31. Menjauh

2.2K 252 31
                                    

Semenjak kejadian di pesta ulang tahun Andreas hidup Zia banyak yang berubah, terutama perubahan dalam hubungan persahabatan antara Zia dan Kaila.

Kaila dan Raga resmi putus, Kaila menganggap jika Raga hanya memperdayanya untuk mendekati Zia, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Raga berani bersumpah jika ia benar-benar mencintai Kaila, walau dulu ia memang ada hati untuk Zia, tetapi sebisa mungkin ia menghapus perasaan itu.

Zia mencoba memberitahu Kaila, jika pikirannya terhadap Raga itu salah, tetapi ia tidak mau mendengarnya dan malah menjauh darinya. Kaila butuh waktu untuk menyendiri, dan memilih pindah ke kursi kelas yang lain sehingga Zia hanya duduk sendirian selama hampir sebulan lamanya.

Tidak hanya dijauhi Kaila saja, Zia juga dijauhi oleh teman-teman sekelasnya karna dianggap sebagai pengacau hubungan Kaila dengan Raga. Nama Zia di SMA Wisesa semakin buruk. Setiap hari Zia selalu ke perpustakaan untuk mengisi rasa sepinya sembari belajar untuk persiapa tes beasiswa ke Paris yang akan ia ikuti besok lusa.

"ZIA!"

Zia tidak jadi membuka pintu kaca yang menuju ruang perpustakaan saat mendengar seseorang yang meneriaki namanya.

Tidak lama, muncul Raga dengan kacamata yang bertengger di hidungnya membuat Zia mendesah berat.

"Lo ngapain manggil-manggil gue? Udah berapa kali gue bilang, jauhin gue. Nggak usah dekat-dekat."

Raga bisa melihat jelas ekspresi ketidaksukaan Zia melihat kehadirannya.

"Gue tau Zi, gue nggak bakal gangguin lo, kok. Gue kemari cuma mau nanya persiapan tes beasiswa lo itu, gimana? Apa ada yang perlu gue bantu?"

"Dengan cara elo ngejauh itu udah sangat membantu buat gue." Kata Zia sarkas. "Gue duluan, gue sibuk."

Zia langsung masuk ke dalam perpustakaan sebelum mendengar respon dari Raga.

Zia memang benar-benar sudah muak dengan Raga. Lelaki itu membuat rusak hubungan persahabatannya dengan Kaila. Lagi pula, kenapa dia bisa mengatakan sayang kepada gadis lain padahal di sisi lain dia sudah memiliki seorang pacar? Gila!

Tangan Zia penuh dengan beberapa buku yang rencananya akan ia baca untuk menghabiskan waktu istirahatnya, ia juga berencana untuk membaca ulang materi-materi pelajaran yang sudah ia pelajari untuk tes.

×××

Tidak terasa sudah setengah jam Zia berada di perpustakaan. Lima menit lagi bel masuk kelas berbunyi, maka Zia memutuskan untuk kembali ke kelas. Di pertengahan jalan Zia bertemu dengan Pak Handoko yang bersikap seperti sedang mencari seseorang. Mata Pak Handoko menatap sekeliling dan berakhir di Zia.

"Zia!" Pak Handoko melambaikan tangannya, "ke sini!"

Zia mengangguk dan berjalan beberapa langkah agar mendekat ke Pak Handoko. "Ya Pak, ada apa?"

"Kamu lihat Andreas nggak? Soalnya itu anak cabut dari sekolah lagi. Bapak sudah tanya teman-temannya, tetapi mereka pada nggak tahu."

Andreas juga termasuk dalam perubahan orang yang Zia kenal. Dari sebulan yang lalu Andreas bersikap sangat berbeda dari pada biasanya. Lelaki itu sering membolos jam pelajaran atau pun cabut dari sekolah tanpa alasan yang jelas.

"Udah kelima kalinya dia cabut dari sekolah!"

"Maaf Pak, tapi saya nggak lihat."

Pak Handoko menghela nafasnya berat, beliau terlihat kesal bercampur lelah. "Baiklah kalau gitu, saya mau cari Andreas lagi. Saya duluan, ya,"

Zia mengangguk cepat, lalu menoleh mengikuti kepergian Pak Handoko.

Diam-diam Zia juga ikut berpikir kemana perginya Andreas, walau mereka sudah jarang berinteraksi seperti dulu, tetapi mereka pernah dekat.

DUA ES KUTUBWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu