Chapter 1 - Started

14.7K 1.2K 634
                                    

Rasa malas menyelimuti gadis itu yang tengah berbaring di atas tempat tidur di dalam kamarnya yang cukup luas. Poster-poster anime terpasang pada dinding kamar. Jujur saja, ia memang sangat menyukai anime. Meskipun terkadang dirinya kerap kali diomeli oleh ayahnya sendiri karena ia terlalu menyukainya. Walaupun demikian, tidak ada siapapun yang bisa menghentikan dirinya sendiri untuk berhenti menyukai anime, termasuk orang tuanya sendiri.

Tangannya bergerak mencari ponsel miliknya. Bermaksud untuk mengecek pukul berapa saat ini dikarenakan baterai jam dinding di kamarnya belum sempat diganti. Benda pipih bernuansa putih itu bergetar kala gadis itu menemukannya. Matanya bergulir melihat nama yang tertera di sana. Tou-san.

"Ada apa Tou-san meneleponku?" Gadis itu berbicara kepada orang yang merupakan ayahnya itu.

"(Y/n), temui Tou-san di aula. Kita harus latihan sekarang," ucap ayahnya singkat dari seberang sana. Lalu, pria paruh baya itu memutuskan panggilan telepon tersebut.

(Y/n)—gadis yang sejak tadi menjadi sosok yang dijelaskan di narasi—hanya bisa menghela napas. Latihan yang ayahnya maksud ialah latihan anggar. Latihan itu sudah menjadi tradisi turun-temurun di keluarganya. Tentu saja, dengan terpaksa, ia pun ikut terseret ke dalam dunia itu.

Sesampainya di aula, ayahnya memberikan (Y/n) perlengkapan untuk bermain anggar. Juga tiga buah senjata yang ia sendiri lupa nama-namanya. Gadis itu segera memakainya dan bersiap untuk melawan ayahnya sendiri.

Seusai masing-masing dari mereka sudah memakai semua perlengkapannya, mereka pun mulai berlatih.

***

Napas yang panjang ia tarik. Rasanya sangat lelah setelah selesai berlatih. (Y/n) meneguk air dari gelas yang dibawakan oleh salah satu pelayan rumahnya. Ayahnya pun terlihat lelah. Maklum saja, usianya sudah tidak muda lagi.

"Kau semakin mahir, (Y/n). Tidak sia-sia selama ini Tou-san melatihmu," ujarnya di kala (Y/n) masih sibuk meneguk air. Memberikan rasa segar di dalam kerongkongannya.

Mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya, kekehan pun keluar dari bibir (Y/n). "Ya. Mungkin itu karena umur Tou-san yang sudah tidak muda lagi," sahutnya disisipkan sebuah candaan.

Ayahnya pun tertawa mendengarnya. "Umur Tou-san sudah empat puluh delapan tahun dan kau tahu itu."

Sebuah senyuman (Y/n) lemparkan ke arah pria paruh baya yang sangat ia sayangi itu. "Lebih baik Tou-san istirahat. Aku tidak ingin Tou-san sakit-sakitan di usiamu yang sudah tidak muda lagi. Aku pun akan kembali ke kamarku."

Setelah mengatakan rentetan kalimat itu, (Y/n) berlalu ke kamarnya. Meninggalkan ayahnya di belakang sana dengan sebuah senyuman yang tidak dapat gadis itu lihat.

***

Selama ini, (Y/n) selalu hidup dengan kecukupan. Orang tuanya menyayanginya. Walaupun mereka sangat sibuk, mereka tetap menyempatkan waktu untuk (Y/n).

Ayahnya yang merupakan seorang direktur perusahaan dan ibunya seorang desainer terkenal membuat hidup keluarga (F/n) tersebut lebih dari cukup. Tetapi, walaupun mereka hidup dalam kemakmuran dengan harta yang takkan habis dalam kurun waktu dekat, kedua orang tuanya tidak pernah mengajarkan (Y/n) untuk bersikap angkuh. Terlebih ayahnya. Beliau selalu mengatakan pada putrinya bahwa ia harus menjadi seseorang yang rendah hati. Orang tuanya pun selalu bertindak demikian. Mereka tanpa rasa sungkan selalu menolong orang lain yang sedang dalam masa kesulitan.

Hidup seperti roda. Terkadang dirinya bisa berada di atas, juga di bawah. Tidak ada yang tahu kapan hal itu akan terjadi. Bisa saja di esok hari, lusa, atau bahkan saat ini juga. Oleh karena itu, sebisa mungkin (Y/n) menebar kebaikan di manapun ia berada. Bukan dengan tujuan agar ia mendapatkan imbalan. Melainkan supaya orang-orang bisa merasakan kebaikannya.

ON REVISION ━━ # . 'Unexpected ✧ Kimetsu no YaibaWhere stories live. Discover now