10. Pingsan

3.1K 333 29
                                    

TRINGGG!

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

TRINGGG!

Suara surga sesungguhnya bagi para murid telah terdengar jelas di telinga. Suara bel istirahat berkumandang. Dalam hitungan menit para penghuni kelas yang hampir bulukkan karna terus-menerus di asupin materi itu pun kabur dari kandangnya bak ayam yang di lepas.

Zia merenggangkan otot-otot tangannya yang terasa sedikir kaku karna sehabis mencatat materi yang di beri oleh Pak Ahmad. Cewek itu sedikit meringis ketika merasa perih pada luka lecet kemarin.

Kaila menoleh ke arah sahabatnya itu. "Sakit ya, Zi? Mending ke UKS aja yuk! Biar lo bisa istirahat di sana." Tawar Kaila.

Kaila telah tahu apa yang terjadi pada Zia kemarin. Tapi Zia tidak memberitahu tentang permasalahan ganti rugi motor Andreas.

Zia menggeleng. "Gue mau balikkin jaket si kutub bisu tidak berakhlak dulu."

Kaila mengernyit ketika Zia mengemuarkan sebuah jaket berbahan parasut dari tasnya. "Kok jaket Andreas bisa sama elo?"

"Panjang ceritanya."

Zia hendak bangkit, tetapi tertahan ketika melihat kedatangan seseorang ke kelasnya. Cowok yang memiliki mata intens sedang berjalan menghampiri meja Zia demgan Kaila.

"Ngapain lo ke mari?" Tanya Zia dengan nada menentang cowok itu. Benar-benar tidak ada sapaan manis dari mulut Zia. Dia sudah kesal dengan cowok siluman kutub itu.

Mata intensnya melirik tangan Zia yang sedang memegang sesuatu. "Mau ambil jaket."

Zia mengikuti arah tatapan Andreas. Dengan cepat Zia langsung memberi jaket tersebut kepada pemiliknya, bahkan ia sedikit melemparnya. "Tuh, ambil tuh!"

Andreas dengan sigap menangkap jaketnya yang tadi di lempar oleh Zia. "Gak ada makasihnya." Cibir Andreas.

"NGGAK!"

"Berantem mulu kalau ketemu. Nanti jauh-jauhan kangen, nih." Ketus Kaila yang sedari tadi menjadi penonton setia mereka.

"Najis gue kangen sama cowok kutub bisu tidak berakhlak!" Sarkas Zia.

"Gue juga." Jawab Andreas singkat.

Kaila memutar kedua bola matanya malas melihat kelakuan dua manusia ini.

"Kaki sama tangan masih komplit?" Tanya Andreas dengan nada dinginnya.

"Ya iyalah! Lo kira kaki sama gue puntul gitu?"

"Ya kali. Kemarin, kan habis nyusruk." Sahut Andreas santai.

"Gue nyusruk juga karna lo ya! Lo bawa motornya gak bener." Cibir Zia serata menatap Andreas jengkel.

"Lo yang narik pala gue."

"Tapi motor lo yang nysruduk pohon!—"

"STOPPP!!!" Kaila menghentikkan perdebatan yang terjadi di antara mereka. "Lama-lama kuping gue terbang karna kalian berantem mulu!"

DUA ES KUTUBWo Geschichten leben. Entdecke jetzt