45. Hati Bumi

26.3K 2.2K 114
                                    

"Hati Bumi"

•••••••••••

Suasana kegiatan pelelangan itu semakin nampak mewah dan mahal saja sejak barang pertama yang akan dilelang itu dikeluarkan dari balik tirai. Sebuah safety deposit box yang desainnya kuno namun bahan dasarnya bukan sembarang logam. Ukurannya tidak sebesar yang biasa dimiliki oleh kamar-kamar hotel, ini bahkan terbilang kecil.

Namun harganya sudah berbicara. Itu jelas bukan sembarang safety deposit box. Sedari tadi penawarnya adalah wanita-wanita dengan dandanan elegan dan tajam. Kalau Andien terka mungkin usianya sekitar 35 tahun ke atas. Ada juga yang duduk bersama pasangan mereka, yang dari tampangnya juga Andien yakin jauh lebih tua lagi.

Andien juga dapat melihat Megan di meja paling ujung sebelah kanan namun di barisan kedua, dengan nomor meja 10. Dan benar, Megan juga menjadi salah satu orang yang sedari tadi ikut melemparkan tawaran harga untuk SDB tersebut.

Kehadiran Megan benar-benar menjengkelkan bagi Andien. Wanita itu tadi berani-beraninya dengan sengaja membuat Andien berpikir negatif dan bahkan meragukan ketulusan Dirga pada dirinya. Belum lagi, Megan juga disana duduk dengan seorang pria yang sudah pasti jauh lebih tua, bahkan sudah menyentuh usia akhir 40 tahun atau jangan-jangan sudah 50 tahun kalau dilihat dari wajahnya.

"5.000 Dollar oleh meja nomor 10. Anyone higher?" Andien dapat lihat bagaimana Megan tersenyum senang saat beberapa detik berlalu dan tidak ada yang menawar lebih tinggi darinya.

Andien memutar bola matanya, sebegitu mahalnya mereka mau memperebutkan SDB itu, ya.

Akhirnya benar sudah, SDB itu jatuh ke tangan Megan dan wanita itu tersenyum miring ketika mendapatkan tepuk tangan dari para undangan, kecuali Andien dan Dirga.

"Kenapa dilihat terus, hm? Nanti dia merasa menang. Lebih baik makan, kamu mau diambilkan pastry?" pertanyaan Dirga dibalas dengan gelengan oleh Andien. Gadis itu langsung menyengir dan menghadap ke depan lagi.

Barang kedua adalah sebuah lukisan. Lukisan kalau sudah dilelang, pasti makna lukisan itu sangat dalam dan pelukisnya juga terkenal atau legendaris atau bahkan memiliki kisah yang melekat bagi para peminat lukisan. Begitu sih yang Andien pikirkan.

Tetapi Dirga sepertinya juga belum ada minat terhadap barang kedua ini karena dia masih tenang menyilangkan tangan di dada sembari fokus menatap lukisan di atas panggung.

Kemudian nominal yang disebutkan para tamu semakin tinggi, dominan ditawar oleh wanita. Dan ya, Megan juga masih ikut berebut. Andien sampai penasaran, kira-kira berapa penghasilan Megan dan berapa kekayaannya sampai-sampai mulutnya tidak pernah diam sejak tadi hanya untuk memperebutkan apapun yang dilelang di depan sana.

Tapi yah, Andien tidak bisa meremehkan Megan sebenarnya. Andien lihat clutch yang Megan bawa malam ini dan sedari tadi memancar dengan mewah di atas mejanya adalah Knot Minaudiere dari rumah mode luxury, Bottega Veneta. Yang Andien juga tentu saja pernah sesekali intip harganya dan tidak main-main membuat jantungnya hampir berhenti berdetak.

Kalau clutch-nya saja sudah semahal itu, bagaimana dengan pakaiannya? Jelas dia pasti memang sangat kaya.

Andien mendengus kesal dan menyilangkan tangan, kini berusaha memusatkan perhatiannya ke depan dan mengabaikan Megan yang sepertinya sekarang kembali memenangkan barang lelang di depan sana.

Tapi selain itu, Andien rasa dia harus tetap fokus saja pada acara ini sampai selesai nanti, mengingat bukan sembarang orang bisa datang kemari dan ini adalah sebuah kesempatan yang menguntungkan, dia bisa melihat barang-barang bernilai fantastis dan yang jumlahnya sangat sedikit bahkan hanya satu di dunia.

[6] Stop, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang