29. Kebohongan

24 6 0
                                    

"Nyokap bokap lo ada di mana?" Arden bertanya keheranan sesudah memasuki rumah Vino yang tampak bagus dari luar, tapi terlampau sepi di dalam. 

Sambil merapikan ulang beberapa interior, Vino menjawab dengan santai. "Di luar negeri. Ayo sini ikut gue." Mereka berjalan menuju kamar Vino. Hari ini, kedua anak SMP itu berniat bermain PS sampai malam. Kebetulan Vino berkata dirinya punya PS lebih dari satu sehingga bisa bermain bersama di rumah.

Arden sudah bersiap-siap mengira akan bertemu dengan orang tua Vino, selama tiga tahun duduk di bangku SMP, tak pernah sekalipun dia menemui orang tua sahabatnya itu. Tapi ternyata hasilnya zonk. Sampai pergi ke rumahnya pun ternyata dia tidak akan bisa menemui mereka. "Kapan mereka pulang?"

"Enggak tahu. Kayaknya enggak bakal pulang, sih." Lagi-lagi Vino menyahut tanpa merasa sedih sama sekali. Seakan-akan sudah tak peduli lagi dengan orang-orang yang dijuluki 'orang tua'-nya.

"Lah, orang tua lo pergi dari kapan, sih?" Arden yang tak tahu menahu terus bertanya penasaran.

"Dari kecil. Kalau lo mau tanya apa gue selalu hidup sendiri di sini, jawabannya enggak. Pas kecil sampai lulus SD, gue dirawat nenek. Tapi Nenek sudah meninggal dan akhirnya gue kembali ke rumah ini."

"Yang kasih lo duit siapa, dong?"

"Ya mereka, lah."

Vino sama sekali tak tahu rasanya diperhatikan orang tua. Baginya, Nenek tidak sama dengan orang tua. Lagipula sang nenek tak pernah menjemput di sekolah, berbeda dengan teman-teman sebaya yang saat itu masih SD. Dulu sekali dia iri, tapi sekarang sudah mati rasa.

Yang penting dia tidak kelaparan di rumah ini sudah lebih dari cukup.

"Beda banget sama gue," celetuk Arden. Memang begitu adanya. Ketika Vino hidup dengan orang tua yang hanya memberi uang agar dirinya tetap lanjut hidup dan bersekolah, maka Arden memiliki keluarga yang normal. Temannya adalah anak tunggal dari pasangan yang saling mencintai satu sama lain. Saking normalnya, saat bertemu dengan orang tua Arden untuk kali pertama, justru Vino terkejut.

Sebagai ganti, sesudah tahu kondisi keluarga Vino, orang tua Arden turut memperlakukan Vino sebagai anak sendiri. Mereka benar-benar keluarga yang baik, pikir Vino. Tidak aneh kalau Vino malah turut menyayangi orang tua Arden.

Namun, suatu hari ketika mereka sudah kelas sepuluh, Arden yang biasanya mendatanginya menjadi diam dan terus menghindar untuk bertatap muka. "Lo kenapa, sih?" tanya Vino setelah memaksa Arden untuk berbicara.

Dengan muka yang tidak enak dilihat, Arden menjawab asal, "Gue lagi ada masalah."

"Masalah apa?"

Melihat raut muka Arden yang bagi Vino tak dapat dideskripsikan, Vino mengira ada masalah serius yang akhir-akhir ini membuat Arden tak bersemangat sekolah. Apa mungkin itu berkaitan dengan orang tuanya? "Orang tua lo sehat-sehat aja, kan?"

Alis kiri Arden terangkat sebelum kembali menurun dan mengangguk. Satu hal yang saat itu Vino lewatkan adalah bagaimana Aden mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Iya. Orang tua gue lagi enggak akur."

"Enggak akur?" Vino yang sudah terlanjur menjadikan orang tua Arden sebagai orang tua pengganti merasa ikut risau. "Kok bisa?"

"Gue juga enggak ngerti apa masalah mereka. Tapi ... kayaknya mereka bakal pisah."

"Pisah?" Bak terkena petir di siang bolong, Vino begitu terkejut dengan informasi tersebut. "Lo serius?"

"Masa gue bohong tentang orang tua gue sendiri sih, Vin?" Arden memang bukan pembohong. Untuk apa juga dia mengatakan hal buruk tentang orang tuanya sendiri? Jadi, Vino segera percaya pada ucapannya. "Kayaknya gue butuh waktu sendiri. Sorry kalau kelihatannya tiba-tiba gue jauhin lo. Cuma aja ya gitu, deh."

Vino menepuk bahu Arden. Sesudah itu, sebisa mungkin tak lagi dia mendekati Arden. Dari kejauhan sesekali dia melihat Arden tertawa bersama temannya sendiri, meninggalkan Vino di belakang. Namun, dia tak merasa sedih, melainkan lega. Pasti Arden membutuhkan hal lain untuk melepaskan penat sesudah menghadapi masalah di rumah.

Suatu ketika, Vino mendapatkan inisiatif. Sudah lama ia menahan diri tidak mendekati Arden demi kenyamanan sahabatnya, jadi kali ini dia akan mencoba mengunjungi rumah Arden.

Namun, justru hari itu mengubah segalanya. Ketika yang membuka pintu bagi Vino adalah Ibu Arden, dia berbasa-basi dan justru mendapatkan kenyataan yang sesungguhnya. "Siapa yang bilang begitu memangnya?"

"Arden sendiri, Tante."

"Tapi Tante sama Om enggak ada masalah apa-apa, Vin. Apalagi berpisah, itu sesuatu yang sama sekali Tante dan Om hindari."

Satu hal yang sudah Arden ketahui dari Vino. Laki-laki itu tidak suka dibohongi.

Dan, kali ini, Arden membohonginya dengan sesuatu yang teramat serius.

*****

"Aku marah, dia marah. Kita berantem. Dan, aku baru tahu alasan dia bohong itu untuk menjauhiku." Mata Vino tampak dingin ketika menatap lantai. "Sejak saat itu, aku merasa aku enggak tahu apa-apa tentang temanku sendiri."

Stefani yang duduk di samping bisa mendengar desahan nafas Vino.

Sedikit ragu-ragu tapi diberanikan berbicara, Stefani bertanya pelan, "Tapi kenapa dia menjauhimu? Apa alasannya?"

"Dia ... suka sama seseorang. Tapi orang itu menyukaiku."

Cinta segitiga?!

Ya ampun! Akhirnya dia bertemu dengan hal-hal berbau cinta segitiga! Ah, tidak dia sangka ternyata Arden sudah menyukai orang lain. Yang jelas orang itu bukan Stefani sebab Stefani tidak menyukai Vino. Malah kalau memang benar itu adalah Stefani, Arden punya peluang lebih besar untuk merebut hatinya daripada Vino.

Tapi, kira-kira siapa ya gadis itu? Meski penasaran, Stefani memilih untuk tidak lanjut bertanya sebab dia sudah punya informasi yang cukup.

"Maaf, ya," lirihnya ketika sudah tidak tahu harus berkata apa.

"Tidak apa-apa. Aku juga lega akhirnya aku punya teman cerita lagi." Nada bicara Vino begitu lembut. Sepertinya tak pernah sekalipun lelaki itu berbicara ke orang lain dengan nada selembut itu.

Kemudian setelah hari itu, hari-hari selanjut berjalan begitu saja. Hanya saja, ada satu hal yang cukup Stefani herankan tapi masih bisa untuk tidak begitu dipikirkan. Kenapa Evan terlihat menghindarinya, ya?

Apa dia punya salah pada laki-laki itu?

[BERSAMBUNG]

Masuk Ke Dunia Wattpad (✓)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu