MWB-14

2.4K 154 2
                                    

"Tumben baru pulang" kalimat itu membuat langkah Kina terhenti sebentar di ambang pintu. Tak menyangka kalau jam segini Hayom sudah ada di rumah, biasanya juga kelayapan.

"Ada les tambahan di sekolah" jawab Kina datar. Tubuhnya terasa lelah karena seharian tadi harus bertarung dengan soal-soal ekonomi yang makin lama semakin banyak juga cacingnya. Bulan depan ia akan mengikuti olimpiade tingkat nasional.

Dia sudah meletakkan ransel di atas meja belajar dan mulai membuka seragam sekolahnya yang sudah lusuh dan bau keringat. Namun baru saja dia meraih kancing yang ketiga sebuah deheman keras terdengar.

"Kalo buka baju jangan di sini" Hayom memperingatkan dan Kina segera melepas tangannya. Hampir saja dia lupa dengan kesepakatan mereka, tidak boleh ganti baju di kamar! Dia merutuki dirinya sendiri, biasanya kan Hayom tidak ada di kamar kalau jam segini jadi tadi sih refleks aja.

"Sorry lupa" dengan langkah gontai Kina masuk ke kamar mandi meninggalkan Hayom yang menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ku tahu kamu pasti rasa apa yang ku rasa.........

Ku tahu cepat atau lambat, kamu kan mengerti.........

Hati bila dipaksakan pasti tak kan baik........

Pantasnya kamu mencintai yang mencintai dirimu.........

Cuma kamu......

Di atas kasur kesayangannya, Hayom terkekeh mendengar lantunan lagu yang berasal dari kamar mandi. Sejak mereka sekamar, Hayom tahu kebiasaan Kina dan salah satunya adalah nyanyi di kamar mandi.

Meski begitu Hayom sebenarnya tidak masalah karena suara Kina lumayan enak didengar meskipun kadang berisik. Dia juga heran kenapa Kina tidak pernah menampilkan bakatnya itu kalau ada acara di sekolah.

Tok tok tok

"Masuk" Hayom mempersilahkan entah siapa yang mengetuk pintu kamar untuk masuk. Ternyata ada bik Lastri yang membawa nampan dan dua mug

"Den, ini ada cokelat panas. Tadi Mamanya Den nyuruh buatin buat Den Hayom sama Neng Kina"

"Taruh di meja aja bik, makasih ya"

Selesai meletakkan dua mug cokelat panas, bik Lastri keluar dan menutup pintu kamar lagi. Sementara Hayom masih asik dengan ponsel dan game-nya. Semenjak dia jarang keluar malam, game adalah pelampiasan yang dilakukan oleh Hayom.

Kina keluar dari kamar mandi sambil membawa handuk di lehernya untuk mengeringkan rambutnya yang masih basah. Mandi air hangat benar-benar membuatnya rileks setelah seharian di sekolah.

"Aww!!" Kina memekik kesakitan saat siku tangannya menyenggol mug berisi cokelat panas yang sukses mendarat di paha. Dia meringis menahan rasa perih yang terasa masuk ke dalam kulit.

Hayom yang melihatnya pun agak panik dan dia mencari kotak P3K di dalam kamar "Bentar gue cari P3K dulu"

"Sini duduk di sini" Hayom menuntun Kina duduk di pinggiran ranjang. Dia mendesis kesakitan karena rasanya begitu terbakar.

Di tangan Hayom kini ada sebuah salep luka bakar dengan hati-hati Hayom mengoleskan salep itu ke kulit Paha Kina bagian atas.

"Gimana? Sakit nggak?" tanya Hayom penuh perhatian

"Masih. Perih banget"

"Yaudah buat tiduran aja dulu, makanya lain kali hati-hati" Kina terkesima melihat perilaku Hayom. Kenapa dia jadi sangat lembah lembut dan perhatian ya?

"Makasih"

Kina juga terdiam saat melihat Hayom membersihkan bekas tumpahan cokelat panas tadi. Hellow, ini seorang Hayom mau bersih-bersih? Sungguh baru kali ini dia melihat Hayom seperti ini selama dia berada di rumah keluarga Hayom.

Di sisi lain, Hayom juga termenung dengan tingkahnya sendiri. Padahal dia sudah sering melihat paha perempuan tapi kenapa tadi dia begitu terpesona. Rasanya seperti ada yang lain dan membuat jantungnya berdegub kencang. Makanya dia memilih untuk menyibukkan diri dengan membersihkan bekas tumpahan tadi supaya tingkahnya ini tidak begitu terlihat oleh Kina.

Hayom keluar dari kamar meletakkan mug tadi di wastafel, ternyata ada kedua orang tuanya di ruang tengah sedang menonton TV bersama.

"Kenapa Yom? Kok tadi Mama denger ada suara teriakan?" tanya Mama penasaran

"Tadi Kina kena air panas Ma"

Kedua orang tuanya terkesiap dan menegakkan posisi duduknya "Terus gimana sekarang?"

"Udah aku kasih salep kok tadi" Hayom memilih untuk ikut duduk di sana. Enggan jika harus melihat Kina lagi

"Kirain kenapa. Mama sama Papa pikir kamu lagi gituan sama Kina" mereka berdua terkikik sementara Hayom berdecak dan memandang kedua orangtuanya tidak percaya.

"Mama kenapa yakin banget sih kalau aku bakal lakuin gituan sama dia?"

"Ya emang kenapa? Kalian kan suami istri. Menyentuh istri sendiri nggak dosa kali Yom, itu adalah kebenaran. Completely rightness" sambung Mamanya lagi

"Ma, jangan mulai deh. Nanti kalau Kina hamil pas sekolah, Mama sendiri yang repot kan?"

Firman menghela nafas dan menimbrung obrolan istri dan anaknya itu "Ya jangan dibuat hamil dong Yom, hamilnya nunggu lulus sekolah aja"

Hayom menatap intens kedua orang tuanya. Bagiamana bisa mereka mengatakan ini padanya, saat dia mati-matian memendam hasrat primitifnya selama ini, bahkan sudah lama ia tidak mengalami mimpi basah dan itu datang semalam, sementera mereka malah berkata seperti itu? 

"Mama sama Papa beneran udah gila" ucapannya itu hanya ditanggapi dengan kekehan sama sekali tidak dipedulikan.

"Kamu kayanya jadi anteng sih Yom sejak nikah. Nggak sia-sia kita nikahin kamu" ucap Hayu yang merasa ada perubahan cukup besar pada anaknya yang gemar keluyuran malam hari dan duel nggak jelas itu.

Dalam hati, Hayom juga membenarkan. Tapi dia tidak tahu apa alasannya, masa hanya karena menikah dengan Kina?

"Mungkin itu udah bawaan Ma" Hayom dan HAyu kompak menoleh pada Firman

"Maksud Papa?" tanya Hayom

"Papa dulu juga kaya kamu ini agak bandel tapi sejak Papa nikah sama Mama, Papa langsung kicep kan? Diam aja di rumah" Hayu tersenyum dan mengangguk. Memang benar apa yang dikatakan oleh suaminya dan ternyata anaknya juga menuruni sifat bapaknya. Luar biasa!

Hayu menggenggam tangan Firman antusias "Iya sih Pa kayanya"

"Dih" gumam hayom dalam hati

"Bulan depan Kina ada olimpiade kan di Bangka Belitung? Dia udah mulai ada les tambahan hari ini, kamu perhatiin istrimu itu ya Yom. Jangan sampe dia sakit"

Hayom tidak tahu perihal yang satu itu. Dia tidak tahu kalau Kina akan menghadapi olimpiade lainnya selain kemarin.

"Katanya kamu ada pertandingan basket juga? Kapan?"

"Masih dua bulan lagi Ma"

"Oh, jangan macem-macem kamu. Kalau nggak mau diblacklist lagi dari tim basket"

"Iya Mama" Hayom akhirnya mengangkat tubuhnya. Keputusannya untuk bergabung dengan orang tuanya ternyata salah. Yang ada dia kena ceramah terus nanti.

Dia masuk ke kamar dan mendapati Kina tengah berbaring dan bermain ponsel "Buat tidur aja, biar cepet baikkan"

Hayom menaruh tubuhnya di ranjang di samping Kina dan mulai memainkan ponselnya juga. Hayom melirik sebentar ke luka tadi yang terekspos karena tidak mungkin juga Kina menutupi lukanya yang masih baru. Dia menelan ludah mendapati pemandangan itu.

Sial. Kenapa pikirannya jadi kotor kaya gini sih? C'mon Yom itu Cuma paha!

***

MARRIAGE WITH BENEFITWhere stories live. Discover now