17. Bahu Sandaran

2.5K 322 44
                                    

Seminggu menuju Olimpiade Matematika, Zia dan Andreas tidak banyak berkomunikasi atau pun bertemu, kedua anak manusia itu sibuk belajar mati-matian untuk mempersiapkan diri menghadapi olimpiade

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Seminggu menuju Olimpiade Matematika, Zia dan Andreas tidak banyak berkomunikasi atau pun bertemu, kedua anak manusia itu sibuk belajar mati-matian untuk mempersiapkan diri menghadapi olimpiade. Hidup mereka selama seminggu tidak lebih dari belajar, bimbingan olimpiade, belajar, bimbingan olimpiade, dan seterusnya.

Jika dibanding antara Zia dan Andreas dalam persiapan belajar untuk olimpiade, Zia-lah yang lebih unggul. Cewek itu bahkan rela begadang hanya untuk mempelajari semua materi pelajaran. Jadi, jangan bingung jika melihat Zia dengan kantung mata yang gelap di kedua matanya, itu hasil dari begadangnya.

Dan besok adalah puncak dari perjuangan mereka selama ini. Ya, besok Olimpiade Matematika akan di selenggarakan. Hari esok juga menjadi hari penentuan nasib Zia di SMA Wisesa, entah ia masih bisa bertahan atau tidak.

Sudah pukul 11 malam, tapi Zia masih saja menatap buku-buku yang menampikan rumus-rumus. Kantung matanya yang menghitam menjadi bukti betapa gilanya Zia dalam belajar seminggu ini.

Sesekali Zia berkutat pada ponsel untuk mencari berbagai jenis latihan soal dari internet. Tangan kanannya memegang bolpoin, sedangkan tangan Kiri memegang ponsel. Zia terlihat sangat fokus dalam mengerjakan soal-soal tersebut hingga sampai suara dering ponsel miliknya membuat fokusnya terpecah.

Zia menggeram kesal ketika ada panggilan masuk pada ponselnya. Ingin rasanya ia melempar ponselnya jika ia anak dari kaum konglomerat, tapi sayangnya itu hanya khayalan, jadi Zia tidak bisa melempar ponselnya.

Zia memandangi nama yang tertera pada ponsel. 'Kutub Bisu Tidak Berakhlak!' Itulah nama yang tertera di sana. Dahinya mengkerut, tumben sekali si kutub menelfonnya, di tengah malam pula. Tangan Zia bergerak ragu untuk menerima panggilan telfon Andreas, tapi karna takut ada hal yang penting, jadi Zia mengangkat panggilan tersebut.

"Hal——,"

'Tidur! Besok mulung.' Andreas langsung menyerocos di seberang sana dengan nada dinginnya.

"Lo sehat? Nelfon-nelfon langsung nyuruh orang tidur. Jangan sok kenal, sok deket."

'Oh. Salah sambung berarti.'

"Enak banget ngomongny——,"

Bip.

Zia menatap layar ponsel dengan mata yang melebar. Yang benar saja, ia belum selesai berbicara tapi sudah di matikan panggilannya secara pihak oleh Andreas. Sialan memang!

Karna rasa penasaran yang bercampur dengan rasa geram dan rasa ingin mencaci maki Andreas sekarang juga, maka Zia memutuskan untuk menghubungi kembali cowok kutub itu.

Saat Zia mendengar panggilan yang seperti sudah terangkat, ia langsung menghujani banyak cacian, maki, dan umpatan pada Andreas.

"KEBIASAN! Gue belum kelar ngomong udah di putus. Belum aja gue penggal pala lo, terus gue jadiin gantungan kunci!" Geram Zia pada Andreas melalui telfon.

DUA ES KUTUBOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz