Chapter 32 - A Bowl of Soumen

2.6K 476 145
                                    

Musim panas membuat (Y/n) selalu berkeringat. Suhu di sekitarnya naik hingga tiga puluh tiga derajat celcius. Membuat kipas yang berada di tangan kanan (Y/n) tidak berhenti bergerak mengipasi tubuhnya.

Karena bosan sedari tadi ia terus berada di rumahnya, (Y/n) memutuskan untuk berjalan-jalan ke luar. Ia ingin mengisi perutnya dengan makan di sebuah kedai ataupun restoran. Tanpa berpikir panjang, (Y/n) langsung memakai geta-nya dan berjalan ke luar.

Asano yang kebetulan sedang pergi membuat (Y/n) tidak perlu pamit kepada siapapun. Ia pergi beberapa puluh menit yang lalu dan belum kembali hingga sekarang. Mungkin lelaki itu sedang mengurus sesuatu yang tidak (Y/n) ketahui. Tetapi, (Y/n) sendiri tidak pernah memaksanya untuk memberitahu urusan apa yang ia lakukan.

Seusai berjalan beberapa puluh meter dari rumahnya, ia pun tiba di Perfektur Asakusa. (Y/n) langsung mencari kedai yang menjual makanan bernama soumen. Soumen merupakan mie yang disajikan dalam keadaan dingin. Terdapat es batu yang disajikan bersamaan dengan mie itu. Rasa kuahnya pun berbeda dengan mie yang dimakan pada umumnya. Kuah soumen berupa tsuyu bukan kari. Maka dari itu, soumen sangat cocok dimakan di musim panas.

Pandangan (Y/n) tertuju ke sebuah kedai kecil. Kedai itu terletak di bawah sebuah pohon yang cukup rindang. Menghalangi sinar matahari yang terik masuk ke dalam sana. Tanpa berpikir panjang, (Y/n) pun berjalan menuju kedai itu.

Seorang pria berusia sekitar empat puluh tahun menyapa (Y/n) saat ia tiba di sana. Pria itulah yang menjaga kedai ini. (Y/n) memesan semangkuk soumen untuk dirinya dan disambut ramah oleh paman penjaga kedai.

Sambil menunggu soumen yang dipesannya datang, (Y/n) mengamati sekitarnya. Kedai ini tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa pengunjung yang sedang menyantap makanan mereka. Tidak ada hal lain yang bisa dipikirkan, seketika (Y/n) kembali memikirkan tentang kekuatan yang ia sembunyikan. Ia ingin mengatakannya, tetapi di sisi lain ia juga tak ingin mengatakannya. Dilema yang membuat (Y/n) menjadi bingung dan bimbang.

Selagi berpikir, (Y/n) tidak sadar jika pesanannya sudah datang. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri sampai sang paman pemilik kedai itu memanggilnya.

"Apa kau akan terus melamun hingga mienya menjadi semakin dingin?"

Suara itu menyadarkan (Y/n) dari pikirannya. Ia mendongak dan melihat paman itu sedang tersenyum ramah padanya.

(Y/n) menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia pun tersenyum kikuk. "Maaf, Paman. Aku tidak menyadari kalau pesananku sudah datang."

"Tidak apa-apa." Ia melebarkan senyumannya. "Silakan dinikmati."

"Terima kasih."

(Y/n) mengambil sepasang sumpit kayu lalu ia menyantap soumen di hadapannya. Ia mulai menikmati rasa dari makanan khas di musim panas itu.

"Paman! Aku pesan semangkuk soumen!"

Suara yang kelewat bersemangat itu terdengar tidak asing di telinga (Y/n). Ia menoleh ke samping dan melihat orang yang ia selamatkan beberapa hari yang lalu ada di sana. Berdiri dengan tegap dan memesan semangkuk soumen.

Ia menoleh ke kiri dan mendapati (Y/n) yang juga sedang menatapnya. "Ah, (F/n)-san! Kebetulan sekali bisa bertemu denganmu di sini!" serunya ramah dan antusias seperti biasa.

(Y/n) hanya bisa tersenyum menanggapinya. Ia juga tidak menyangka bisa bertemu dengan Kyoujurou di sana. Hanya karena semangkuk soumen.

Kyoujurou duduk tepat di samping (Y/n). Ia sedang menunggu pesanannya datang. Sementara itu, (Y/n) sedang menghabiskan soumen di mangkuknya.

"Kau sudah lama berada di sini?" tanya Kyoujurou membuka percakapan.

(Y/n) mengunyah soumen yang ada di dalam mulutnya lalu menelannya. Setelah itu ia menjawab, "Tidak. Aku baru saja datang beberapa menit yang lalu."

"Ah, begitu."

"Bagaimana kondisimu? Sudah lebih baik?" tanya (Y/n).

"Tentu saja. Itu karena dirimu. Umu!" Kyoujurou tersenyum sambil menatap (Y/n).

(Y/n) terkekeh. "Kau terlalu berlebihan, Rengoku-san. Dirimu itu kuat. Tetapi, kau tidak menyadarinya," sahutnya sambil menikmati soumen yang tersisa sedikit di mangkuknya.

Percakapan mereka terhenti karena pesanan Kyoujurou yang datang. Setelah berucap terima kasih, ia mulai menyantapnya. Ia makan dengan lahap. Membuat siapapun yang melihatnya makan akan menjadi lapar. Bahkan, ketika soumen di mangkuk (Y/n) belum habis, Kyoujurou sudah memesan semangkuk lagi.

"Ah, kenyangnya..." ujarnya setelah menghabiskan lima mangkuk soumen. Semua itu ia makan bahkan ketika (Y/n) belum menghabiskan soumen miliknya sendiri.

"Kau tidak tambah?" tanya Kyoujurou ketika (Y/n) sudah selesai makan.

"Tidak. Aku sudah kenyang," jawabnya. (Y/n) bangun dan berdiri. "Aku pergi dahulu, Rengoku-san."

Saat berjalan beberapa langkah keluar dari kedai, (Y/n) menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke belakang dan menatap ke arah Kyoujurou. Lalu, ia mendekatinya.

"Kau tidak jadi pergi?" tanyanya bingung.

"Ada hal yang ingin kutanyakan padamu. Tentang kejadian saat kau melawan Iblis Bulan Atas," jawab (Y/n) ketika ia berdiri di dekat Kyoujurou. Saat berdiri di dekatnya, (Y/n) baru menyadari betapa mungil tubuhnya. Ia harus sedikit mendongak jika ingin menatap wajah lelaki bersurai merah dan kuning itu.

"Jangan bicara di sini. Aku tidak ingin didengar orang lain." (Y/n) berkata lagi ketika Kyoujurou membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu.

"Lalu, kau ingin bicara di mana?"

"Di sana." (Y/n) menunjuk sebuah kursi di bawah pohon.

"Baiklah."

Mereka berjalan beriringan menuju kursi itu. Setelah duduk dengan posisi yang nyaman, (Y/n) bertanya. "Apa kau merahasiakan tentang apa yang kulakukan padamu? Tentang penyembuhan itu."

Kyoujurou mengangguk. "Ya. Dari raut wajahmu, aku yakin kau tidak ingin memberitahukannya kepada siapapun. Maka dari itu, aku juga melarang Shinazugawa untuk mengatakannya pada yang lain."

"Mengapa? Mengapa kau melakukan itu?"

"Karena aku bukan orang yang akan mengatakan rahasia orang lain. Aku juga ingin berterima kasih padamu. Salah satunya mungkin dengan cara merahasiakan hal itu dari yang lain, termasuk Oyakata-sama," ucapnya.

Mendengar respon Kyoujurou, (Y/n) pun tak dapat menahan dirinya untuk tidak merasa lega. "Terima kasih banyak, Rengoku-san." Ia membungkuk sembilan puluh derajat.

Kyoujurou hanya tersenyum melihat tingkah laku gadis di hadapannya. Seorang gadis yang berhasil memenuhi pikirannya belakangan ini. Juga gadis yang telah menyelamatkan nyawanya.

"Ada yang ingin kutanyakan padamu."

(Y/n) kembali duduk dan mendengarkan. Ia kembali memasang raut wajah yang normal.

"Bagaimana kau bisa mendatangiku saat itu? Bukankah kau sedang menjalankan misi dengan Shinazugawa?" tanya Kyoujurou. Sungguh, ia merasa heran. Di kala dirinya hampir saja mati, (Y/n) justru datang di saat yang tepat. Terlalu tepat hingga membuatnya kebingungan.

(Y/n) berpikir sejenak. Ia mencari jawaban yang tepat agar Kyoujurou tidak akan bertanya-tanya lagi. "Hanya firasatku. Itu saja."

"Ternyata firasatmu tajam sekali, (F/n)-san!" Ia tertawa. Tawa itu pun menular pada (Y/n). Perbedaannya ialah bahwa tawa kikuk yang dibuat oleh gadis itu.

"Kalau begitu, apa kau ingin jalan-jalan sebentar denganku?" Kyoujurou menatap (Y/n) tepat di manik (e/c) itu.

"Tentu saja."

Hanya karena semangkuk soumen yang mereka nikmati bersama secara kebetulan, membuat keduanya menghabiskan waktu bersama. Juga tentang rahasia yang diucapkan mereka tanpa mereka sadari. Rahasia di antara dua insan itu.

***

First published :: December 21st, 2020
Revised :: August 26th, 2022

ON REVISION ━━ # . 'Unexpected ✧ Kimetsu no YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang