22. Kiss

109K 7.5K 765
                                    

“Kiss.”

•••

Hari apa sekarang? Seharusnya hari Jumat. Tapi kalau bagi segenap staff Arjaya Group, hari ini adalah hari keramat.

Bagaimana tidak, setelah cukup lama atasan mereka tidak begitu banyak bicara, hari ini tiba-tiba semua orang yang lewat bisa kena semprotan pedas darinya. Mulai dari satpam, OB, sampai sekretasinya sendiri, Farhan pun tidak bisa berkelid dari amukan Dirga sejak pagi.

Yang paling malang nasibnya adalah seorang OB bernama Mimi. Memang OB, walau namanya seperti wanita, tapi dia adalah pria. Hanya saja sedikit tidak seperti laki-laki pada umumnya, tapi tidak sampai banci juga.

Mimi menangis sesenggukan di depan lokernya, dikelilingi oleh rekan-rekannya yang hanya bisa iba. Ada juga yang ingin menertawai, tetapi sebisa mungkin ditahan.

“Hey, kamu niat bekerja atau tidak?!”

Saat itu ia sedang berada di lobi, niat hati melakukan pekerjaannya, menyapu dan mengepel kaca sesuai dengan tugasnya, sementara rekannya masih dalam perjalanan mengambil alat kebersihan. Tiba-tiba saja suara yang begitu keras datang dari belakangnya, wajah masam Dirga langsung menyambut pandangannya.

Itu pertama kalinya CEO Arjaya Group berbicara padanya. Sayangnya bukan dalam konteks yang baik. Melainkan marah-marah.

“I-ini pak, sedang menunggu rekan saya mengambil alat-alat kebersihan.”

Nasib buruk karena Dirga mendapatinya sedang diam di pojok, tidak melakukan apapun. Bukannya dia malas, tapi masalahnya saat itu troley-nya hanya berisi masing-masing satu alat kebersihan, yang sialnya sudah dipinjam oleh salah satu rekannya untuk membersihkan ruangan tim kantor depan.

Salahnya juga, kenapa tadi ia malah membiarkan rekannya meminjam dan bukannya menyuruh rekannya itu mengambil alat sendiri? Kalau tahu Dirga sedang dalam mood buruk, ia pasti tidak akan membiarkan alat-alat kebersihannya dipinjam!

“Banyak alasan sekali, kamu. Lihat saya! Wajah saya disini, bukan di lantai. Buta kamu?”

“Ti-tidak, pak... saya ha—”

“Sekali lagi saya lihat kamu bermalas-malasan, tidak perlu membuat surat pengunduran diri, langsung saja kosongkan loker kamu dan tinggalkan kantor ini.”

Sakit sekali hati Mimi mendengar perkataan Dirga. Hari keramat sepertinya, setelah cukup lama bosnya tidak pernah membuka mulut selama perjalanan dari lobi sampai ruangannya, tiba-tiba hari ini semua orang kena sasaran dari mulut tajamnya.

Yang membuat Mimi sangat sedih tidak lain karena bosnya itu salah paham padanya, dia tidak ada niatan bermalas-malasan sama sekali, tapi bosnya itu tidak mau mendengar alasan apapun.

Sekarang Farhan juga sudah kena sasaran, semua pekerjaan Farhan ditemukan titik salahnya walau hanya secuil.

Tapi menurut Farhan, ini sudah biasa baginya. Memang Dirga akan menjadi pemarah dan sensitif jika sudah sangat sibuk, teramat sangat sibuk kalau boleh Farhan tekankan.

Andai saja bosnya memiliki istri, mungkin saat berangkat bekerja tidak akan sekeras itu mimik wajahnya. Hanya saja bosnya terlihat betah menyendiri, belum memiliki niat menikah.

Tapi, gadis yang bernama Andien itu sekarang apa? Farhan ingat saat dia memergoki Dirga dan Andien yang hampir... ekhem, tidak yakin apakah dia harus mengulangi lagi kejadian itu di kepalanya.

“Sudah dapat kandidat asisten untuk saya? Secepatnya, saya butuh asisten setidaknya untuk dua minggu saja.”

Farhan mengangguk, dia sudah menyiapkan jauh-jauh hari. Sesungguhnya atasannya sudah menargetkan untuk mencari asisten, karena hanya dengan bantuan Farhan saja masih cukup kewalahan. Tapi, saat itu Dirga meminta Farhan untuk menunda pencarian asisten untuknya, entah kenapa.

[6] Stop, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang