16. Pelukkan Zia

3K 338 60
                                    

Zia tersenyum puas melihat penampilan band favoritnya yang telah usai tampil, lalu di lanjutkan oleh band yang lainn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zia tersenyum puas melihat penampilan band favoritnya yang telah usai tampil, lalu di lanjutkan oleh band yang lainn. Sepertinya sudah cukup untuk hari ini, ia harus plang.

Zia menoleh ke arah kiri, di mana Andreas berada. Cowok itu tampak duduk tenang sembari mengunyah permen karet dan mendengarkan musik melalui earphone di kedua telinganya.

Sebentar. Untuk apa dia mendengarkan musik? Padahal ia sedang berada di pensi yang sedari tadi menampilkan orang-orang yang bermain musik. Benar-benar cowok aneh!

Andreas menoleh cepat ketika sebelah earphonenya di lepas paksa oleh Zia. Cowok itu menatap Zia seraya mengernyit.

"Lo ngapain make earphone di pensi?" Tanya Zia yang penasaran dengan jawaban cowok itu.

"Denger musik."

Zia memutar kedua bola matanya malas. "Elo denger musik di pensi yang nampilin orang-orang main musik? Lo waras?"

"Waras."

"Terus?"

Andreas tidak langsung menjawab, ia malah membuat gelembung dari perment karet di mulutnya. "Gak apa-apa."

Zia menghela nafasnya kasar. Cewek itu bangkit dari kursi, dan hal itu membuat Andreas membuka suara.

"Mau kemana?"

"Pulang!" Jawab Zia cepat dengan nada ngegas.

"Oh." Andreas mengangguk-anggukkan kepala.

Zia membalikkan tubuhnya, lalu melangkah menjauh dari Andreas berada, tapi langkahnya terhenti tiba-tiba. Zia menoleh ke arah belakang melihat Andreas yang tampak tak peduli dengan kepergiannya.

Entah kesambet apa, Zia kembali lagi menghampiri Andreas yang masih duduk bersama earphone dan permen karet di mulutnya.

"Lo gak nahan gue pulang?"

Andreas menoleh ke sumber suara. Wajah cowok itu sedikit kaget dengan keberadaan Zia yang tiba-tiba muncul kembali. Ia melepas kedua earphone pada telinganya, lalu menyimpannya.

"Ngapain nahan?" Tanya balik Andreas. Jujur saja, ia bingung dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh Zia.

"Harusnya lo tahan dong gue pulang!" Zia menyahut dan itu membuat Andreas makin tak mengerti.

"Kenapa harus di tahan?"

"Karna gue lagi ngambek. Gue lagi kesel sama lo!"

"Oh, ngambek." Andreas bangkit dari duduknya sembari membuang sisa permen karet pada mulutnya ke sembarang tempat.

"Lo jadi nahan pulang gue gak?" Tanya Zia lagi.

"Gak." Jawab cepat Andreas. "Karna gue yang mau pulang duluan." Andreas melangkah melewati Zia begitu saja, meninggalkan cewek itu sendiri.

DUA ES KUTUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang