37. From Me to You

54.4K 6.3K 339
                                    


“From Me to You”

[note : bacanya pelan-pelan]

°°°

Dari jendela kamarnya, Andien sesekali memusatkan pandangannya pada bulan di atas sana. Memeriksa apakah posisinya berubah, apakah akan tertutup awan, atau akan masih tetap ada disana.

Dia sesekali tertawa kecil, menanggapi sosok di panggilan telepon yang tersambung.

“Ngapain malu? Tanya aja sama tante nanti kalau Tara nggak bisa jawab. Kan dibantu biar ngerti.”

Sudah sekitar satu jam lamanya Andien berbicara dengan Tara, membantu anak itu mengerjakan tugas Ilmu Pengetahuan Sosial, sesekali membantu dengan bercerita, karena untungnya mata pelajaran itu adalah favorit Andien semasa sekolah dasar sampai SMA.

Tadi juga, hampir saja Andien menangis saat tahu bahwa Tara menghubunginya untuk dimintai bantuan mengerjakan tugas. Semakin bertambah rasa ibanya pada anak itu, apa lagi Andien sudah merasakan masa-masa sekolah dasar dulu yang internet saja tidak mudah diakses anak seusianya, maka dari itu papa dan mamanya adalah sosok yang selalu mendampinginya mengerjakan PR.

Sekarang melihat Tara seperti ini, tidak ada orang yang bisa membimbingnya dengan nyaman, wajar saja Andien merasa bersedih. Anak itu jelas banyak kehilangan hari-hari bahagia bersama orang tuanya.

“Di Jogja itu jauh banget tante, ya? Tara mau juga ke rumah Tante Andien kalau udah gede nanti.”

Andien mengulas senyum lebar, ia membalik tubuhnya hingga telungkup. Memangku dagunya dengan satu tangan.

“Jauh sih, tapi cepet kok nanti naik pesawat. Nanti kesini aja bareng tante, nanti tante ajak jalan-jalan ke alun-alun.”

Andien tidak hanya bicara belaka, setelah ini dia bisa benar-benar membawa Tara berkunjung ke Jogja. Anak itu terdengar sangat antusias, usianya saat ini memang usia anak yang semakin besar rasa penasarannya. Andien juga tahu Tara akan besar sebagai sosok yang mandiri, pertanyaan-pertanyaan yang pernah Tara lontarkan pada Andien sudah membuktikan bahwa nantinya Tara akan menjadi si penjelajah yang aktif.

“Titip salam sama uncle ya, tante.”

Suara anak itu mengecil, tersirat keraguan untuk menyampaikan kalimat itu, tetapi ia sangat ingin.

“Iya, nanti disampein salamnya dari Tara, ya. Tara tidur aja dulu, udah malem banget nggak baik begadang. Lagian, PR Tara udah selesai semua, kan?”

Melirik jam dinding, sudah pukul sebelas malam. Dia tahu betul bahwa Tara itu sering sekali tidur larut malam, entah karena belajar atau kadang karena asik menonton televisi.

“Belum ngantuk tapi.”

“Gapapa, ini tante kirimin link subliminal yang bisa bikin cepet tidur, mau? Itu sejenis musik deh pokoknya.”

Tara menyetujui sebelum akhirnya mereka memutuskan sambungan telepon.

Selesai dengan urusan Tara. Andien beralih membuka obrolan grup rekan kerjanya yang sudah menumpuk, berisik sekali mereka. Andien menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang dan mengambil bantal sebagai tumpuan kedua sikunya sebelum mulai menyimak pembahasan rekan-rekannya.

BER-1 KTA TGUH BERCERAI DPT HARTA GONOGINI

Mas Reno
Dih sepi bener

Mas Dimas
sori gw lgi drumah pcr

Mbak Pinkan
Mulai,... Mulai sok singkat ngetiknya, sok cold boy

[6] Stop, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang