12. Your Skirt

93.1K 8K 783
                                    

Beberapa hari sudah berlalu sejak pertemuan Andien dengan Dirga dan dua keponakannya itu di mall. Beberapa hari setelahnya, Andien tidak melihat Dirga lagi di kantor karena lelaki itu sedang berada di Tangerang bersama dengan Farhan untuk mengunjungi proyek terbaru perusahaan yang katanya merupakan proyek besar.

Terkadang Andien teringat lagi akan si manis Leo dan Lia. Dua bocah yang masih Andien simpulkan sebagai anak kembar itu memanglah sulit untuk dilupakan. Mereka memiliki wajah imut dan kebarat-baratan, membuat Andien semakin yakin kalau suami dari adik perempuan Dirga itu kemungkinan adalah pria barat.

Lihat saja mata kedua bocah itu, warnanya biru.

Tapi sayang, saat itu Andien dengan berat hati menolak permintaan Dirga untuk menemaninya mengantar Leo dan Lia. Sesungguhnya ia sangat ingin, demi apapun, kedua bocah itu sangat manis. Tapi ia tidak bisa meninggalkan teman-temannya yang sedang berada di bawah traktirannya itu, akan memakai alasan apa lagi Andien untuk menyembunyikan kebohongannya nanti?

Sampai Andien berpikir, kira-kira jika saat itu dia menerima permintaan Dirga, apa yang akan terjadi di hari itu?

"Sendirian?"

Andien yang tadinya sedang menyesap es teh di atas meja kantin dibuat menoleh ke arah depan.

Seorang pria yang asing di mata Andien kini sedang duduk di depannya. Andien agaknya berpikir keras harus menyahuti seperti apa, terlebih lagi ia tidak mengenal lelaki itu.

Siang ini memang Andien sedang makan di kantin sendiri. Dimas dan Reno sedang kunjungan lokasi, Lintang tidak datang bekerja karena ia sedang ke Depok, tantenya yang janda sekarang akan menikah lagi. Lalu Pinkan dan Sarah, dua wanita itu ternyata sedang dalam program diet yang sama, pantas saja belakangan ini tidak banyak makan. Jadilah hanya Andien yang memutuskan untuk pergi ke kantin.

"Iya... " Sahut Andien ramah.

Lelaki itu tampak mengangguk, selagi menyesap kopi hitam dari cangkirnya. "Andien, kan? Gue Fajar."

Dengan refleks yang cukup baik, Andien menerima uluran tangan dari lelaki yang mengaku sebagai Fajar itu.
Kalau Andien teliti, sepertinya Fajar adalah orang dari bagian engineering, Andien tebak dari seragamnya juga yang terdapat noda hitam seperti oli atau sesuatu sejenis itu.

"Gak biasanya lo sendirian, temen-temen lo mana?"

Gak tau, udah sold out kali di flash sale shopee.

"Beberapa ada urusan, jadi pada gak bisa makan bareng." Seulas senyum Andien sisipkan di akhir kalimatnya.

"Atas nama Mbak Andien?"

Andien menoleh, diikuti dengan Fajar yang juga penasaran. Wanita penjaga kantin itu sedang menggenggam gagang telepon yang memang di sediakan di kantin, biasanya akan digunakan untuk saling menghubungi atau dihubungi oleh divisi yang memerlukan.

"Ya?"

Ah iya, hari ini mari kita berikan pujian untuk gadis bernama lengkap Givanka Andienara itu. Beberapa orang yang melihatnya hari ini sudah diam-diam memberi pujian dalam hati. Penampilannya terlihat sedikit berbeda, mungkin karena Andien mulai senang memakai atasan berwarna cerah dan dipadukan dengan rok yang dominan gelap, kontras dengan warna kulit di bagian bawahnya.

Memakai kaos press body berwarna hitam, ditutupi dengan blazer merah muda yang begitu cerah, kemudian dipadu-padankan dengan rok span hitam. Membuat Andien terlihat begitu menarik perhatian.

"Ada yang nyariin, mbak."

Andien mengangguk dan berdiri, hanya beberapa langkah untuk tiba di depan telepon yang menempel pada dinding dengan cat cream itu. Penjaga kantin yang usianya masih muda mempersilahkan Andien menerima panggilan yang memang ditujukan untuknya.

[6] Stop, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang