27. Bebasin Bokap Gue!

2.1K 267 29
                                    

Di atas nakas bertebaran kantung-kantung berisi berbagai macam bentuk obat, dari yang berbentuk tablet hingga kapsul. Andreas meneguk air mineralnya habis, setelah itu ia menaruh kantung-kantung obat ke dalam laci lalu menguncinya rapat.

Kepala Andreas berputar mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar, tidak lama kemudian kepala Neneknya muncul di balik pintu.

"Ada yang mencari kamu,"

Andreas sedikit mengernyit, "siapa?"

"Zia."

×××

Andreas menutup pintu kamarnya perlahan. Mata elangnya mampu melihat Zia yang duduk di ruang tengah dari kejauhan, gadis itu duduk sembari ditemani dengan segelas air mineral.

Zia langsung bangkit ketika sadar bahwa Andreas datang. Zia mendorong kasar tubuh Andreas tiba-tiba, membuat Andreas memasang wajah tak mengerti.

"Lo ngapain penjarain bokap gue!"

Andreas merupakan tipikal orang yang selalu memegang omongannya. Tadi sore, di rumah Zia, Andreas mengatakan bahwa akan mempenjarakan Ayah Zia jika masih berani bermain tangan dengan puterinya. Ayah Zia bersikap acuh terhadap ancaman Andreas yang tadi dilontarkan, Ayah Zia malah hendak menjambak rambut puterinya sendiri kalau saja Andreas tidak memukul rahangnya.

Zia berhasil melerai mereka yang sempat bertengkar, dan Zia juga menyuruh Andreas untuk pergi dari rumahnya. Benar, Andreas memang benar pergi dari rumah Zia, tetapi tidak dengan polisi yang tiba-tiba datang ke rumah Zia untuk menjemput Ayahnya. Ayah Zia ditangkap karna telah melakukan kekerasan terhadap anak, dan diancam lima tahun penjara.

Sekarang, kedua mata mereka berdua beradu. Tidak ada siapapun lagi di ruang tengah membuat keadaan semakin menegang.

"Dia udah kasar sama anaknya," David mulai membuka suara, "makanya dia pantas mendapatkan itu,"

"Tapi bagaimana pun juga dia tetap bokap gue, BOKAP GUE ANDREAS!"

Andreas diam. Ia hanya bisa melihat wajah Zia yang memerah dan kedua matanya berkaca-kaca.

"Sekarang, bebaskan bokap gue dari penjara,"

"Nggak." Andreas menempas cepat-cepat permintaan Zia. "Keadilan harus ditegakkan."

"Gue harus berbuat apa biar lo mau bebasin bokap gue? Hah? Sebut aja, gue akan lakuin apa pun, asal bokap gue keluar dari penjara."

"Nggak perlu. Gue tetap dengan pendirian gue."

Andreas melebarkan mata melihat Zia hendak sujud memohon kepadanya agar sang ayah dibebaskan dari penjara.

"Tolong bebasin, bebasin bokap gue dari penjara, Andreas. Gue mohon," Zia memohon disela-sela isakan tangisnya sembari sujud.

Andreas memaksa Zia untuk berdiri, tetapi Zia masih bersi keras akan terus dengan posisi seperti itu jika Andreas tidak mau membebaskan Ayahnya dari penjara.

"Diri Zia,"

"Gue nggak mau."

"Gue bilang diri!" Suara Andreas meninggi, bahkan Zia terkejut mendengarnya. Sungguh jarang Andreas membentaknya.

Andreas memaksa Zia untuk berdiri untuk keberapa kalinya, kali ini Zia mengikuti apa yang diperintahkan Andreas.

"Kenapa dibela setelah apa yang dia perbuat?" Andreas langsung mengajukan pertanyaan ketika Zia sudah kembali berdiri. Aura wajah Andreas terasa amat dingin.

"Sejahat-jahat apa pun dia, dia tetap bokap gue. Gue nggak punya siapa-siapa di dunia ini kecuali bokap gue." Zia mengusap sisa-sisa air matanya sesaat. "Sebelum dia jadi seperti ini, dia adalah superhero bagi gue. Dia adalah cinta pertama gue, dan dia juga orang yang pertama kali membuat hati gue sepatah-patahnya."

DUA ES KUTUBWhere stories live. Discover now