15. Nomor Telepon

27 6 0
                                    

Tangannya sudah mengerem motornya berkali-kali, bersiap untuk mengebut ketika bendera dikibaskan. Sorot matanya sudah tajam seakan hendak menyebat siapapun yang mengganggu. Ketika gadis dengan pakaian yang pendek mengibaskan bendera, ketiga motor tersebut langsung berjalan. Saling mengebut satu sama lain, memastikan bahwa mereka menjadi orang pertama.

Dengan kemampuannya yang lihai, Evan mau menggerakkan motor besarnya ke kanan dan kiri. Menyalip mobil atau pun motor yang mengganggu. Tidak peduli dengan keselamatan sendiri, yang terpenting dia menang.

Balapan liar kali ini akan menggunakan 5 km jalan, menurutnya sebagai orang yang sudah sering balapan liar, jarak tersebut masih sedikit dan kecil.

Kali ini gue harus menang lagi, batinnya.

Karena sudah malam, jalanan yang sepi membuatnya asal menerobos lampu merah. Ekor matanya mencoba melihat ke arah spion, lawannya masih ada di belakang. Sudut kiri bibirnya terangkat, puas dengan hal tersebut.

Namun, kesenangannya terganggu ketika suara mobil polisi menggema di gendang telinga. "Sialan!"

Ternyata ada polisi yang menyadari balapan liar! Maka, semakin kebutlah dia. Tidak peduli pada rute jalanan lomba, yang penting dia berhasil kabur. Begitu juga dengan kedua lawannya. 

Demi menghindari polisi, Evan sampai masuk ke gang kecil. Mencoba bersembunyi dan berhenti sejenak agar bisa memberitahu teman-temannya.

Evan : Ada polisi anjing

Setelah mengetik seperti itu, ia kembali menyalakan motornya dan kabur sebelum polisi menemukannya. Akan tetapi di jalanan sisi lain, ternyata sudah ada polisi yang memperkirakannya.

Dengan kecepatan motor yang tidak diperkirakan lagi, Evan kesusahan jika harus berhenti mendadak. Akan tetapi jalan tikus yang biasanya ia lewati malah tertutup oleh acara kecil yang diadakan oleh warga sekitar. Terpaksa ia berhenti dan menyebabkan motornya tidak terkendalikan.

Dirinya terpental dari motor, sedangkan motornya tetap mengacaukan acara di jalanan itu. Miris, polisi tetap datang untuk menangkap dirinya.

*****

Agak mengejutkan ketika Stefani mencuri-curi dengar bahwa saat ini Evan sedang berada di rumah sakit bersama polisi. Katanya, lelaki itu kembali melakukan balap liar dan malam itu ada polisi yang mengejarnya. Entah gimana, sepertinya Evan gagal kabur dan terjatuh ke jalanan dengan keras sampai-sampai masuk ke rumah sakit.

Astaga, bahkan saat Stefani menjadi Diandra, tidak pernah ia dengar murid sekolah yang ikut balap liar. Paling jauh mungkin murid peremuan yang dikeluarkan karena hamil di luar nikah. Oh, tunggu, itu sama buruknya. Hanya beda gender dan jenis kenakalan saja.

Tapi, kalau sudah berhubungan dengan polisi, bukankah itu sangat menakutkan?

Di kelas lain, ada gadis yang sudah mencoba menarik nafas berkali-kali. "Adel, lo nggak berniat pacaran sama Evan lagi? Sejak lo sama dia pacaran, dia nggak balapan liar lagi, nggak?"

Hal itu benar. Selain Adel yang sudah memberitahu bahwa dia tidak ingin Evan balapan liar lagi, terakhir kali balapan liar, lelaki itu sudah terlibat tawuran yang mengakibatkan korban. Hal itu membuat Evan semakin kekeh untuk tidak balapan liar saat mereka berpacaran. Namun ternyata saat sudah putus, lelaki itu kembali menjadi orang yang sama. Tidak berubah sama sekali.

"Kalau gue jadi pacarnya lagi, apa yang menjamin dia bakal berubah selamanya? Bisa jadi dia cuma berubah ketika kita pacaran lagi," ujar Adel memberi alasan.

Temannya malah mengatakan hal yang terlalu jauh untuk diucapkan. "Ya sudah, lo kawal dia sampai pernikahan. Lo sudah cinta sama dia, kan? Evan pun gitu. Kelihatan banget lho si Evan gagal move on dari lo. Padahal sebelumnya playboy cap kuda. Perjalanan kisah kalian juga sudah panjang kayak di novel-novel. Balikan aja kenapa? Nggak ada buruknya juga."

Masuk Ke Dunia Wattpad (✓)Where stories live. Discover now