVISION ━━ # . 'Unexpected ✧ Kimetsu no YaibaWhere stories live. Discover now