Chapter 60 - Her Plan

1.3K 274 72
                                    

Cahaya yang menyilaukan mata muncul di hadapan (Y/n). Karena terlalu terang, ia tidak dapat melihat apa yang ada di depannya. Semuanya berwarna sama, yaitu putih.

Seusai cahaya itu mulai meredup, (Y/n) mengejarnya dengan sekuat tenaga. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan lagi selain mengejar cahaya itu yang kian menjauh dari dirinya.

Tangannya berusaha meraihnya. Menggapainya sebisa mungkin. Tetapi ia terus saja gagal. (Y/n) mempercepat larinya. Mengejar cahaya yang perlahan meredup itu.

Ketika ia berhasil mencapainya, gadis itu pun menghilang di balik cahaya itu.

***

"OI, (Y/N)!"

Seruan itu mengejutkan (Y/n). Gadis itu tiba-tiba tersadar. Ia celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri. Namun pandangannya tertuju pada Giyuu yang memanggilnya sejak tadi.

"Y-Ya?" sahut (Y/n) dilanda kebingungan.

Ah, apakah dirinya sudah kembali ke dunia ini? Sepertinya cahaya tadi menelan dirinya dan membawanya lagi ke sini. Dalam hati, (Y/n) bersyukur hingga hampir menangis. Ia menghela napas lega melalui bibirnya.

"Tolong ikuti Murata dan rawatlah luka Tanjirou! Hanya kau yang bisa menyembuhkannya!" seru Giyuu di tengah pertarungannya dengan Muzan.

Suara Giyuu kembali menyadarkan dirinya. Seketika (Y/n) merasa bimbang. Di satu sisi ia harus menyelamatkan Tanjirou. Sementara di sisi lain, ia tidak bisa membiarkan para Hashira yang lain bertarung sendirian. Ia tidak ingin gagal menyelamatkan siapapun.

"(Y/n), percayalah pada kami. Kami pasti akan memenangkan pertarungan ini," ujar Giyuu berusaha meyakinkan (Y/n). Ia bekata demikian sebab matanya menangkap sirat khawatir di netra milik gadis itu. Sesaat kemudian, (Y/n) pun mengangguk paham. Ia harus percaya. Harus.

Akhirnya, (Y/n) bergerak mengikuti perkataan Giyuu dengan perasaan yang sedikit lebih yakin. Rasa khawatir memang masih ada. Tetapi, (Y/n) berusaha untuk menutupinya. Ia harus yakin dengan teman-temannya itu.

"Baiklah."

Gadis itu segera berlari ke arah Murata yang mulai menjauh sambil membawa Tanjirou di punggungnya. Mereka berhenti di sebuah tempat yang berada tak jauh dari sana. Banyak reruntuhan bangunan di tempat itu sebagai dampak dari pertarungan.

Kemudian, tubuh Tanjirou diletakkan ke atas permukaan tanah yang datar oleh Murata. Lelaki itu terlihat panik. Ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Namun, (Y/n) pun menghampirinya.

"Murata-san."

Yang dipanggil berjengit kaget. Ia menatap tepat ke arah manik (e/c) itu.

"Biar aku yang menyembuhkan Tanjirou," ujar (Y/n) dengan wajah serius.

"B-Baik," Murata menyingkir ke samping. Memberikan ruang pada (Y/n) agar ia bisa dengan leluasa menyembuhkan Tanjirou.

Semaksimal mungkin, (Y/n) berusaha untuk tidak mengambil darah Muzan. Setelah ia yakin, gadis itu mulai menyembuhkan Tanjirou. Tindakannya harus lebih cepat. Para Hashira sedang bertarung saat ini. Juga, gadis itu sudah tahu apa yang akan terjadi di depan sana. Ia tidak boleh membiarkan hal itu terwujudkan.

Dari balik punggung (Y/n), Murata terlihat terkejut dan kagum dengan apa yang (Y/n) lakukan pada Tanjirou. Luka-luka milik Tanjirou perlahan mulai sembuh. Bahkan luka di wajahnya yang sangat parah pun mulai sembuh secara perlahan.

"Aku tidak tahu jika (Y/n)-sama bisa melakukan hal seperti ini," komentar Murata setengah terkejut dan setengah kagum.

(Y/n) hanya bisa terkekeh kikuk. Memang kalian saja yang tidak diberitahu, pikirnya.

Beberapa saat kemudian, semua luka di tubuh Tanjirou telah sembuh. Namun, napas (Y/n) terengah-engah setelah menyembuhkan Tanjirou. Ia berusaha menarik napas sepanjang dan sebanyak mungkin. Akan tetapi, malah rasa sesak yang kian terus mencekik dadanya.

"(Y/n)-sama, kau berdarah!" seru Murata panik.

Rasa hangat menjalar di sekitar perut (Y/n). Dengan hati-hati, gadis itu meraba bagian perutnya yang diperban. Cairan berwarna merah berada di telapak tangannya setelah ia meraba perutnya sendiri. (Y/n) hanya bisa terdiam. Meskipun ia terluka sangat parah, ia tidak boleh beristirahat saat ini. Tujuannya tidak akan tercapai jika ia berhenti sekarang.

"Apakah kau ingin mengganti perbannya?!" seru Murata sambil menoleh ke sana dan kemari. Mencari sesuatu yang bisa ia gunakan.

"Tidak apa-apa, Murata-san." Gadis itu bangkit berdiri. Mengabaikan luka di perutnya. Mengabaikan rasa sakitnya.

"Tolong jaga Tanjirou. Tunggu sampai ia bangun. Aku pergi dulu," pesan (Y/n) sebelum berlari kembali ke arah yang sama dengan arah ia datang.

Tangan kanan (Y/n) menekan luka di perutnya. Rintih kesakitan keluar dari bibirnya. Sepertinya luka saat melawan Kokushibou terbuka lagi. Namun ia tidak bisa mengurus lukanya sekarang. Masih ada hal lebih penting yang harus ia lakukan.

Setibanya di tempat pertarungan tadi, dengan napasnya yang terengah-engah, (Y/n) melihat Muzan dengan banyak tentakel yang muncul di tubuhnya. Dirinya bahkan tidak sempat untuk merasa terkejut. Ia mulai mengatur napasnya sebentar sebelum melancarkan aksinya.

"Hoshi no Kokyu: Shi no Kata: Yozora wa Hoshi de Ippaidesu!"

Sebuah setengah lingkaran melindungi (Y/n), para Hashira serta Kazuo. Lingkaran itu melindungi mereka dari tentakel-tentakel Muzan yang menyerang mereka. Untuk sesaat, (Y/n) menghela napas lega.

"(Y/n)-chan, apa kau baik-baik saja?" tanya Shinobu khawatir. Ia langsung mendekati (Y/n) yang mulai limbung.

"Tenang saja, Shinobu-san. Aku baik-baik saja," jawab (Y/n) pelan. Ia menatap pada manik ungu milik Shinobu.

Untuk beberapa saat, (Y/n) berdiri sambil menopang tubuhnya dengan nichirin yang ia tancapkan ke atas tanah. Ia menatap pada para Hashira serta Kazuo.

"Minna-san, kalian istirahat dulu saja. Maaf, aku tak bisa menyembuhkan luka kalian saat ini," ujar (Y/n) dengan pandangan sendu dan senyuman terbaiknya.

"Oi, (Y/n). Apa yang akan kau lakukan?" Sanemi tersadar lebih dulu dengan perkataan (Y/n) barusan.

Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah Sanemi. Ia diam sambil menatap lelaki itu. Tanpa menjawab, (Y/n) membalikkan tubuhnya. Memberikan punggungnya ke arah mereka.

"(Y/n)-chan, jangan-jangan... kau akan melawan Muzan seorang diri?" tanya Mitsuri. Ia memikirkan kemungkinan terburuk yang akan (Y/n) lakukan sekarang.

(Y/n) menoleh, melempar senyumannya ke arah mereka, lalu keluar dari sana. Seruan para Hashira dan Kazuo terdengar di belakangnya. Namun, ia mengabaikannya. Sudah cukup dengan apa yang telah mereka alami. Kini saatnya (Y/n) yang melanjutkan usaha mereka.

"Oh, kau cukup berani melawanku sendiri, (Y/n)," ujar Muzan di saat (Y/n) berdiri berhadapan dengannya. Hanya gadis itu seorang diri.

"Diamlah, Muzan." Aura yang dikeluarkan gadis itu mulai terasa gelap dan suram. Tidak ada lagi senyum di wajahnya. Ia terlihat menakutkan saat ini.

"Kau gadis yang sangat baik, (Y/n)," ucapnya lagi.

(Y/n) mengabaikan Muzan sepenuhnya. Ia memasang kuda-kudanya.

"Dengan luka separah itu, kau masih yakin bisa mengalahkanku sendirian?" Muzan menatap remeh gadis itu.

Yang ditatap remeh olehnya hanya diam tanpa memberikan celah pada kuda-kudanya. Ia menengadah, menatap tepat pada Muzan. Seringaian di wajah (Y/n) kini terlihat dengan jelas.

"Bersiaplah, Kibutsuji Muzan. Neraka telah menunggumu."

***

ON REVISION ━━ # . 'Unexpected ✧ Kimetsu no YaibaWhere stories live. Discover now