Chapter 51 - Not So Bad

1.5K 305 52
                                    

Ketika matahari sudah berada di ufuk barat, itulah tanda hari telah usai. Para pekerja kembali ke rumah mereka masing-masing. Para pedagang membereskan barang dagangannya dan menutup toko mereka, lalu kembali ke rumah. Ya, itulah rutinitas yang dijalankan oleh penduduk di sana.

Namun, hal itu tidak berlaku saat ini.

(Y/n) dan Shinobu, si Hashira Serangga, sedang duduk di teras rumah kediaman Shinobu. Lebih tepatnya di Kediaman Kupu-kupu. Banyak kupu-kupu yang berterbangan ke sana dan ke mari. Mengepakkan sayap mereka yang indah untuk dipandang walaupun sayap itu sangatlah rapuh.

"Jadi, aku akan mati nanti?"

Pertanyaan itu masuk ke dalam telinga (Y/n). Diproses oleh gendang telinga, tulang pendengaran, dan koklea atau rumah siput sebelum diteruskan ke otak oleh syaraf pendengaran. Yang kemudian diartikan sebagai suara oleh otak.

"Benar."

Shinobu hanya diam. Ia sudah menduga rencananya untuk membiarkan dirinya menjadi 'makanan' untuk Douma akan membuatnya kehilangan nyawa. Namun, hanya itulah satu-satunya rencana yang ia pikirkan. Lagi pula, dirinya pun sudah merasa siap. Ia sudah siap untuk membalaskan dendam kakaknya, Kochou Kanae.

"Aku tahu kau sudah punya rencana yang sudah kau beritahu pada Kanao. Tetapi, rencana itu tidak perlu kau laksanakan, Shinobu-san," ujar (Y/n) sambil menatap hangat pada gadis di sampingnya itu.

"Apa maksudmu, (Y/n)-chan?" tanyanya kebingungan.

"Aku akan memberitahumu sesuatu," balasnya misterius.

***

Keesokan harinya, tepatnya di malam hari, (Y/n) tidak hanya berdiam diri di rumahnya. Ia sedang berniat untuk mengunjungi seseorang yang sangat penting. Seseorang yang sangat berpengaruh dalam penyerangan melawan Kibutsuji Muzan nanti.

(Y/n) pun akhirnya tiba di sebuah rumah. Bangunannya terlihat tidak terawat dari luar. Dindingnya mulai mengelupas dan sangat rapuh. Yang membuat (Y/n) yakin rumah di hadapannya itu bisa runtuh kapan saja.

Setelah puas memandangi rumah tak terawat itu, gadis itu melangkah mendekati pintu utama rumah itu. Ia berniat mengetuknya ketika pintu itu dibuka dari dalam dan menampakkan wajah seorang lelaki.

"Siapa kau? Bagaimana kau bisa ada di sini?"

Dari nadanya yang terdengar tak ramah, (Y/n) tahu lelaki Iblis di hadapannya ini tidak senang dengan kedatangannya. Namun, karena (Y/n) sudah sangat terbiasa dengan perlakuan yang seperti itu, maka ia justru tersenyum ramah sambil menatap wajah orang di hadapannya yang mengernyit tak suka pada dirinya.

"Aku ingin bertemu dengan Tamayo-san, Yushiro-san. Ia pasti ada di dalam, bukan?"

"Ck. Kau belum menjawab pertanyaanku. Dari mana kau tahu tempat persembunyian kami? Siapa yang memberitahu padamu?" tanyanya sewot. Nada tak suka terdengar begitu kentara di ucapannya.

Melihat Yushiro yang keras kepala, maka (Y/n) pun harus menjelaskannya. "Aku tahu dari Oyakata-sama. Aku sempat bertanya pada beliau di mana kalian bersembunyi. Ada hal yang ingin kubicarakan," jelasnya.

Yushiro menghela napas. Ia tak punya pilihan lain selain membiarkan gadis yang murah senyum itu untuk masuk ke dalam. Selanjutnya, ia mengantarkannya menuju ruangan Tamayo.

Bau khas dari obat-obatan menghampiri indra penciuman (Y/n). Saat mereka sudah semakin dekat dengan ruangan di mana Tamayo berada, bau obat-obatan itu semakin pekat. Hingga pada akhirnya (Y/n) menutup hidungnya. Bau itu cukup membuatnya mual.

Sebuah pintu digeser oleh Yushiro. Lelaki itu masuk terlebih dahulu yang kemudian disusul oleh (Y/n) di belakangnya.

Di dalam, Tamayo sedang melakukan sesuatu di sana. Raut wajahnya terlihat serius yang membuat (Y/n) merasa enggan untuk memanggilnya. Namun, Yushiro lebih dulu memanggil nama wanita Iblis itu.

"Tamayo-sama, ada orang yang ingin bertemu denganmu," ujar Yushiro.

"Siapakah itu?" Tamayo menoleh dan mendapati (Y/n) berdiri di sana.

"Ah, ternyata (Y/n)-san. Apa yang bisa kubantu?" tanyanya sopan.

(Y/n) pun mendekat. Ia duduk di atas tatami sambil menatap Tamayo dengan tatapan seriusnya. "Pertama-tama, aku akan menjelaskan sesuatu terlebih dahulu agar kalian bisa mengerti," tuturnya yang dijawab oleh anggukan Tamayo.

Gadis itu mulai menjelaskannya. Asal-usul dirinya, tentang dunia ini, kebenaran yang akan terjadi, juga tentang penyerangan Kibutsuji Muzan.

Tamayo menekap mulutnya seusai mendengar perjelasan dari (Y/n). Rasa kaget dan tidak percaya bercampur di dalam benaknya. Membuatnya berpikir apa yang sebenarnya terjadi saat ini.

"Jadi... semua yang kau ceritakan itu akan terjadi nanti?" tanya Tamayo sangsi.

"Benar."

"Kenapa kau seyakin itu?" Kali ini Yushiro bertanya dengan nada yang bisa dibilang tidak ramah.

"Apakah ceritaku kurang meyakinkan? Lalu, apa yang harus kulakukan agar kau percaya, Yushiro-san? Apakah aku harus melakukan seppuku?" (Y/n) mulai merasa jengah. Ia pikir kewaspadaan Yushiro memang bagus. Tetapi, terkadang memberi kesan berlebihan.

Yushiro pun menghela napas panjang. Jujur, perasaan di dalam dirinya masih abu-abu. Antara terkejut dan ragu. Tidak jelas yang mana di antara kedua itu.

"Tamayo-san, ada yang ingin kuminta padamu."

"Apa itu?"

Tamayo dan Yushiro menatap (Y/n) terkejut setelah kata-kata yang keluar dari mulut gadis itu.

"Obat untuk mengubah Iblis menjadi manusia."

***

"Bagaimana? Apakah semua persiapannya sudah selesai?"

Sambil tangannya menopang tubuhnya dan menatap ke arah langit, (Y/n) menjawab, "Sudah. Aku sudah melakukannya dengan baik."

"Sisanya, kita hanya bisa berharap pada keberuntungan," ujar Kazuo.

Kazuo ikut menatap ke arah langit malam berbintang itu. Surainya yang berwarna cokelat tertiup oleh hembusan angin malam hari. Kulit wajahnya yang putih terlihat bersinar di bawah sinar sang rembulan.

"Sudah lama sekali kita ingin melakukan hal ini. Aku sama sekali tidak menyangka jika kita akan benar-benar bisa melakukannya," ujar (Y/n) tiba-tiba. Memecahkan kesunyian beberapa saat sebelumnya.

"Ah, jadi ingat masa lalu. Kau selalu ingin melakukan hal ini. Bahkan hingga menyeretku ke sana." Kazuo tersenyum tipis. Tatapannya menerawang jauh ke depan.

Tawa kecil keluar dari bibir gadis di sampingnya itu. "Ya, kau benar. Bisa dibilang, semua rencana ini bermula dari khalayanku di dunia kita. Juga di saat kau masih berada bersamaku. Ya, 'kan?"

Suara gadis itu terdengar bergetar. Seolah-olah sedang menahan sesuatu yang sebentar lagi akan keluar dari manik (e/c)nya. Untuk itu, Kazuo menarik (Y/n) ke dalam dekapannya. Memberikan gadis itu rasa hangat seketika. Juga untuk mencegah cairan bening yang akan mengalir keluar dari matanya.

(Y/n) hanya bisa terdiam di dalam pelukan sahabat terbaiknya itu. Tentu saja, ia pun membalas pelukannya. Namun, ada satu hal yang mengganjal di pikirannya. Satu hal yang tidak bisa ia lupakan meskipun ia berusaha melakukannya. Juga satu hal yang mustahil untuk tidak akan terjadi.

Yaitu, perpisahan.

***

ON REVISION ━━ # . 'Unexpected ✧ Kimetsu no YaibaWhere stories live. Discover now