35. Putri Tidur

2.1K 273 52
                                    

Terik matahari bersinar sempurna pagi ini, membuat orang-orang memulai aktivitasnya, entah itu pergi ke sekolah, pergi bekerja, atau sekedar pergi ke pasar untuk berbelanja, yang pasti mereka melakukan semua itu dengan penuh semangat baru. Berbeda dengan mereka, pagi hari untuk Zia tetap terasa sama saja. Ia masih tertidur sembari ditemani oleh suara alat pendeteksi detak jantung.

Dua orang lelaki berdiri memperhatikan Zia yang belum juga sadar dari komanya. Alfa menghela nafasnya, lalu berpaling ke Pak Tio yang juga sedang memperhatikan keadaannya putrinya. Hari ini ia akan kembali ke Bandung karna tuntutan masalah kuliahnya, jadi dengan sangat terpaksa harus meninggalkan Zia.

"Om, saya pamit, ya. Jika ada apa-apa dengan Zia, tolong kabari saya Om."

Pak Tio tersenyum singkat, tangan kanannya menepuk-nepuk pundak Alfa. "Pasti."

Alfa kembali menatap Zia yang masih terlentang tak sadarkan diri. Pedih rasanya ia harus kembali ke Bandung dengan keadaan Zia seperti ini.

"Zi, saya pergi ke Bandung dulu, ya. Kamu cepat sadar supaya kita bisa makan es krim kayak dulu lagi." Gumamnya sembari menatap Zia yang tak juga merespon.

Setelah memberi kalimat perpisahan, Alfa memutuskan untuk pergi dari ruang ICU, sehingga hanya tersisa Pak Tio saja yang berada di sisi Zia.

Pak Tio duduk di kursi yang telah disediakan di samping ranjang Zia, matanya masih tidak lepas menatap sang putri.

"Mau sampai kamu tidur, Nak?" Pak Tio bermonolog sendiri. "Kalau kamu emang masih capek, nggak apa-apa, tidur aja. Tapi kamu janji sama Ayah, besok kamu harus bangun ya? Karna Ayah nggak mau kehilangan untuk kedua kalinya. Ayah nggak sanggup. Ayah sudah kehilangan Ibu kamu, masa kamu tega mau tinggalkan Ayah sendirian?"

×××

"Happy birthday Kaila!"

Sebuah kue lengkap dengan lilin yang tertancap di sana disodorkan ke arah Kaila yang tengah terduduk di kursinya. Julia nampak bersemangat menyuruh Kaila untuk make a wish sebelum meniup lilin. Kaila menutup kedua matanya, ia mengucapkan make a wish dalam hati. Tanpa sadar, Kaila sampai menitikkan air mata ketika make a wish.

Kaila kembali membuka matanya. Tubuhnya sedikit ia condongkan ke depan, lalu ia meniup lilin yang berbentuk angka tujuh belas.

"Yeay! Happy birthday!" Julia memeluk Kaila.

Ulang tahunnya kali ini terasa berbeda karna tidak ada keberadaan Zia disisinya. Biasanya, Zia selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan ulang tahun padanya, ia juga menjadi orang yang selalu membawakan kue beserta kado. Tapi hari ini, posisi Zia digantikan oleh Julia.

Kaila membalas pelukkan Julia. Julia dibuat bingung ketika mendengar suara isakkan.

"Kai, lo kenapa?" Tanya Julia kebingungan melihat Kaila yang tiba-tiba menangis.

Kaila mencoba menghentikan tangisannya. Ia menyeka air matanya dengan cepat sembari tersenyum, yang pasti itu adalah senyuman paksaan.

"Enggak kok, nggak apa. Gue cuman terharu aja gitu ngeliat lo buat kejutan kayak gini." Kaila beralibi.

Julia tersenyum lebar, tangannya menepuk pundak Kaila. "Santai aja kali, kan kita sahabat."

Kaila terdiam mendadak saat mendengar kata terakhir yang Julia katakan. Sahabat. Ia teringat akan kejadian lalu yang telah Kaila lewati bersama Zia, dimana mereka tertawa bersama, bahkan sampai bertengkar hebat sebelum Zia mengalami koma seperti sekarang.

Kaila mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba sadar dari lamunannya.

"Jadi, lo mau traktir gue di mana nih sepulang sekolah?" Julia menaikan kedua alisnya meledek.

DUA ES KUTUBWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu