MWB-24

2.8K 150 16
                                    

Kira-kira berapa sih probabilitas kebetulan bertemu pada dua manusia yang berbeda? Mungkin tidak banyak kalau mereka memang tidak saling mengenal dan tidak menyadari. Dulu Kina sangat jarang bertemu dengan Hayom, selain karena kelas mereka yang terpisah jauh, kelas IPS berada di ujung selatan sedangkan kelas IPA berada di ujung utara, mereka juga tidak memiliki kepentingan lain untuk bertemu. Namun, akhir-akhir ini Kina merasa intensitas pertemuannya dengan Hayom di sekolah meningkat, padahal dia sudah berusaha keras untuk menghindari cowok itu di lingkungan sekolah. Termasuk dengan berangkat dua puluh menit lebih pagi, buru-buru menyelesaikan sarapan, dan memoles bedak bayi seadanya. Tapi apa yang ada di hadapannya sekarang ini membuat cewek pintar itu menghela nafas.

Di titik awal koridor sekolah mereka bertemu. Koridor itu biasa juga disebut sebagai koridor depan, alasannya karena koridor itu adalah titik bertemu dari berbagai pintu masuk sekolah, saat pagi dan pulang sekolah biasanya koridor itu ramai bukan main. Tapi pagi ini, keadaan sudah cukup lengang mengingat lima menit lagi bel masuk berbunyi. Hayom yang menyadari sosok lain di sana menoleh sebentar dan ikut menghela nafas.

"Lo baru sampe?"

"Hm" ini semua karena mamang ojek. Kenapa mamang ojeknya pagi ini harus mengisi BBM terlebih dulu dan mengantre panjang hingga dirinya harus lebih lama sampai di sekolah. Sementara Hayom, jangan ditanya lagi, dia pasti memacu motornya dengan kecepatan tinggi dan menyalip kendaraan lain bagaikan anak setan, alhasil dirinya sudah sampai bahkan sebelum bel masuk berbunyi.

Hayom melihat ke sekeliling memantau keadaan sebelum dirinya mendekat dan membisikkan sesuatu ke dekat telinga Kina. "Balapan lari sampe perpustakaan, lo yang di atas ntar malem kalo lo kalah"

Kina mengerutkan dahi "Ogah"

"Dalam hitungan ke tiga"

"Gue nggak mau"

"Satu"

"Jangan kayak bocah pakai balapan lari segala!"

"Dua"

"Gue nggak mau ya"

"Tiga!"

Kina tersentak saat melihat Hayom melenggang dengan kecepatan tinggi sementara dirinya baru sadar beberapa detik kemudian "Sialan!" umpatnya dan buru-buru berlari mengejar Hayom. Tapi secepat apa pun dia berlari tetap saja dia tidak bisa menyalip Hayom. Ya kali, nilai penjaskesnya selalu pas-pasan dan diadu dengan atlet basket, pertandingan yang sudah jelas berat sebelah.

"Lo curang!" bentak Kina saat mereka sudah berhenti tepat di depan pintu perpustakaan. Kina terengah-engah dengan nafas tak beraturan, hanya lari beberapa meter saja dan dia rasanya mau pingsan. Berbeda dengan Hayom yang berkacak pinggang dan tersenyum puas.

"Kan gue kasih aba-aba tadi"

"Kan gue bilang nggak mau"

Hayom menaikkan kedua alisnya sambil terkekeh "inget ya ntar malem"

"Ada apa nanti malem?"

Kina dan Hayom kompak menoleh ke sumber suara dari arah pintu perpustakaan. Di sana, sudah ada Dirga yang berdiri dengan penampilan seperti biasa, berwibawa dan menawan membuat Kina menelan ludah berkali-kali. "Eh Selamat pagi Pak" sapa Kina dan Hayom bersamaan.

Dirga mengangguk dan tersenyum menjawab salam siswa-siswinya itu. "Bagaimana keadaan kamu, sudah baikan?" tanya Dirga pada Kina

"Sudah kok pak, sudah sehat sekarang"

"Syukurlah"

Hayom memutar bola matanya jengah melihat Kina dan Dirga saling lempar senyum yang sok dimanis-maniskan itu. Menurutnya itu sangat konyol dan ingin rasanya dia menyadarkan Kina supaya bersikap lebih jual mahal. Dia juga heran dengan gurunya yang secara terang-terangan menampilkan wajah mendamba seperti itu. Please deh, dia kan sudah tua.

MARRIAGE WITH BENEFITWhere stories live. Discover now