MWB-16

2.7K 158 4
                                    

"Yang ini jadinya jawabannya nol ya kak?" tanya Dara pada Kina. Mereka sedang belajar atau lebih tepatnya Kina sedang memberikan bimbingan pada Dara sesuai dengan janjinya kemarin. Kina mengangguk dan lega, akhirnya setelah dari tadi jawaban Dara salah sekarang ada yang benar juga.

"Kalau jawabannya nol ngapain dicari sih? Heran banget" keluh Dara, sementara Kina hanya tertawa lirih mendengarnya. Memang banyak orang yang mengatakan hal yang sama pada dirinya mengenai hal itu.

"Yah karena kenyataan kadang memang kosong" ucap Kina, kali ini Dara yang merasa heran. Apa maksudnya itu?

"Maksudnya gimana kak?"

"Jadi misalnya nih, kita mau tahu tentang suatu hal yang buat kita penasaran banget, kita udah berharap banget kalau pasti ada apa-apa dibalik semuanya. Tapi pas kita udah nyari tahu ternyata kebenarannya itu nggak ada, apa yang kita duga itu nggak ada. Kaya angka nol tadi kan? Kita udah nyari pake rumus tapi ternyata hasilnya nol, ya itu simply karena emang kenyataannya kaya gitu"

Penjelasan Kina membuat kepala Dara mangut-mangut, "Kalau misalnya kalo ada soal yang udah kita tahu jawabannya, apa menurut kak Kina perlu dicari juga pake rumus?"

"Tergantung sih, kenapa kamu yakin kalau jawabannya bener?" tanya Kina

"Karena pertanyaannya sama?"

"Bisa jadi, tapi kamu harus pastiin kalau soalnya emang bener sama karena kadang pertanyaan bisa terlihat sama tapi mungkin ada yang beda titik atau koma atau satu angka aja, semuanya bisa berubah"

Dara tersenyum, dia kagum dengan Kina yang mampu menjawab pertanyaan absurdnya tadi. Sebenarnya itu tadi adalah kiasan. Tapi menurut jawaban dari Kina, berarti kalau semuanya sama dan Dara menyatakan cinta-nya terlebih dulu pada Hayom maka Hayom akan menjawab hal yang sama kan? Bukan menolak seperti dirinya, tapi justru menerima kan Hayom masih ada perasaan dengannya. Ya, soalnya sama pasti jawabannya sama.

"Kamu mikirin apa Dar?"

"Eh enggak kok. Eh, Kak Kina sering ketemu sama Kak Hayom nggak? Kan katanya kalian berdua saudaraan?"

"Biasa aja, nggak sering-sering banget, kenapa?" meskipun sebenarnya dia gugup mendapatkan pertanyaan itu tapi sekuat tenaga Kina berusaha cool.

"Kak Hayom suka dikasih apa kak? Maksudnya buat kado, kan bentar lagi kak Hayom ulang tahun"

Kina mengernyitkan dahi, "O ya?'

"Iya kak, apa ya aku lagi mikir itu dari kemarin"

"Ngg, nggak tahu juga sih. Sorry nih kan kamu katanya nolak dia kemarin, kok sekarang jadi perhatian?"

Dara menggaruk-garukkan kepala, entah Kina sudah orang ke berapa yang mengatakan hal serupa. Dia memang bodoh, ya Dara sekarang mengakui hal ini. Menolak cinta dari Hayom adalah hal terbodoh yang pernah dilakukan.

"Dulu sih karena belum yakin aja"

"Terus sekarang udah yakin?"

"Kayanya sih udah hehehe, jadi menurut kak Kina kado apa yang cocok buat kak Hayom?"

Kina membulatkan matanya dan berfikir sebentar. Mengingat kembali kira-kira apa hobi Hayom. Ya, dia selain jago main basket Hayom juga main game, tapi sepertinya tidak ada benda spesifik yang menjadi kesukaannya.

"Ngg apa ya? Mungkin kamu kasih hati kamu aja"

"Eh iya kah?" Dara tersentak, itu adalah ide yang baru saja ia fikirkan. Tapi apakah Hayom akan menerima pernyataan cinta-nya?

***

Pandangan Hayom tertuju lurus ke depan ke arah papan tulis, matanya dengan seksama mengamati keadaan di depan kelas. Bukan. Bukannya ia sedang fokus pada pelajaran tapi ia lebih fokus pada sosok guru yang tengah mengajar. Biasanya ia tidak pernah berminat untuk sejenak mendengarkan namun kali ini ia mengesampingkan kebiasaannya. Ia sungguh penasaran dengan guru bahasa perancisnya itu, siapa lagi kalau bukan Dirga.

MARRIAGE WITH BENEFITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang