MWB-2

4.5K 189 7
                                    

Dalam keadaannya yang kalut dan sakit kepala akibat benturan di kepalanya tadi. Hayom hanya mampu memandang sendu kedua orang tuanya yang kini sudah hadir di kantor polisi. Kedua orang tuanya memasang wajah murka dengan bersedekap tangan di dada. Papanya mendengus beberapa kali tidak menyangka akan perbuatan anaknya.

"Ayo ke rumah sakit. Kita temui orang yang kamu tabrak tadi", ajak Papa

"Di sini udah selesai pa?", Tanya Hayom

"Belum. Kamu masih ditangguhkan, kita cari jalan damai dulu. Berdoa saja orang itu mau kalau nggak kamu harus dipenjara"

Deg. Seketika tubuh Hayo menegang mendengar kata penjara. Selanjutnya, setelah hampir empat jam Hayom berada di kantor polisi dan dimintai keterangan akhirnya dia bisa keluar bersama orang tuanya menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Hayom menuturkan bahwa dirinya juga ingin diperiksa karena benturan tadi. Awalnya orang tuanya tidak mengizinkan karena dianggap itu adalah alasan Hayom saja.

"Ma, please. Aku nggak akan kabur, janji", setelah melihat sebuah kejujuran di mata anaknya, Mamanya pun mengizinkan Hayom untuk melakukan pemeriksaan di UGD.

"Yaudah, kami mau langsung nyari orang yang kamu tabrak tadi", Hayom mengangguk dan masuk ke UGD sedangkan orang tuanya masuk ke dalam rumah sakit mencari keberadaan orang yang barusan dia tabrak.

Orang tua Hayom akhirnya bisa menemukan ruang perawatan orang yang ditabrak Hayom yang ternyata sekarang masih berada di ruang ICU. Menurut dokter, terjadi benturan yang cukup keras di kepala dan juga beberapa tulang rusuknya patah sehingga menyebabkan pendarahan yang hebat.

Mereka berdua berdiam diri di luar kamar ICU karena memang tidak diperbolehkan untuk masuk. Namun, tidak berselang lama salah seorang perawat memberitahukan bahwa pasien tadi sadar dan dia segera mencari keluarganya.

Karena tidak ada keluarga yang ditemukan di sana, jadilah kedua orang tua Hayom inisiatif untuk menemui sekaligus ingin meminta maaf mumpung orangnya masih sadar.

Orang tua Hayom sudah berada di dalam kamar ICU yang di dalamnya terdengar suara mesin-mesin yang menopang kehidupan orang yang terbaring lemah di ranjang.

"Kin.. Kina", pelan Ibu itu merapalkan sebuah nama

"Maaf bu, saya..." Belum sempat Mamanya Hayom berkata, Ibu di sana melanjutkan gumamannya

"Kina? Di......ma......na?" ucapnya tertatih-tatih

"Kina? Dia belum datang bu", Hayu menjawab ala kadarnya karene dia bingung juga siapa orang yang disebutnya

"Tolong jaga Kina, saya titip Kina"

"Ibu..."

"Saya belum lihat dia menikah, Kina, tolong jaga Kina"

Setelah itu Ibu tadi menutup mata kehilangan kesadarannya. Orang tua Hayom yang panik segera memanggil perawat di luar, syukurlah ternyata Ibu itu belum meninggal dan masih dalam kondisi kritis.

Orang tua Hayom saling berpandangan, bingung dengan apa yang terjadi. Mereka berharap orang tadi bisa melalui masa kritisnya sehingga mereka bisa berdamai di kasus ini.

Mereka masih setia di depan kamar ICU sembari menunggu Hayom yang masih di UGD. Tidak berselang lama, seorang wanita dan laki-laki paruh baya datang bersama dengan seorang gadis remaja.

"Maaf apakah kalian keluarganya Ibu Fatma?" Tanya Hayu yang melihat kedatangan mereka

"Benar, kalian siapa?"

"Sekarang Ibu Fatma masih kritis. Kami mohon maaf karena kelalaian anak kami Ibu Fatma harus melewati ini semua"

"Jadi anak kalian yang nabrak adik saya?" Tanya seorang wanita paruh baya di sana

Kedua orang tua Hayom mengangguk menyesali perbuatan anaknya. Mereka menjelaskan bahwa kedatangan mereka di sini adalah mencoba untuk menebus kesalahan anaknya dan berharap bisa berdamai. Mereka juga menjelaskan keadaan Ibu Fatma saat ini dan juga siap menanggung semua biaya rumah sakit sampai nanti sembuh.

Hayu dan Firman kemudian melirik ke arah gadis remaja yang sedari tadi mengeluarkan air mata meskipun tanpa suara.

"Kamu Kina?"

Kina mengangguk lemah karena dia masih shock mengetahui kondisi Ibunya yang masih kritis. Kemudian orang tua Hayom bercerita dengan kedua pasangan tadi yang ternyata adalah Budhe dan Pakdhe-nya Kina bahwa tadi Ibunya Kina sempat sadar dan bicara bahwa dia belum sempat melihat Kina menikah dan berujar untuk menjaga Kina.

"Sebenarnya adik saya baru pulang ke Indonesia dua hari yang lalu. Dia sudah tujuh tahun jadi TKW di Arab Saudi dan kepulangannya ini yang terakhir karena dia ingin menjaga Kina"

Orang tua Hayom semakin tercekat mendapati kenyataan ini. Malang sekali nasib anak itu, sudah lama memendam rindu namun baru dua hari bertemu malah menemui Ibunya kritis. Mereka kemudian merutuki anaknya di dalam hati.

"Andai saja Kina sudah cukup umur dan punya pacar, dia bisa menikah sekarang supaya adik saya bisa melihat dia menikah dan bisa tenang karena sudah ada yang menjaganya", sepertinya Budhenya Kina merasakan sebuah firasat apalagi mendengar kondisi adiknya yang mengalami patah tulang rusuk. Dia tahu itu adalah kondisi yang sangat berat dan tidak mudah untuk disembuhkan.

Raut kesedihan jelas terpatri padasemua orang yang berada di luar ruang ICU. Berkali-kali mereka menghela nafashanya untuk sekedar menenangkan fikirannya masing-masing. Terumata Kina karenadia sekarang merasa dunia dan harapannya telah hilang. Ibu, orang tuasatu-satunya yang sudah puluhan tahun ia tunggu kehadirannya harus berkutatdengan keadaan yang tidak bersahabat bahkan mengancam nyawanya.

MARRIAGE WITH BENEFITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang