Chapter 45 - Gorgeous

1.9K 373 230
                                    

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat. (Y/n) dan Sanemi sudah mengelilingi seluruh tempat di desa itu. Mencari jepitan rambut baru, tusuk konde, haori baru. Semua itu sudah mereka lakukan meskipun (Y/n)-lah yang memaksa Sanemi untuk ikut dengannya.

Sanemi sendiri hanya mengikuti ke manapun gadis itu pergi. Meskipun wajahnya terlihat bosan, tetapi ia cukup menikmatinya. Berjalan-jalan bersama dengan gadis itu terasa menyenangkan. Walaupun begitu, ia tidak menunjukkannya di depan (Y/n).

"Ini cantik, bukan?"

Suara feminin milik gadis itu membuyarkan lamunan Sanemi. Pandangan lelaki itu tertuju pada jepitan rambut di tangan (Y/n). Entah sudah berapa banyak jepitan rambut yang ia tunjukkan padanya.

Sanemi menjawab, "Cantik."

Sambil mengatakan satu kata itu, ia tidak menatap pada jepitan rambut di tangan (Y/n). Tetapi, ia menatap tepat pada wajah rupawan milik gadis itu. Sayangnya, (Y/n) tidak menyadarinya. Ia hanya langsung membeli jepitan rambut tersebut.

Ketika (Y/n) hendak mengeluarkan selembar uang, Sanemi menahan tangannya. (Y/n) menatapnya bingung. Namun, ketika Sanemi mengeluarkan uang dan memberikannya kepada penjual itu, ia pun menyadarinya.

"Mengapa kau yang membayarnya?" tanya (Y/n) ketika mereka keluar dari toko itu.

"U-Uangku hanya terlalu banyak! Jadi, aku membelikannya untukmu! Jangan terlalu percaya diri!" tukas Sanemi sambil memalingkan wajahnya yang mulai memerah.

"Jadi, kau orang kaya?!" tanya (Y/n) kaget.

"Tidak, Bodoh."

"Eh?"

Melihat Sanemi yang sudah tidak ingin membahas hal ini, (Y/n) pun tidak bertanya apa-apa lagi. Ia jadi bertanya-tanya dalam benaknya.

"Terima kasih, Shinazugawa-san."

Sanemi menoleh pada gadis itu. Di wajahnya, terpatri sebuah senyuman. Senyuman indah milik gadis itu yang ditunjukkan padanya. Hanya untuk dirinya.

"Ya."

***

"Ah, lelahnya..."

(Y/n) menatap ke atas. Ke arah langit berwarna jingga sebagai latar dari kumpulan awan berwarna putih. Ia meluruskan kedua kakinya di atas rumput. Di sampingnya, Sanemi sedang duduk bersila. Pandangannya hanya lurus ke depan. Tidak menatap apapun.

"Shinazugawa-san."

"Apa?"

"Apakah kau pernah melihat matahari terbenam?" tanya (Y/n) masih sambil menatap langit yang terbentang di atas mereka.

"Pernah. Sekali. Untuk apa kau menanyakan hal itu?" Perkataannya yang menusuk kini terucap lagi. Tepat di hadapan (Y/n).

"Hanya bertanya saja. Aku hanya ingin tahu," jawab (Y/n) sabar.

Sanemi hanya mendecih lalu ia pun terdiam. (Y/n) pun ikut terdiam. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga tiba-tiba (Y/n) berniat bangkit berdiri.

Karena tidak hati-hati, kaki kanan milik (Y/n) tak sengaja menginjak geta kaki kirinya. Membuat dirinya kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh jika tubuh penuh luka itu tidak menahannya.

Dengan cekatan, sebelum (Y/n) terjatuh ke atas tanah, Sanemi lebih dulu berinisiatif. Ia menjadikan tubuhnya sebagai penopang agar gadis itu tidak terjatuh dan mencium rerumputan yang mereka injak.

Secara tidak sengaja, tusuk konde yang menahan rambut (Y/n) terlepas begitu saja karena goncangan yang berasal dari dirinya saat menubruk dada bidang milik Sanemi. Yang menghasilkan surai panjang berwarna (h/c) itu tergerai bebas. Tertiup oleh angin yang berhembus pelan.

Mereka diam dalam posisi itu selama beberapa saat. Sampai saat (Y/n) ingin melepaskan diri, Sanemi menahannya. Tangan lelaki itu ia letakkan di atas punggung (Y/n). Membuat (Y/n) semakin merapat padanya.

"Shinazugawa...-san?"

Karena bingung atas tindakan Sanemi, (Y/n) hanya memanggil nama marga lelaki itu. Ia tidak tahu harus berkata apa.

"Mulai sekarang, panggil aku Sanemi."

Perintah yang secara tak langsung itu terucap keluar dari bibir lelaki itu. Menyuruh gadis yang berada di pelukannya untuk memanggil dirinya dengan namanya, bukan dengan nama keluarganya lagi.

"Mengapa aku harus memanggilmu begitu?" tanya (Y/n). Sifat Sanemi yang selalu bertanya balik saat seseorang mengatakan sesuatu padanya. Sepertinya, sifat itu ikut menular pada (Y/n).

Sanemi hanya diam. Jujur saja, ia tidak punya jawaban atas pertanyaan itu. Ia hanya mengikuti kata hatinya. Hatinya ingin gadis itu memanggil dirinya dengan namanya. Itu saja. Sederhana, bukan?

"Sanemi-san, tolong lepaskan aku."

Mendengar sebuah kalimat datar dan dingin yang keluar dari mulut (Y/n), Sanemi pun bertindak tanpa berpikir dua kali. Ia melepaskan (Y/n) yang sebelumnya berada di dalam pelukannya.

Setelah mereka berpisah, kini Sanemi dapat melihat dengan jelas wajah (Y/n) yang dibingkai dengan anak rambut di sekeliling wajahnya. Juga surai (h/c)nya yang sangat indah terurai di balik punggungnya. Selama ini, Sanemi tidak pernah melihat wajah gadis itu dengan rambut yang terurai. Ia selalu mengonde rambutnya memakai tusuk konde dengan hiasan yang sama. Jadi, saat ia melihat (Y/n) seperti itu, ia merasa... terpesona akan kecantikannya yang semakin terlihat.

"Mengapa kau melihatku begitu?" tanya (Y/n) ketika ia menyadari Sanemi terus menatapnya.

Karena tertangkap basah dirinya terus memandangi (Y/n), Sanemi pun mengalihkan pandangannya. Setidaknya kini ia merasa bangga karena dirinya adalah orang yang pertama kali melihat (Y/n) dengan surai (h/c) yang terurai. Menurutnya begitu.

(Y/n) berlutut dan mengambil tusuk konde miliknya. Ia menatap sedih tusuk konde favoritnya itu yang kini terbelah menjadi dua bagian. Padahal ia yakin benda kesayangan yang selalu ada di kepalanya itu tidak terjatuh terlalu keras. Bahkan benda itu terjatuh di atas rumput. Ia jadi memikirkan apa penyebabnya.

Sebuah tangan terulur di depan wajah (Y/n). Ia mengalihkan tatapannya ke sebuah tusuk konde di atas tangan itu. Tusuk konde itu memiliki hiasan berupa bintang dengan berbagai ukuran. Ada yang besar, sedang, dan kecil. Bintang itu sendiri berwarna violet.

"Untukmu."

(Y/n) mendongak dan menatap pada Sanemi. Lelaki itu sendiri tidak menatap padanya. Jika diperhatikan, ada rona merah yang samar berada di pipinya.

"Benarkah? Terima kasih, Sanemi-san!"

Perlahan, (Y/n) mengambil tusuk konde baru itu dari tangan Sanemi. Ia tersenyum memperhatikan betapa cantik benda itu di atas tangannya. Seusai puas memandanginya, (Y/n) pun segera memakainya. Dengan cekatan, ia menggulung rambutnya lalu menusuknya dengan tusuk konde pemberian Sanemi. Penampilannya terlihat berbeda dengan tusuk konde baru itu.

"Mari kita pulang!" seru (Y/n) bersemangat. Entah apa yang membuatnya sesemangat itu.

Sanemi hanya mengikuti langkah gadis itu. Lagi-lagi, sebuah senyuman samar terbentuk di bibirnya. Ia cukup merasa senang karena gadis itu terlihat bahagia dengan tusuk konde pemberiannya. Tusuk konde itu tak sengaja ia temukan di toko yang sama dengan toko tempat (Y/n) membeli hiasan rambut. Ia pun sengaja membayar hiasan rambut itu untuk (Y/n) agar gadis itu tidak mengetahui apa yang Sanemi beli.

Dan, tadi adalah saat yang tepat untuk memberikannya. Sepertinya Kami-sama sedang baik padanya. Membiarkan keberuntungan terus menghampirinya.

Sanemi merasa senang karena ia bisa melihat surai (h/c) milik (Y/n). Surai indah milik gadis yang ia suka.

***

ON REVISION ━━ # . 'Unexpected ✧ Kimetsu no YaibaWhere stories live. Discover now