32. Luka Lama Keluarga Arjaya

60.5K 6.3K 340
                                    

32. Luka Lama Keluarga Arjaya

•••

Andien terduduk sendu di depan mini bar, dekat ruang tengah rumah kelaurga Dirga. Setelah membeli dua bungkus ayam bakar, Dirga memutuskan untuk membawa Andien ke rumah orang tuanya karena ia harus mengambil dokumen penting dari ayahnya. Sekaligus katanya untuk mengobati lebam pada pipi gadis itu.

Nyatanya bukan Dirga yang mengobati dirinya, melainkan Juita Arjaya, Ibu Dirga. Andien pun nampak hanya menatap kosong ke depannya selama Juita sibuk mengompres luka lebam gadis itu.

"Mama olesin krim biar cepet sembuh, ya?" Pun Andien hanya mengangguk. Terlalu banyak hal yang sedang mengacak habis pikirannya, dia tidak dapat berkata apapun semenjak kakinya menginjak rumah ini lagi.

Juita tidaklah bodoh. Dia menyadari ada yang aneh dari Andien hari ini. Dia sudah mendengar dari Dirga mengenai apa yang baru saja menimpa gadis itu. Tapi nyatanya dia adalah wanita yang sangat peka dan menyadari bahwa bukan itulah masalah yang membuat Andien menjadi bungkam seperti ini. Andien adalah gadis yang periang, mana mungkin dia tidak tersenyum sejak beberapa puluh menit lalu saat dia masuk ke dalam rumah. Tapi begitulah kenyataannya, Andien belum menunjukkan senyuman manisnya kepada Juita.

"Mau makan ayam bakarnya sekarang atau nunggu Dirga, sayang?" Tanya wanita tua itu lagi.

Andien menggeleng dan untuk pertama kalinya tersenyum tulus pada Juita sejak sedari tadi hanya diam saja. Setidaknya Juita bisa sedikit lega setelah melihat senyuman itu.

Juita pergi meninggalkan Andien dengan membawa baskom berisikan air dan sapu tangan serta kotak P3K. Andien kembali termenung dan memikirkan hal-hal yang telah berlalu tapi tidak memiliki titik terang.

"Katakan Andien. Katakan pada saya kapapanpun jika kamu sudah siap menikah."

Teringat lagi ia pada ucapan Dirga di dalam mobil tadi. Bukannya merasa luluh dan senang, Andien justru dibuat bungkam sepanjang perjalanan. Dirinya merasa dipermainkan, merasa seolah itu hanya bualan agar dirinya tidak lagi membahas Tara yang nyatanya harus mereka bicarakan sampai semua rahasia itu tuntas.

Andien tidak ingin menikah dengan kondisi seperti ini.

Ia meneteskan air matanya. Merasa sesak pada dadanya. Siapa dirinya sebenarnya? Apakah Dirga bersungguh-sungguh atau hanya ingin bersama Andien untuk sesaat? Kenapa ia bisa menginjak rumah ini lagi dan bertemu kedua orang tua laki-laki itu jika ia tidak boleh mengetahui latar belakang keluarganya? Untuk apa waktunya dibuang-buang demi hubungan aneh ini? Hubungan yang tidak pernah mengikat mereka dalam sebuah komitmen.

Andien meraih tasnya dan berdiri dari duduknya. Jika hubungannya dengan Dirga akan terus berlanjut seperi ini, maka dia harus mengambil langkah menjauh sebelum kedua orang tuanya mengetahui. Sebelum orang tuanya juga menjadi pihak lain yang bertanya-tanya mengenai latar belakang dan cerita keluarga Dirga yang akhirnya tidak akan mendapatkan jawaban apapun.

"Andien, mau kemana? Kan belum makan, sayang," Panggil Juita yang ternyata telah kembali menghampiri Andien.

"Andien... ada janji sama temen. Makasih ya, tante udah obatin. Andien pamit dulu, salam ke om sama Tara ya."

Juita mencegah Andien, ia mengambil langkah berdiri di depan Andien dan memperhatikan wajah gadis itu yang memerah dan mata yang basah.

[6] Stop, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang