MWB-23

2.8K 159 4
                                    

mumpung lagi mood nulis jadi saya up lagi hari ini...

**

Dirga mendorong troli menuju tempat penjemputan, di sebelahnya Kina diapit oleh Indah dan Miryam mengikuti. Koper mereka berada di troli yang didorong oleh Dirga. Meskipun masih menampakkan wajah pucat tapi keadaan Kina sudah membaik pasca landing dari pesawat. Dalam hati ia berdoa semoga saja ini karena efek pesawat yang jatuh kemarin bukan sebuah phobia, karena kalau ia sampai phobia naik pesawat maka akan menyulitkan dirinya di kemudian hari. 

Awalnya Kina yakin kalau perjalanan pulang akan berbeda apalagi setelah pengumuman pemenang tadi pagi yang menyatakan kalau dirinya meraih juara 2 dan Miryam sebagai juara 1 sementara Indah harus berpuas diri pada juara harapan ke-dua. Tapi pencapaian mereka sangat memuaskan. Pak Andrew bahkan mendapatkan ucapan langsung dari Dinas pendidikan ibukota atas prestasi ini. Sangat jarang semua perwakilan provinsi mendapatkan juara di final OSN. Tapi saat dirinya sudah sampai di bandara, pikirannya kembali berkecamuk. Insiden pesawat jatuh kemarin membuatnya bergidik ngeri dan membuat dirinya panik. Belum lagi pengumuman ditundanya penerbangan mereka karena cuaca buruk selama hampir 4 jam lamanya membuat dirinya tegang bukan main jadi seperti inilah dirinya sekarang, mengenaskan dalam perjalanan pulang.

"Indah, tolong kamu bawa trolinya ke bus ya. Biar saya antar Kina di penjemputan, bilangin ke Pak Andrew kalau saya antar Kina dulu" Indah mengangguk mendapatkan intruksi dari Dirga. Ia kemudian mengambil alih troli dan berjalan mengikuti rombongan lain yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Dirga menggandeng Kina, tangannya masih terasa dingin meskipun tidak seperti saat di pesawat tadi. Akibat kejadian waktu mereka berangkat tempo hari lalu, Dirga memutuskan untuk mengecek Kina saat pulang dan ternyata benar siswanya itu terlihat panik dan cemas ketika pesawat baru mundur dan hendak take off. Dirga akhirnya bertukar posisi dengan Miryam yang duduk di sebelah Kina. Sepanjang perjalanan dia berusaha menenangkan Kina yang menggigil kedinginan, beberapa kali merepotkan pramugari untuk membuatkan minuman hangat dan meminta obat yang tersedia di pesawat. Dia juga meminjamkan bahunya sebagai sandaran saat Kina merasa pusing dan mual. Alhasil kemeja rapi yang ia pakai tadi kini menjadi kusut, tapi tak mengapa ini adalah kewajiban bagi guru pendamping. Pak Andrew bahkan terlihat khawatir jika terjadi apa-apa dengan Kina karena jika terjadi sesuatu bisa bahaya bagi karirnya di kemudian hari sebagai guru.

Kina tidak ikut serta dengan rombongan yang lain, karena ia sudah menduga kalau kejadian ini akan berulang. Oleh karena itu, dia meminta untuk dijemput saja sebelum pesawatnya take off tadi sore. Kina mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari penjemputnya dan melihat Hayom yang sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya saat ini.

Kening Dirga mengerut saat menyadari kalau Kina berjalan menuju Hayom. "Kamu dijemput Hayom?" tanya Dirga

"Iya pak, kan kami sodaraan"

"Ohh"

Hayom berlari kecil menuju Kina, dia juga mengernyitkan dahi saat melihat Dirga menggandeng tangan Kina. Dia kemudian tersenyum dan menyalami gurunya itu.

"Ini kopernya Kina" Hayom menerima koper Kina dan memindai penampilan Kina yang terlihat tidak baik.

"Lo sakit?" tanya Hayom

"Enggak. Cuma rada grogi naik pesawat aja"

"Ohh"

"Hayom, saya titip Kina ya. Anterin dia pulang sampe selamat" Hayom mengangguk "Bapak pulang sama siapa?" Hayom ingin menawarkan tumpangan kalau saja Dirga mau.

"Saya naik bus sama rombongan, saya harus memastikan semuanya pulang dengan selamat. Kin, kabarin ya kalau sudah sampai" Kina pun mengangguk lalu Dirga mengusap tangannya ke kepala Kina yang membuat kening Hayom semakin dalam mengerut hingga Dirga berlalu.

MARRIAGE WITH BENEFITWhere stories live. Discover now