09. Tidak Boleh Mampir

80.5K 8.2K 1.3K
                                    

Andien pikir masalahnya dengan Reza dan Arjaya group beserta dua siluman ular alias Gina dan Stella sudah berakhir. Tapi nyatanya sekarang dia malah dia dibawa masuk kembali... oleh Dirga, si CEO perusahaan besar dan sukses itu.

Sebenarnya Andien juga sedang menimang, haruskah dirinya menolak permintaan Dirga atau menerimanya. Karena statusnya sekarang ini sedang tidak sebagai karyawan Arjaya Group, ya walaupun belum menandatangani surat pengunduran diri apapun. Tapi bagi Andien, detik ini dia sudahlah resmi putus hubungan dengan perusahaan yang memiliki seorang HRD lengkap dengan asisten yang sanggup membuat Andien ingin melempar heels-nya ke wajah kedua orang itu.

"Saya nggak mau, pak!"

Andien berusaha menguatkan pijakan kakinya agar Dirga berhenti menarik dirinya menuju ruangan Reza. Setelah Andien pikir-pikir, dia sudah sangat muak dan tidak terima dengan perbuatan Reza tadi, lengkap dengan perkataan-perkataannya yang terlalu meremehkan Andien. Andien tidak sudi bertemu Reza apapun alasannya, takut-takut dia malah benar-benar akan melemparkan heelsnya ke wajah lelaki itu.

Usianya memang tidak jauh dengan Dirga, mungkin satu atau dua tahun diatas Dirga, tapi wajahnya tidak se-good looking Dirga.

"Kamu bisa diam dan ikuti saya saja, tidak?"

Dirga kembali menarik Andien, hingga orang yang berlalu-lalang di lobi pun memperhatikan mereka dengan heran. Adegan apa yang sedang mereka saksikan ini?

"Tidak! Saya tidak mau kembali bertemu Pak Reza, tolong mengerti, saya tidak mau."

Walau tangannya terasa sakit karena memaksakan diri untuk melepasnya dari cengraman Dirga, Andien tidak patah semangat. Dia tetap kukuh menolak paksaan Dirga, walau dia sadar betul siapa yang sedang ada di hadapannya sekarang ini.

Dirga yang geram pun akhirnya menarik tangan Andien hingga gadis itu tertarik semakin dekat.

"Kamu tidak akan senang jika saya berubah menjadi pemaksa. Jadi, bisa ikut dengan saya secara baik-baik, Andien?"

Ucapan Dirga membuat Andien membulatkan matanya dan hampir menganga.

Jadi dari tadi dia ngapain? Nyinden?

"Bisa beritahu saya dulu, untuk apa menemui Pak Reza? Saya akan ikut jika bapak memberitahu saya."

Andien menyerah, setidaknya dia tahu dulu apa yang ingin Dirga lalukan sampai membawa dirinya kesana. Dia masih bingung, apa mengundurkan diri dari perusahaan sekelas Arjaya Group memang akan sesulit ini? Apa lagi yang harus dia lakukan sebelum bisa resmi mengundurkan diri?

"Kamu-"

"Apa lihat-lihat?! Mau lanjutin yang tadi, iya?! Sini kalau berani, satu lawan satu, terutama lo Gina. Sini lo, gue gak takut ya! Dasar tukang playing victim!"

Dirga yang tadinya hendak menjawab tuntutan Andien dibuat terkejut saat gadis itu berjalan melewatinya dengan wajah yang terlihat sangat marah. Begitu ia memutar tubuhnya, dapat dilihatnya Andien dan Gina sudah saling menjambak rambut satu sama lain, belum lagi Andien yang sedang mencoba menggunakan tasnya untuk memukul Gina.

Bahkan Andien dengan terang-terangan mengungkapkan seluruh kekesalannya terhadap Gina, semuanya, termasuk soal menumpahkan kopi pada Andien dan menggosipkan Andien yang tidak-tidak sampai beberapa orang terlihat berkerumun tanpa ada niatan melerai.

Dirga buru-buru menerobos, sepelan mungkin memisahkan mereka agar tidak semakin runyam jika dilakukan secara kasar.

"Andien, lepaskan dia, oke?"

Wajah Andien sudah merah, meredam amarah. Gadis itu, jujur saja masih sangat sakit hati.

Bayangkan berada diposisinya, digosipkan yang tidak-tidak, sejenis jalang yang tidur dengan atasannya demi sebuah posisi istimewa, lalu ditumpahkan kopi panas! Wah, penyabar sekali kalau sampai bisa tidak dendam. Kalau Andien sih, boro-boro, ajaran abangnya tidak pernah seperti itu. Tidak ada kata sabar untuk sebuah kesalahan yang disengaja.

[6] Stop, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang