MWB-15

2.8K 144 3
                                    

Dara tahu kalau nilai matematikanya tidak bisa ditolong lagi dan satu-satunya jalan adalah bertanya kepada ahlinya. Karena itulah ia sekarang berdiri di depan kelas 12 IPS 4 menunggu Kina datang karena mungkin saat ini ia sedang di kantin. Kemarin ia diberitahu oleh guru matematikanya untuk mencoba meminta tolong pada Kina tapi dengan syarat ia tidak menganggu waktu belajarnya Kina karena sedang menghadapi olimpiade lain.

Dara tidak habis pikir bagaimana mungkin Kina bisa memiliki otak yang sangat cerdas? Kemarin lomba matematika sekarang mau olimpiade ekonomi, duh dia seakan-akan merasa kerdil sekarang.

Dia yakin kalau Kina pasti mau membantunya, dia kan juga pernah ditolong waktu dilabrak oleh Sasha dan kemarin ia juga bertemu dengan Kina di mall. Apalagi menurut gosip yang beredar, ternyata Kina adalah saudara Hayom, pasti Kina akan merasa tidak enak kan kalau tidak membantunya?

Lagi pula, Dara menjadi lebih semangat untuk belajar karena selain itu dia juga bisa mengorek informasi mengenai Hayom. Wah, sekali dayung dua pulau terlampaui. Tidak berapa lama, orang yang ditunggu datang. Kina jalan bersama Vivi dari arah kantin seperti dugaannya.

"Kak Kina" panggil Dara

"Eh Dara, kok di sini? Cari siapa?" tanya Kina

"Ngg, itu kak, aku mau minta tolong diajarin matematika satu bab aja kak, soalnya minggu depan uts dan nilaiku masih merah" jawab Dara polos

Kina mengernyitkan dahi, ya matematika memang sulit tapi yang menemuinya untuk meminta tolong baru kali ini.

"Boleh sih, tapi aku nggak bisa jamin kamu bisa dapet nilai bagus ya" realistis saja, saat ini ia tengah disibukkan untuk persiapan olimpiade bulan depan dan ia tentu saja tidak bisa menjamin kalau bantuannya akan maksimal.

"Oke kak, kapan kita bisa mulai?"

"Besok aja ya pas istirahat ke dua"

Dara menganggukan kepala dan tersenyum "Oke"

"Yaudah aku masuk dulu ke kelas"

"Iya kak, terima kasih ya"

Dara pun melanjutkan perjalanannya ke kelas. Di sepanjang jalan, dia terus membalas sapaan dari banyak siswa. Dara tahu kalau namanya cukup terkenal di SMA Airlangga, mungkin karena dirinya cantik. Tapi sejak kelas 10, meskipun banyak yang mencoba mendekati, Dara tidak pernah tertarik. Hingga pada waktu itu, datang Hayom yang mendekat.

Awalnya ia ragu apakah Hayom serius mendekatinya, tapi setelah sekian lama Dara menjadi senang karena ia bisa dekat dengan siswa paling populer di sekolah. Saat Hayom menyatakan cintanya waktu itu, dia belum begitu yakin dan menolaknya memilih berteman saja tapi entah kenapa sekarang justru ia yang terkena karma karena setiap hari malam kepikiran dengan Hayom. Apalagi Hayom tetap easy going seperti biasanya, tidak menjauh sedikitpun.

Sikap Hayom itu membuat Dara bingung pada awalnya, tapi sekarang ia yakin kalau Hayom benar-benar menaruh hati padanya. Kali ini tidak akan ada penolakan yang kedua kali, bila harus ia yang akan menarik Hayom kembali padanya.

***

Seharusnya Pak Endra - guru sosiologi - sedang mengajar kelas saat ini tapi karena alasan suatu hal guru itu absen dan alhasil kelas 12 IPS 4 kosong. Seperti halnya kelas pada umumnya jika kelas kosong pasti para penghuninya tidak akan bisa diam meskipun tadi sudah diberi tugas oleh guru piket. Apalagi ini adalah kelas IPS, sudah pasti suasana kelas menjadi gaduh dan ramai.

Kelas terbagi menjadi beberapa kelompok, mereka membicarakan atau yang tepatnya menggibahkan hal apapun yang bisa digibahkan, kalau tidak ada ya mereka akan mencari topik meskipun itu absurd sekalipun.



Lain dengan anak laki-laki yang bergerombol di belakang entah mereka sedang menonton apa hingga fokus pada layar ponsel milik salah satu dari yang di sana, Dafa justru lebih tertarik bergabung pada kelompok perempuan yang paling sedikit. Ya, di sana ada Kina, Vivi, Maureen dan Sandra yang sedang membicarakan salah satu film terbaru.

"Katanya filmnya bagus banget lho, kapan-kapan kita nonton yuk sebelum turun dari bioskop" ucap Maureen mengajak yang lain

"Boleh-boleh, kapan ya enaknya?" timpal Vivi

"Besok jumat aja pulang sekolah" usul Sandra yang juga asik memakai kutek

"Eh nggak kemaleman tuh, kasihan kan Kina rumahnya jauh" ucap Vivi, dia tahu betul letak rumah Kina yang berada di pinggiran kota.

"Eh nggak apa-apa, sekarang gue numpang di rumah saudara kok deket sini" jawaban Kina membuat semua yang di dekatnya tertegun sebentar terutama Vivi.

"Kok lo nggak pernah cerita ke gue sih? Tahu gitu udah gue ajakin lo jalan-jalan dari kapan hari" ucap Vivi yang agak kesal

"Hehehehe, maaf Vi nggak kepikiran sih soalnya"

"Pantesan lo pake ojol terus tiap hari, biasanya kan naik bus" kali ini Dafa yang berucap. Sudah beberapa kali Dafa ingin menanyakan kenapa Kina selalu naik ojol bukannya bus seperti dulu.

"Ah sial!" semuanya menoleh pada Sandra yang tadinya khusuk memakai kutek dan sekarang beralih pada cermin yang dipegang dengan hati-hati karena kuteknya masih basah.

"Kenapa San?" tanya Dafa

"Liat nih ada bakal jerawat di pipi gue, hiks" ucap Sandra yang mendramatisir, di pipinya ada bercak merah yang ternyata setelah dipegang itu adalah calon jerawat yang hendak tumbuh membesar.

"Yaelah kirain apaan San, udah biarin aja jangan dipegang-pegang nanti jadi gede lho" Dafa menyuarakan dengan datar, sementara Sandra justru menatap Dafa sinis. Dasar cowok, dia tidak tahu bagaimana penderitaan cewek karena jerawat!

"Sial banget sih, kenapa gue kalau mau dateng bulan selalu gini. Kan gue jadinya nggak PD, nggak bisa gaet cowok lagi. Eh Kin, lo pake skincare apaan sih kok gue perhatiin akhir-akhir ini lo nggak punya jerawat, jadi mulus juga kayanya tuh muka" Sandra meletakkan cerminnya di meja, tatapannya beralih pada Kina yang tengah menjadi sumber perhatian sekarang.

Kina tersenyum kaku, tangannya mengelus pipi dan benar saja ia juga baru menyadari kalau pipinya terasa halus. "Ngg, gue pake apa ya? Nggak ngerti juga merek-nya" jawab Kina jujur.

Semenjak ia pindah ke kediaman Hayom tiga bulan yang lalu, Hayu memberikan seperangkat skincare yang ia tidak tahu karena sangat asing. Seperangkat itu lengkap mulai dari perawatan wajah dan tubuh. Ia tidak tahu kalau efek menggunakannya bisa terasa saat ini.

"Yah, lo besok bawa deh satu biar gue tahu. Kayanya gue bakal beli juga yang lo pake abisnya lo kelihatan agak mendingan sekarang"



Kina mendengus mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Sandra, apa tadi dia bilang agak mendingan? Berarti selama ini ia bagaimana? Burik? Buluk? Atau lebih parah lagi?

Sementara Dafa hanya terdiam, dia tidak tahu apa yang tengah dibicarakan oleh teman perempuannya apalagi kalau menyangkut skincare. Tapi apa yang baru Sandra bilang tadi ada benarnya. Matanya menaruh tatap pada Kina, sekarang Dafa sadar kalau wajah Kina yang biasanya tersemat satu, dua atau tiga biji jerawat atau bahkan bekasnya sekarang sama sekali tidak ada tanda-tanda benda kecil bulat itu. Wajah Kina terlihat lebih cerah tidak sekusam dulu meskipun perubahannya tidak signifikan masih cokelat seperti dulu hanya memang lebih bersinar.

Matanya pun melirik ke arah lain pada tangan Kina yang juga sepertinya kok jadi tambah cerah ya. Apa kalau dipegang juga lebih halus?

"Eh Kin" Dafa meraih tangan Kina, sementara Kina terdiam sebentar melihat telapak tangan Dafa sudah ada di bawah siku tangan. Dafa tersenyum dan kemudian melepaskan tangannya dari tangan Kina dengan gerakan slow dari bawah siku hingga atas telapak tangan lalu melepaskannya.

"Apaan sih Daf" protes Kina

Dafa meremas kedua telapak tangannya, sialan benar-benar halus dan lembut.

***

MARRIAGE WITH BENEFITWhere stories live. Discover now