Chapter 16 - An Objective

3.5K 631 44
                                    

Langit senja telah berubah menjadi malam. Tandanya tugas matahari telah usai dan digantikan oleh bulan yang memantulkan cahayanya. Bulan purnama itu terlihat indah di langit yang gelap. Ditemani bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit sana.

Namun, keindahan tersebut tidak dapat dinikmati oleh seorang lelaki dan gadis itu. Peluh mengalir dari kening mereka hingga menuruni dagu. Napas mereka terdengar berat dan terengah-engah. Rasa letih tidak dapat mereka pungkiri saat ini.

Sekali lagi, (Y/n) mengayunkan nichirin-nya kuat-kuat. Berharap dapat menebas leher sang iblis di hadapannya. Namun nihil, hasilnya tetap sama seperti sebelumnya. Regenerasi iblis itu terlalu cepat meskipun (Y/n) telah menggunakan jurusnya agar dapat memperlambatnya. Walau hanya sedikit saja.

Gadis itu pun ambruk. Ia bertopang pada nichirin yang ditancapkannya di atas tanah. Tenaganya telah habis. Bernapas yang seharusnya mudah untuk dilakukan kini terasa sungguh sulit.

"Tomioka-san..." panggil (Y/n) pelan.

Merasa dipanggil, Giyuu pun menoleh. Sirat khawatir tampak sekilas di atas permukaan manik biru samudra itu. Meskipun wajahnya selalu terlihat datar.

Dengan kesulitan yang tampak kentara, netra (Y/n) menyorot ke arah Giyuu. "Sisanya kuserahkan padamu. Menangkanlah."

Seusai mengatakan empat kata itu, (Y/n) ambruk di tempatnya. Belum sepenuhnya gadis itu tak sadarkan diri. Namun, seketika pandangannya mulai memburam. Siluet Giyuu yang tengah menerjang ke arah iblis itu terlihat samar. Dengan sekali ayunan kuat dari nichirin-nya, iblis itu pun berhasil dikalahkan.

Mendapati Giyuu yang sudah menghabisi nyawa iblis itu, seketika (Y/n) tersadar akan suatu hal. Akan dirinya yang lemah. Diakui saja, (Y/n) benci hal itu. Rasa lemah membuat orang lain ingin melindungi dirinya. Sementara itu, ia sendiri tidak ingin dilindungi oleh orang lain. (Y/n) tahu, kondisi tubuhnya mulai memburuk. Panca indranya mulai tidak berfungsi dengan baik. Kekuatan ayunan nichirin-nya perlahan menurun. Yang paling fatal, ia selalu merasa sesak setiap kali mengayunkan nichirin-nya dengan sekuat tenaga.

Ingin sekali rasanya gadis itu berteriak untuk melampiaskan rasa sakitnya ini. Namun, ia lebih memilih untuk diam dan tidak mengatakan apa-apa. Hanya Asano seorang yang paling mengetahui tentang hal ini.

"(F/n)!"

Baru sadar akan keberadaan (Y/n), Giyuu pun mendekat ke arahnya yang tampak lemah. Rasa panas tersebar di seluruh permukaan epidermisnya. Bahkan lebih panas dari orang yang demam. Wajahnya pun pucat pasi. Bibirnya kering seperti orang dehidrasi.

Dengan cekatan, Giyuu mengangkat (Y/n) dan meletakkannya dengan hati-hati di atas punggungnya. Lelaki itu berlari melewati pepohonan lebat. Sambil berharap agar gadis yang berada di punggungnya itu baik-baik saja.

***

"Apakah ia baik-baik saja?"

Selimut yang menutupi tubuh (Y/n) pun ditarik hingga ke lehernya. Kemudian, ia menoleh ke arah lelaki bersurai hitam di sisinya itu.

"Ia baik-baik saja. Hanya saja kondisi tubuhnya terasa ganjil. Seperti ada sesuatu yang diam di dalam dirinya dan memaksa untuk keluar," jawab Shinobu seraya menatap (Y/n) yang masih tertidur. Napasnya sudah lebih teratur dan suhu tubuhnya pun telah menurun.

Penjelasan Shinobu itu sempat membuat Giyuu tertegun. Ia tidak begitu paham dengan keadaan (Y/n). Belakangan ini, gadis itu dilarang mengerjakan misi oleh Kagaya. Tetapi tiba-tiba ia diperbolehkan mengerjakan misi beberapa hari kemudian. Apakah gadis itu yang memintanya sendiri?

"Aku akan membuat obat dahulu. Tolong jaga (Y/n)-chan sebentar, Tomioka-san." Setelah mengatakan itu, Shinobu berlalu. Meninggalkan Giyuu dan (Y/n) yang masih tertidur.

Helaan napas terdengar dari arah Giyuu. Dua minggu yang lalu, kondisi (Y/n) juga seperti ini. Itu terjadi saat ia menyelesaikan sebuah misi dengan Muichirou. Namun, siapa sangka jika hal ini terjadi lagi? Bahkan saat ini kondisi tubuhnya bisa dikatakan lebih parah dari sebelumnya.

"Apa yang sebenarnya kau sembunyikan, (F/n)?"

***

Gelap.

Tidak ada cahaya sama sekali. Tidak ada siapapun di sana. Hanya ada gadis itu seorang diri di dalam kegelapan yang menyelimuti. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Yang ia ketahui hanyalah kegelapan yang tidak ada ujungnya.

Seberkas cahaya muncul di depannya. Sungguh terang di dalam kegelapan itu. Beberapa puluh langkah di sana. Membangkitkan harapannya yang semula telah lenyap tak bersisa. Gadis itu berlari sekuat tenaga, berusaha menggapai cahaya tersebut. Harapannya.

Napasnya tercekat. Setiap tarikan napas yang dilakukan membuatnya mengernyit menahan rasa sakit di dalam dada. Seketika tubuhnya terjatuh. Rasa dingin menjalar di sekujur tubuhnya. Netranta pun perlahan-lahan mulai menutup, meskipun ia mati-matian menahannya agar tetap terbuka.

"Selamat tidur, (Y/n)."

Suara seorang wanita yang lembut  terdengar di telinganya sesaat sebelum semuanya benar-benar gelap. Ia tidak tahu milik siapa suara itu. Suara yang misterius, namun cukup membuatnya tenang.

***

Pandangan Giyuu tidak pernah lepas dari gadis yang masih tertidur di hadapannya. Meskipun rasa kantuk menyergapnya beberapa kali, namun dengan cepat ia mengusirnya. Memilih untuk tetap terjaga dari rasa kantuknya dan menjaga (Y/n) semalaman. Entah mengapa Giyuu melakukannya, namun lelaki itu sadar dengan sepenuhnya ketika ia melakukan hal tersebut.

Beberapa saat yang lalu, Shinobu telah kembali. Ia membawa obat untuk (Y/n) agar diminum saat gadis itu bangun. Walaupun ia sendiri tidak tahu kapan (Y/n) akan bangun.

Suara pintu kayu di belakang Giyuu yang digeser membuat atensi lelaki itu teralihkan ke sana. Memperlihatkan sosok lelaki bernetra mint yang menatap ke arah dirinya. Ia melangkah masuk ke dalam, mengabaikan tatapan penuh tanda tanya dari Giyuu. Fokusnya hanya tertuju ke arah gadis yang terlelap itu.

"Apa yang kau lakukan di sini, Tokito?"

Diam adalah hal yang Muichirou lakukan. Pertanyaan Giyuu pun tak ia gubris. Ia hanya fokis mengganti bunga yang sudah layu yang berada di dalam vas dengan yang baru.

"Aku datang untuk mengunjungi (Y/n). Tetapi, sepertinya ia belum sadar."

Keduanya seketika menatap bersamaan ke arah gadis yang masih tertidur itu. Masih belum ada tanda-tanda (Y/n) akan bangun dalam waktu dekat, meskipun keduanya mengharapkan gadis itu kembali sadar.

Keheningan mengambil alih beberapa saat. Membiarkan kedua lelaki itu larut dalam buananya masing-masing.

"Apa kali ini kau juga gagal menyelamatkannya?"

Suara Muichirou yang memecahkan keheningan membuat Giyuu menatap ke arahnya. Pertanyaan yang dilontarkan oleh Muichirou sempat membuatnya tersentak.

"Juga? Dengan siapa?" Giyuu bertanya balik dengan keheranan yang menyelimuti dirinya.

"Aku." Muichirou menatap ke arah lain, menerawang. "Aku memang tidak mengatakannya kepada siapapun, kecuali pada (Y/n) dan Kochou. Meskipun (Y/n) berkata bahwa dirinya baik-baik saja, tetap saja aku tidak merasa demikian."

"Aku paham maksudmu."

Tatapan Muichirou sontak beralih ke arah Giyuu. Manik biru samudranya itu menatap balik ke arah manik berwarna mint di hadapannya.

"Aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Sepertinya kita berdua memang merasakan hal yang sama," lanjut Giyuu. Ia termenung sejenak. Tampak memikirkan sesuatu.

Saat itu juga, mereka tahu bahwa tujuan mereka sama. Tujuan yang meskipun pasti akan ditolak oleh gadis itu. Yang pastinya tidak akan disetujui olehnya; yaitu melindungi (Y/n).

***

First published :: October 28th, 2020
Revised :: March 10th, 2022

ON REVISION ━━ # . 'Unexpected ✧ Kimetsu no YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang