18. Take You Out

72.9K 7.2K 575
                                    

“Cie, yang mau ngedate, nih!”

Tiba-tiba pintu kamar kost Andien terbuka dengan suara yang kuat ketika pintu tersebut menghantam dinding. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Melan, yang senang membuat kegaduhan.

“Jangan berisik, Mbak Yuni udah balik dari kampung tau, nanti dia ngamuk mampus kita.” Gerutu Andien, si gadis yang sibuk memoleskan sebuah produk bibir yang ia beli seminggu lalu.

Bertahun-tahun tinggal di kost tersebut, keduanya juga banyak tahu soal sifat-sifat luar para tetangga mereka, terutama yang baru saja Andien sebut bernama Yuni. Mereka sering menyebutnya juga dengan 'si kucing garong' karena sudah beberapa kali marah-marah pada Melan karena keberisikan gadis itu.

“Gak usah bahas dia deh, mending bahas lo yang mau ngedate sama si CEO.”

Melan menaik-turunkan alisnya, berusaha menggoda kawan kuliahnya yang nampak tidak peduli sama sekali.

“Sekali lagi lo ngomong, gue tarik lidah lo.”

Andien merapikan sekali lagi pakaian yang ia pilih malam ini. Celana palazzo berwarna cokelat cerah, atasannya ia memilih tanktop hitam dan dibalut dengan cardigan cokelat agar serupa dengan celana pilihannya.

Andien pikir penampilannya sudah baik, setidaknya tidak buruk untuk nantinya dilihat oleh sang atasan.

“Pertama, si CEO chat lo dan nanyain ada waktu atau engga, kedua mulai basa-basi dan ketiga dia minta lo temenin makan malem. Jadi ini gue harus sebut apa kalau bukan ngedate?”

Andien mendengus kesal, “Harusnya tadi gue gak cerita ke elo, dasar tukang mengasumsikan suka-suka!”

Gadis itu meraih shoulder bag hitam miliknya, sekali lagi merapikan rambutnya sebelum memasang bando hitam di kepalanya guna menahan anak rambutnya yang kerap kali mengganggu.

Melan tidak berhenti, gadis itu berceloteh tentang Andien dan Dirga sampai-sampai Andien lelah menjelaskan posisinya saat ini. Melan pada dasarnya memang begitu, tidak bisa tutup mulut sampai dia lelah, masalahnya Melan tidak pernah lelah membuka mulut dan berceloteh ria.

Sampai akhirnya mereka berdua berhenti berbicara saat suara mobil terdengar di depan sana.

Suara mobil yang sangat khas, khas mobil mahal.

“Pangeran bermobil putih udah dateng... ”

Melan menatap penuh memuja melalui jendela, tepat di depan gerbang kost itu sudah terparkir mobil milik Dirga dan mengejutkannya ternyata kaca mobil kemudi sudah terbuka hingga menampilkan sisi samping wajah lelaki itu.

“Ganteng banget jodoh orang... gue juga orang, berarti dia jodoh gue, iya kan, Dien?”

Andien memutar mata dan membuka pintu kamarnya, mengabaikan omong kosong Melan tanpa berpamitan.

Menarik nafasnya dalam-dalam, ternyata benar ucapan Melan, Dirga terlihat sangat tampan malam ini. Padahal hari-hari sebelumnya memang sudah tampan, tapi malam ini terlihat berbeda dari biasanya.

Mungkin karena baju kaos hitam polos yang dipakai lelaki itu? Karena biasanya Andien selalu melihat Dirga dengan setelan kantornya dan baru hari ini dapat melihat Dirga dengan setelan nonformalnya.

Lelaki itu sudah keluar dari mobilnya, menatap Andien berjalan mendekat yang malah membuat Andien semakin tidak karuan.

Jangan liat gue kayak gitu, brengsek ganteng.

Seumur-umur, baru kali ini Andien merasa ada yang berbeda dari dalam dirinya, aneh rasanya melihat Dirga malam ini, berdiri di sisi mobil dekat gerbang kost Andien dengan kaos hitam di tubuhnya dan jeans membalut kakinya, jam tangan rolex itu masih ada di pergelangan kirinya seperti biasa.

[6] Stop, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang