03. Terjebak Tawuran

57 10 0
                                    

Setelah Alexa dipaksa sang ketua OSIS untuk mengikutinya, gadis itu masuk dan hanya melempar raut sebal ke arahnya. Tidak marah atau berkata apapun. Stefani jadi penasaran hal seperti apa yang dikatakan oleh ketua OSIS sampai gadis itu benar-benar diam.

Bahkan sekarang Stefani pun juga bisa pulang dengan damai sentosa. Tidak ada yang mencegat atau hal-hal drama lainnya.

Stefani : Pak, saya sudah di depan.

Pak Joko (supir) : Sabar ya, Non. Saya lagi kejebak macet.

Stefani : Oke, Pak.

Tidak tahu harus menunggu di mana, gadis itu memutuskan untuk berdiam diri di depan pos satpam. Dia mencoba untuk menyibukkan diri dengan ponselnya. Selama beberapa waktu ia terus menggulir Tuitter untuk melihat lontaran-lontaran kalimat yang lucu. Beberapa kali ia tertawa kecil. Beruntung pengguna Tuitter tetap sama receh nya seperti rakyat Twitter. 

Tidak lama, sebuah pembicaraan tiga siswi di dekatnya terdengar di telinganya. "Heh! Pacar lo mau tawuran lagi sama anak sebelah!"

"Loh, bukannya hari ini dia latihan basket? Minggu depan ada lomba basket sama anak PK, kan?" balas siswi yang merupakan pacar dari anak yang mau tawuran itu.

"Pasti dia bohong lagi sama lo, Del." Temannya ikut memanas panasin temannya. Alhasil, gadis itu jadi panik. Khawatir jika pacarnya kena hal yang buruk. "Duh! Kayaknya gue harus berhentiin dia, deh! Sekarang dia di mana?"

"Nah itu! Masalahnya gue gak dikasih tahu sama gerombolannya pacar lo. Mereka kayaknya sengaja deh nggak ngasih tahu kita supaya kita gak bocor ke lo. Lo tahu kan cowok lo paling gak suka lo ikut campur? Asli, gue kenapa sedemen itu dia buat jadi bonyok."

Si pacar mendesis sebal, ia merasa tidak dapat berbuat apa-apa jika clueless seperti ini. "Ya sudah, ah! Biarin aja dia mau sakit, kek! Pincang, kek! Apalah itu, gue gak peduli lagi. Kita ke kafe aja sekarang."

Akhirnya, mereka bertiga pergi dari sana. Meninggalkan Stefani duluan yang sudah menguping lengkap. Diam-diam Stefani heran, kalau sudah tahu pacarnya adalah anak yang suka melakukan hal merepotkan, kenapa masih dipacari?

"Ah, sudahlah. Kenapa aku harus repot-repot memikirkan hal itu?" Ia kembali mengetik pesan untuk pak supirnya.

Stefani : Pak, masih lama?

Pak Joko (supir) : Saya lewat jalan tikus akhirnya.
Pak Joko (supir) : Sedikit lagi sampai, tapi ternyata jalannya cuma bisa dilewati orang aja. Nggak bisa pakai mobil.

Stefani : Tapi kira-kira dekat dari depan gerbang sekolah kan, Pak?

Pak Joko (supir) : Deket, kok. Coba dari gerbang Non belok kiri, terus jalan sampai ada gang kecil di sisi kanan. Masuk aja ke gang kecil itu, di ujung ada saya.

Bukankah petunjuk ini agak mengkhawatirkan dan rentan membuat dirinya tersesat? Tapi ya sudahlah, mungkin memang jalannya sedekat itu. Ia mengetikkan balasan sedetik dan langsung menekan tombol kirim.

Stefani : Oke.

Dieratkannya genggaman di selempang tasnya dan ia mulai berjalan.

Sepanjang ia berjalan, tidak ada gang kecil sama sekali. Semua hanya dipenuhi dengan deretan rumah dengan bentuk bermacam-macam. Stefani putuskan ia memakai map digital dan ia sadari bahwa ada gang kecil sekitar 0,9 kilometer lagi. "Astaga, ini sih sama aja aku disuruh olahraga."

Walaupun bersungut-sungut, ia tetap berjalan lurus. Setelah berjalan sekitar 600 meter, ia mendengar suara orang saling bertempur di persimpangan gang kecil kiri.  Otomatis jalannya terhenti.

Masuk Ke Dunia Wattpad (✓)Onde histórias criam vida. Descubra agora