00. Mati dan Hidup

109 11 0
                                    

"Diandra Hadriawan telah meninggal pada tanggal 10 September 2020 jam 17.53."

Kalimat itu membuat hati sang keluarga mencelus mendengarnya. Kenapa putri bungsu mereka meninggalkan dunia secepat ini?

Di 'sisi' lain, seorang dokter dengan seragam lengkap keluar dan raut mukanya tidak terlihat mengenakkan.

"Maaf, Stefani Abertha tidak bisa kami selamatkan."

"Tidak!!!!" Sang ibu menolak kenyataan itu. Dia tidak terima fakta bahwa ia baru saja kehilangan anak satu-satunya. Suaminya langsung menenangkan istrinya meski dia sendiri merasa tidak kuat harus menghadapi kenyataan.

"Kenapa kamu pergi duluan, Nak ... Kenapa...." Wanita itu mulai meracau tidak jelas. Dia merasa gagal menjadi seseorang ibu karena tidak bisa memerhatikan anaknya lebih baik.

Seandainya dia tidak sibuk bekerja, pasti anaknya tidak akan kesepian, kan? Jika ia merawat anaknya dengan baik, Stefani tidak akan memutuskan untuk bunuh diri, kan?

Seandainya dia tidak pulang telat, dia bisa menghalau anaknya untuk tidak meminum obat-obat tersebut.

Seandainya dan seandainya.

Meski sudah berusaha mengeluarkan kata-kata mutiara, suaminya gagal menenangkan dan berakhir ikut menangis juga. Mendadak koridor rumah sakit itu dipenuhi dengan suara tangis yang memekikkan telinga.

Akan tetapi, tidak berselang lama, salah satu suster yang berada di dalam keluar untuk memberitahukan sesuatu pada dokter. "Dokter, kami mendapati detak jantung pasien telah kembali."

Karena sibuk menangis, sepasang suami istri itu tidak mendengar apa yang dikatakan suster. Mata dokter terbuka lebar dan segera pamit, "Sepertinya ada sebuah mukjizat terjadi pada anak Bapak dan Ibu. Saya akan masuk memeriksanya."

Barulah mereka berdua terdiam terkejut mendengar pernyataan tersebut.

Apakah anak mereka tidak jadi meninggal?

****

Perlahan mata dengan bulu mata lentik itu terbuka. Sesekali berkedip karena tidak terbiasa dengan cahaya setelah berhari-hari menutup matanya.

Setidaknya, itu yang gadis tersebut rasakan. Padahal rasanya dia hanya tertidur untuk beberapa jam saja.

Gadis itu mendudukkan diri dan meregangkan tubuh seperti kebiasaannya. Matanya mencoba melihat sekitar.

Huh? Sejak kapan kamar kecilnya berubah jadi kamar yang bagus dan lebih lebar?

Ada beberapa barang cantik, meja belajar yang dipenuhi dengan buku. Tembok dengan cat krim kulit. Di mana dia? Seingatnya, keluarganya belum memutuskan pindah rumah karena masih sibuk mengumpulkan uang.

Aneh.

"Stefani, ayo bangun! Kamu harus siap-siap ke sekolah."

Dahinya mengernyit bingung. Aneh, siapa Stefani dan siapa pemilik suara asing itu?

Penasaran, ia beranjak dari ranjang empuk dan membuka pintu. Wanita setengah baya ada di baliknya dan sempat terkesiap karena anaknya membuka pintu tanpa membalas perkataannya. "Sayang, ayo mandi—"

Kalimat itu disela duluan.

"Anda siapa?"

Wanita di depannya terhenyak mendengar pertanyaan yang tidak terduga. "Sayang? Kamu kok tanya begitu, sih?"

Tangan kanannya diletakkan pada dahi si gadis, memeriksa apakah ada demam. "Aneh, kamu enggak amnesia mendadak, kan?"

Gadis itu tidak menjawab, memberi tanda bahwa ia mengiyakan pertanyaan itu. Otaknya juga ikut berpikir apa yang tengah terjadi.

Cepat-cepat gadis itu mundur dan pergi ke cermin yang memantulkan penampilan seluruh tubuhnya.

Kini giliran matanya terbuka lebar menyadari fisiknya juga berubah seluruhnya. "Aku siapa, woi?!"

Wanita yang memanggilnya Sayang menghampirinya dan terkejut kenapa anak tunggalnya. "Kayaknya ini efek kamu baru sadar dari koma tiga minggu lalu...."

"Huh? Koma?" Sepertinya ingatan terakhirnya berhenti ketika dirinya di tengah trotoar untuk menyebrang, namun ada orang gila yang menyetir mobilnya asal-asalan dan menabrak dirinya.

Mungkin dia memang koma, tapi masa iya sehabis itu dia terbangun di tubuh orang lain?

Kok seperti cerita di manhwa, sih?

Gadis itu berbalik menatap wanita yang sepertinya adalah ibunya. "Apakah anda ibu saya?"

"Stefani ..." sebutnya, "Ini aku, ibumu. Kamu enggak lupa sama Ibu, kan?"

"Stefani? Nama lengkapku siapa?"

"Stefani Abertha. Kamu sungguhan lupa?" Wajah wanita itu tampak tidak percaya. Sama, gadis itu pun tidak percaya dengan dirinya sendiri.

"Tapi ..." Ucapannya terjeda sesaat. "Namaku adalah Diandra Hadriawan."

Apakah dia benar-benar masuk ke tubuh orang lain?

[BERSAMBUNG]

Catatan Penulis :
Halo, ini cerita baru yang dibuat karena si penulis ingin berimajinasi sesuatu yang menghancurkan semua cerita umum dari Wattpad. /Canda Wattpad/

Gak deng, ini gara-gara idenya dirasa unik aja sama lucu wkwkwk. Semoga eksekusi ceritanya benar dan sesuai ekspetasi.

Silahkan berikan vote jika suka. Kalau nggak suka, ya sudah. Soalnya di Wattpad nggak ada tombol disvote.

Isi per bab mungkin nggak bisa banyak soalnya si penulis terbiasa nulis 1k words per bab (。ŏ﹏ŏ)

Update cerita juga belum tentu rutin karena ada cerita sebelah dan cerita di platform kuning yang harus diurus ƪ(˘⌣˘)ʃ

Bye!! (~ ̄³ ̄)~ (つ≧▽≦)つ ⊂(・▽・⊂)

Masuk Ke Dunia Wattpad (✓)Where stories live. Discover now