21. Antara Kutub Dan Alfamidi

2.4K 341 59
                                    

Zia berlari kecil mempercepat langkahnya menghampiri Andreas yang berjalan lebih dulu, cowok itu melangkahkan kakinya dengan langkah yang lebar dan itu membuat Zia kesulitan menyamai langkah kakinya.

"Tub! Berhenti dulu," Zia masih berusaha meyamai langkah kaki Andreas.

Andreas tak menggubris. Cowok itu malah makin mempercepat langkahnya hingga Zia harus berlari lagi.

"KUTUB!" Pekik Zia sembari menarik seragam yang di pakai Andreas, agar cowok itu mau berhenti melangkah. Bukannya berhenti, Andreas malah hampir terjungkal ke belakang akibat tarikan Zia yang mendadak. Untung saja Andreas bisa mengimbangi tubuhnya.

"Apa?" Nada suaranya seperti orang menahan emosi.

"Gue mau pipis," Zia menyengir lebar.

"Terus?" Andreas menaikan sebelah alisnya. "Apa peduli gue?" Acuh Andreas.

"Pegangin ini dulu!" Zia menyodorkan paper bag-paper bag kearah Andreas dengan kasar. "Gue mau pipis. Bye!"

Andreas baru saja mengangkat ujung bibirnya untuk berbicara, tapi sebelum ia menjawab, Zia sudah lebih dulu pergi berlari begitu saja. Lucu juga melihat orang yang kebelet pipis, pikirnya.

Sudah sekitar sepuluh menit Andreas menunggu, tapi cewek itu belum kembali dari toilet hingga sekarang. Sedari tadi ia hanya melirik arloji yang ada di pergelangan tangannya dan mengedarkan pandangan mencari sosok Zia.

Pikiran-pikiran negatif mulai bermunculan di benaknya. Bagaimana jika Zia di culik? Apa jangan-jangan dia tersesat? Atau yang paling buruk, dia bunuh diri di toilet? Andreas langsung membuang jauh-jauh opini yang ketiga, tak mungkin Zia sependek itu akalnya. Dari pada mengada-ngada, lebih baik ia segera menyusul ke toilet. Kakinya mulai bergerak ingin melangkah, tetapi terhenti mendadak ketika melihat pemandangan yang tidak asing di seberang sana.

Andreas memicingkan mata intensnya, guna memperjelas pengheliatan. Ia tak salah lihat, ternyata mereka. Zia dan Alfa. Mereka melangkah menghampirinya sembari asik berbincang. Sekarang, di benak Andreas muncul opini keempat, apa mereka berpacaran di toilet? Jika benar, bagus, bagus sekali! Dia disini menunggu seperti orang linglung, dan mereka malah asik pacaran.

"Ngapain lo di sini?" Andreas melipat kedua tangannya dengan raut wajah dingin menatap kedatangan Alfa. "Nyamper pacar?" Sindir Andreas.

"Apa sih kutub!" Omel Zia sembari menarik paper bag-paper bag dari tangan Andreas.

Sekarang arah tatapan Andreas beralih ke Zia. "Gue nunggu di sini, dan ternyata lo asik pacaran."

"Siapa sih yang pacaran? Gue nggak pacaran sama Kak Alfa,"

"Basi." Sarkas Andreas.

"Kamu jangan salah paham," Alfa mulai membuka suara. "Saya ketemu sama Zia secara nggak sengaja tadi saat keluar dari toilet."

"Nggak ada yang nyuruh lo buat ngomong." Sahut Andreas.

"Tapi saya perlu meluruskan cara pikir kamu yang sempit itu,"

"DAN GUE PERLU NUTUP MULUT LO YANG NGOMONG BESAR ITU." Tekan Andreas membuat Alfa terdiam. "Diem, atau muka lo yang mulus karna skincare itu gue bikin memar?"

"Kutub," Zia mencoba memperingati Andreas agar tidak berperilaku seperti itu pada Alfa.

Andreas adalah Andreas. Cowok dingin, keras kepala dan emosian. Ia terus menerus menatap tajam Alfa, dan tak menggubris peringatan dari Zia.

"Padahal saya ke sini dengan damai loh," Kata Alfa yang mencoba meredakan emosi cowok di hadapannya. "Saya mau ngajak makan kalian semua bareng——,"

DUA ES KUTUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang