26. Sayap Pelindung

2.1K 286 43
                                    

Sepulang dari acara kemah, Zia segera bergegas ke rumah Andreas untuk memastikan keadaan Grandma. Zia tidak kesana sendirian, ada Alfa yang mengantarnya.

Zia terus-menerus menekan tombol bel rumah Andreas sembari meringis menahan rasa sakit kaki yang ia paksa untuk berpijak. Tumben sekali rumah Andreas tidak ada security yang berjaga, biasanya selalu ada.

"Udah setengah jam kamu pencet bel-nya, tapi nggak ada yang keluar, mending kita pulang saja. Kamu pasti lelah sehabis kemah,"

Zia menoleh, mendapati Alfa yang berdiri di sebelahnya. Cowok itu juga tampak lelah, sangat terlihat dari wajahnya.

"Kalau Kak Alfa lelah, Kak Alfa balik aja, saya masih mau di sini untuk menjenguk Grandma."

Alfa menghela nafasnya pelan. "Saya nunggu kamu saja,"

Zia dan Alfa terlonjak kaget ketika mendengar suara klakson mobil yang sangat kencang. Tidak lama, keluarlah salah satu orang yang menumpangi mobil tersebut.

"Mobilnya pinggirin atau gue tabrak?" Suara dingin nan jutek itu terdengar di telinga Zia dan Alfa secara bersamaan.

"Nggak bisa memangnya untuk minta baik-baik?" Alfa tak suka hati mendengar perkataan Andreas.

"Ini rumah gue, kalau nggak suka, pergi."

Zia menoleh kearah Alfa, ia meminta kepada Alfa untuk menuruti permintaan Andreas saja, dari pada nantinya ada keributan. Alfa melangkah masuk ke dalam mobil yang terpakir tepat di depan pintu gerbang rumah Andreas, lalu memindahkan posisi parkir mobil miliknya.

Tanpa mengatakan sepatah apapun, Andreas melangkah masuk ke area perkarangan rumahnya, diikuti pula dengan mobil yang di tumpanginya tadi.

Zia berteriak memanggil Andreas sembari berjalan cepat ingin menyusul, karna kaki Zia masih sakit alhasil gadis itu terjatuh.

Andreas memberhentikan langkahnya ketika mendengar ringisan Zia, ia memutar bola matanya malas, mau tak mau ia harus memutar balikkan tubuhnya untuk menolong cewek itu.

Andreas melangkah mendekat, ia mendapati Zia yang sedang memperhatikan dengkul kakinya yang terluka.

"Nyusahin," gumam Andreas sembari berjongkok untuk menyamai Zia yang terduduk di aspal.

Zia tidak menjawab, ia sibuk merasakan perih pada dengkulnya yang luka dan ternyata mengeluarkan darah.

Mata Andreas melebar melihat darah yang ada di dengkul Zia. Zia memandamg aneh Andreas yang langsung berdiri dan berlari masuk ke dalam rumah dengan cepat tanpa membantunya berdiri atau pun bertanya keadaannya.

"ZIA!" Alfa berlari kencang menghampiri Zia, cowok itu sedikit berjongkok, "kamu kenapa? Kenapa dengkul kamu berdarah?"

"Tadi aku jatuh, Kak,"

"Astaga, Zia. Ayo kita ke mobil, biar saya obatin di sana,"

Zia mengangguk pasrah. Zia dibantu berdiri oleh Alfa dan dibantu berjalan untuk memasuki mobil, tapi pandangannya tak lepas dari pintu rumah Andreas. Ia sangat kecewa dengan lelaki itu.

×××

Zia terduduk di ruang tengah rumahnya dengan keadaan dengkul kirinya terplester. Ayahnya masih bekerja, jadi ia sedang sendiri di rumah. Pikirannya masih bertanya-tanya kenapa Andreas malah meninggalkannya dengan keadaan terluka tadi.

Ekor matanya bergerak melirik layar ponselnya yang sama sekali tak ada notif yang masuk.

Tidak adakah niat untuk meminta maaf kepadanya? Padahal ia ke sana hanya untuk menemuinya dan Grandma.

DUA ES KUTUBWhere stories live. Discover now