28. Kembali Bersama? Tidak Akan!

65.6K 6.8K 586
                                    

“Kembali Bersama? Tidak Akan!”

•••

Deretan mobil dan motor sudah terlihat memadati area parkir, tepat di sebuah hotel bintang lima dimana acara pernikahan sedang digelar.

Ijab kabul sudah selesai pukul sebelas pagi, kini hari semakin sore dan tamu undangan semakin banyak berdatangan. Kebetulan laki-laki yang sudah sah menjadi suami dari Lintang adalah seseorang yang bekerja di dunia bisnis, rekannya cukup banyak.

Andien, Pinkan, Sarah, Dimas, dan Reno sudah memakai kebaya dan batik berwarna ungu lembut. Memang sudah ada protes dari Dimas dan Reno dari jauh-jauh hari karena warnanya sangat tidak 'laki', tapi kalau Pinkan sudah meraung menjadi macan, siapa yang berani menolak lagi?

“Tuh kan, Ren. Yang laki pada pake batik gelap, kita doang yang kayak banci.”

“Gue bilang juga apa tadi, kita harusnya ga dateng barengan sama mereka bertiga.”

Masih saja berlanjut ocehan Dimas dan Reno yang tidak terima dengan pakaian mereka.

Andien tampil dengan kebaya yang serupa dengan kedua teman perempuannya itu. Hanya tatanan rambut mereka yang berbeda. Andien sendiri, rambutnya digulung ke atas, ada tusuk konde berwarna perak yang dipakai sebagai hiasan semata, juga helaian anak rambut dibiarkan menjuntai bebas di kanan dan kiri pelipisnya dan sudah di-curly agar tidak berantakan jika tertiup angin.

Kelimanya sedang duduk di sebuah meja bundar dengan skirting putih, sudah ada gelas-gelas minuman di depan mereka, ada yang tersisa setengah dan ada juga yang sudah tandas.

“Rame, ya. Mana keluarga suaminya Mbak Lintang banyak yang ganteng pula.” Komentar Pinkan.

“Kenalan gih, Mbak. Biar cepet move on.” Andien menyiku Pinkan yang duduk tepat di sebelahnya.

Bukan apa-apa, tapi semenjak putus, Pinkan terlihat sedikit berbeda. Tidak sesemangat sebelumnya, tipikal orang patah hati. Tapi, waktu pasti berlalu, status juga akan berubah, perasaan akan menyusut, tidak lama lagi Pinkan pasti mendapatkan sosok lain yang lebih pantas untuknya.

“Kenalan gih Pin sama yang jabatannya tinggi-tinggi.”

Dimas memberi kode lirikan ke arah kanannya, sekumpulan laki-laki usia matang dengan gaya yang gagah.

“Tumben lo peduli sama gue, Dim.” Sindir Pinkan dengan tatapan super sinisnya.

Dimas menunjukan ekspresi jijiknya, kemudian membalas, “Ya kalau lo dapet cowok tajir, kan lo bisa berhenti kerja di Arjaya Group terus berkurang deh beban di marketing.”

Kalau ini bukan tempat ramai, apa lagi acara pernikahan, mungkin Pinkan sudah melemparkan heelsnya pada Dimas saat itu juga.

Andien yang duduk di antara Dimas dan Pinkan hanya bisa berpasrah diri mendengar sahut-sahutan di telinga kanan dan kirinya.

Ngomong-ngomong soal Dimas, semoga kalian tidak lupa bahwa dia adalah salah satu orang beruntung yang tahu tentang hubungan Andien dengan atasan mereka. Ya... walau tidak jelas statusnya apa, tapi Dimas sudah bisa mencium hubungan berbeda yang sedang terjalin antara dua kenalannya itu.

Beruntung sekali dia yang beberapa kali memergoki mereka berdua di tempat umum pada malam hari di luar jam kerja. Jika saja orang lain yang melihat, mungkin berita burung sudah terbang mengelilingi kantor mereka.

Karena menurut Dimas, ini sangat lucu melihat Dirga ikut diam-diam merahasiakan hubungannya dengan Andien atas permintaan gadis itu. Biasanya saja, Dirga yang berharap agar tidak ada yang mengetahui hubungannya dengan wanita-wanita dari dunia hiburan sana, itu sudah lama sekali berakhir, sampai Dimas pikir Dirga sudah tidak memiliki gairah lagi untuk berkencan dengan lawan jenis. Sedikit ngeri, tapi untungnya sekarang sudah ada Andien.

[6] Stop, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang