3. Boneka dan Rumah Hantu

4.3K 420 29
                                    

Kedua bola matanya melebar ketika menatap jam pada dinding kamar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kedua bola matanya melebar ketika menatap jam pada dinding kamar. Waktu sudah menunjukan pukul enam tigapuluh pagi dan ia baru saja terbangun dari tidur, sedangkan bus sekolah akan berangkat pada pukul tujuh pagi.

"Mampus gue telat!"

Dengan gerakan cepat Zia segera bangkit dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi. Sebisa mungkin Zia bersiap-siap dengan waktu yabg singkat, ia tak mau sampai ditinggal bus.

Hanya dalam hitungan belasan menit Zia sudah siap. Zia sempat melempar pandangan kearah ranjang yang di penuhi dengan buku-buku miliknya yabg sehabis dibacanya semalam. Zia sudah tak memiliki waktu lagi untuk membereskan itu semua, ia memilih membiarkannya dan berangkat.

"Duh, mana sih nih ojek." Gumam Zia kesal seraya menoleh kearah dan kiri mencari ojek online yang ia pesan dan tak kunjung datang. Padahal kurang lebih sepuluh menit lagi sudah pukul tujuh.

Zia mengambil langkah cepat ketika melihat ojek online pesanannya datang. Tanpa basa-basi Zia langsung menaiki motor dan meminta si ojek online berkendara lebih cepat karna ia sudah amat terlambat.

Sesekali Zia melirik arloji yang melingkat ditangannya terus berjalan.

"Bang, bisa lebih cepet lagi gak?"

"Ini udah cepet, Neng," Jawab si ojek online sembari berkendara.

"Lebih cepet lagi bang, pakai nos gitu atau apalah. Saya udah telat banget ini, bang."

Tak ada jawaban dari si ojek online dalam beberapa detik, hingga mengeluarkan sebuah kata yang membuat Zia mengernyit.

"Pegangan, neng."

Motor yang membawa Zia melaju lebih cepat dengan mendadak dan itu membuat Zia hampir terjungkal kebelakang.

Zia dibuat geleng-geleng pala melihat kelihaian si ojek online dalam menyalip -nyalip kendaraan lain. Sekarang ia merasa sedang di goncengin oleh rossi dan melaju di sirquitn

Setelah membayar ojek, Zia langsung berlari. Langkah kakinya berhenti ketika menyadari ada belasan bus yang serupa bentuknya terpakir disini dan sialnya lagi Zia tak tahu dimana bus-nya.

"Hei, Anak muda! Ngapain berdiam diri disana?" Pak Handoko dengan kumis lebatnya menghampiri Zia yang sedari berdiri terdiam saja.

"Saya gak tahu yang mana bus saya, Pak."

Pak Handoko menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kebiasaan."

Zia menyegir.

Pak Handoko membuka lembaran kertas yang berada di tangan kanannya. Sepertinya lembaran tersebut adalah daftar bus siswa.

"Kamu di bus tujuh." Kata Pak Handoko sembafi kembali menutup lembaran kertas tersebut.

"Terimakasih, Pak." Zia menunduk hormat dan langsung melenggang pergi menuju bus yang telah diberi unjuk oleh Pak Handoko.

DUA ES KUTUBWhere stories live. Discover now