01. Impian Andien

312K 10K 218
                                    

"Keterima, gak?"

Dengan senyum lebar membentang dari ujung timur hingga ujung baratnya, Andien menganggukan kepalanya penuh semangat dan kegembiraan.

"Keterima, Mel! Gue gak nyangka banget akhirnya setelah dua bulan nganggur, gue dapet kerjaan juga!" Mendengar itu, tentu saja Melan, selaku teman atau bisa disebut juga tetangga kost Andien sejak mereka masih kuliah itu bersorak gembira.

Melan senang mendengar kabar baik dari Andien, dirinya sendiri sudah dapat pekerjaan sekitar dua minggu yang lalu. Andien melamar di perusahaan yang berbeda, karena mereka memiliki tempat kerja impian masing-masing tentunya.

"Sumpah, Ndien? Arjaya Group?!" Melan berteriak lagi, masih tidak menyangka.

Andien lagi-lagi mengangguk gembira. Jelas sekali, Arjaya Group itu perusahaan impian Andien sejak masih kuliah dulu. Bahkan waktu Andien mengirim lamaran magang dulu, Andien ditolak walau sudah mati-matian mengikuti interview dan beberapa tes. Tapi ternyata tekad Andien tidak berhenti hanya karena itu, buktinya sekarang ia mencoba lagi dengan lamaran yang berbeda, bukan menjadi anak magang tapi karyawan!

Andien harus menghubungi mamanya! Karena dua hari yang lalu mamanya yang paling sering menghubunginya dan mengungkapkan bahwa dirinya telah berdoa sepanjang hari agar apa yang Andien inginkan bisa tercapai. Sangat mendukung tekad Andien yang menggebu-gebu, dan akhirnya tidak sia-sia juga.

"Kapan mulai kerjanya?"

"Minggu depan, Mel. Gue sampe kaget, bener-bener keberuntungan banget hari ini. Semoga semuanya lancar!"

Andien itu anak bungsu dari tiga bersaudara. Dua kakaknya sudah menikah, satu laki-laki yang paling tua dan satu lagi perempuan selaku kakak keduanya. Keluarganya tinggal di Jogja, kalau Andien merantau di Jakarta sejak kuliah sampai sekarang dan belum ada keinginan untuk balik ke Jogja, katanya impiannya ada di sini, di kota Jakarta. Untung mama dan papanya tidak melarang, kebetulan juga kedua kakaknya pernah mengalami pengalaman yang sama, alias merantau ke Jakarta.

"Halo, ma?"

"Sayang? Kenapa?" Mamanya terdengar cemas, mungkin berpikir kalau Andien sedang dalam masalah selama melamar pekerjaan.

"Andien diterima di Arjaya Group, ma!"

Andien tidak bisa lagi menahan senyumnya, walau berbicara dari sambungan telepon dengan sang mama, tetap saja senyumnya merekah pertanda ia sangat bahagia. Mamanya juga tahu sekali kalau Arjaya Group adalah impian Andien yang nomor satu.

"Beneran? Mama gak salah denger kan, Ndien? Di Arjaya Group?"

"Bener ma, ih! Tadi Andien di telfon dan katanya Andien bisa kerja mulai minggu depan, bagian Marketing & Communication!"

Rasa lega menghujami hati Vena, mamanya Andien. Tidak sia-sia ia berdoa sepanjang hari untuk kebahagiaan putrinya itu. Dua hari lalu saat Andien mengatakan bahwa ia mengirim surat lamaran pada dua perusahaan, Vena merasa berdebar, apa lagi ada nama Arjaya Group yang dipilih oleh anaknya itu walau sudah pernah ditolak dulu.

Tapi Vena tidak mau membuat anaknya berkecil hati, dia tidak henti-hentinya memberi dukungan dan pujian pada Andien, meyakinkan Andien bahwa dia pasti akan diterima di salah satu perusahaan itu. Setiap teringat akan Andien pun, Vena menyempatkan memejamkan mata dan berdoa agar apa yang anaknya inginkan hari itu dapat tercapai.

Lega, lega sekali. Andien, anak bungsunya itu sangat suka kota Jakarta, menuntut ilmu disana dan bertekad untuk bekerja di perusahaan besar ternama. Bagaimana ia akan tenang kalau anaknya itu sampai merasakan kesusahan di kota orang? Tapi untungnya doa-doanya terkabulkan, Andien akhirnya mendapatkan apa yang dia mau.

[6] Stop, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang