MWB-12a

2.7K 155 0
                                    

Dafa mengetuk-ngetukkan jari-jarinya pada keyboard dan kemudian mendesah untuk ke sekian kalinya, ini sudah tiga toko buku besar yang ia datangi dengan Kina namun buku yang ia janjikan semuanya kosong.

Sesuai dengan janjinya dulu, ia akan memberikan hadiah jika Kina menang olimpiade matematika tapi ia tidak mengira jika buku yang dimaksudkan adalah termasuk yang langka. Pilihan pre-order sepertinya adalah pilihan bijak untuk saat ini.

"Sorry ya Kin, pre-order dulu aja deh, kayanya emang harus impor dulu jadi terbatas banget" ucap Dafa merasa bersalah

Kina memahami apa yang sedang dirasakan oleh Dafa, dia justru tersenyum bahkan tidak masalah jika buku itu tidak ada karena sebenarnya dulu ia hanya bergurau namun ternyata Dafa benar-benar ingin merealisasikan ucapannya dulu.

"It's okay Daf, gue nggak buru-buru pengen baca kok. Pulang aja yuk"

"Pulang? Makan dulu aja deh, laper gue"

"Oh oke, makan di mana?"

"Di foodcourt sini aja ya?"

Kina menganggukkan kepala, "Oke"

Suasana foodcourt di mall ini tidak terlalu ramai, mungkin karena bukan jam makan siang jadi Kina dan Dafa bisa leluasa memilih meja untuk makan. Setelah melakukan pemesanan dan pembayaran, mereka pun duduk di salah satu spot di dekat kaca supaya bisa melihat view luar.

Baru beberapa menit mereka mendudukkan pantatnya di kursi, sebuah suara panggilan yang cukup familiar masuk ke telinga.

"Kak Kina? Kak Dafa?"

Dafa dan Kina yang tadi melihat keluar otomatis memutar lehernya dan mendapati Handara dan Hayom tengah berdiri di sebelah meja. Dara tersenyum melihat mereka berdua sedangkan Hayom menatap datar.

"Eh Dara" ucap Dafa

"Kalian kok di sini?" tanya Dara

"Iya tadi cari buku, mau makan juga? Sini gabung aja"

"Boleh, Kak Hayom kita di sini aja ya?" tanya Dara yang mengerlingkan matanya pada Hayom.

"Hm" tidak ada kata lain yang diucapkan oleh Hayom padahal ia sebenarnya tidak mau semeja dengan Dafa dan Kina.

"Kalian ngapain di sini?"

"Tadi kita abis nonton, terus mau makan dulu nggak sengaja eh ketemu kalian"

Tatapan Kina mengarah pada Hayom yang ada di sebelah Dafa. Apa orang itu tidak punya malu, jelas-jelas dia sudah ditolak tapi kenapa mereka masih nonton bareng?

Sebegitu cinta-nya kah dia pada Dara? Ah tapi biarkan saja, toh apa urusan Kina dengan hubungan mereka.

***

Hayom mendengus kesal mendengar sebuah musik yang sama diputar berkali-kali padahal dia sedang main game dan sedang seru-serunya. Dia menepuk kasurnya karena sebal.

"Kina, lo bisa nggak sih udahan mainan itu"

Yang dimaksud Hayom dengan itu adalah sebuah kotak musik yang sedang dimainkan Kina dari tadi. Kotak musik itu adalah pemberian Dirga tadi siang. Kotak musiknya hanya bisa memainkan satu jenis instrumen lagu yaitu musik pembukanya film Harry Potter. Kina tidak menyangka kalau Dirga tahu kalau dia menyukai Harry Potter. Alhasil, ia sedari tadi memainkan musik itu berulang-ulang kali saking senangnya.

"Bagus kan Yom kotak musiknya?" bukannya menghentikan musiknya Kina justru meminta pendapat Hayom

"Enggak, suaranya fals" jawab Hayom ketus

"Fals dari mana sih orang merdu kaya gini. Lo kalau merasa keganggu mending keluar dari kamar aja, main sono sama temen geng lo"

"Lo udah gede kan Kin, masih main gituan?"

"Eh jangan salah, ini pemberian dari orang yang gue suka"

"Siapa?"

"Rahasia"

"Dafa?"

"Ih kenapa juga harus dia? Dia Cuma temen sekelas dan gue nggak suka dia"

Hayom mengerucutkan bibirnya, sebenarnya ia penasaran apa hubungan mereka karena sepengetahuannya Dafa sangat jarang mau jalan dengan teman perempuan. Kalau hanya sekadar di sekolah, Dafa memang sering terlihat dengan cewek tapi kalau jalan di luar sekolah, rasanya baru kali ini Hayom melihatnya tadi siang.

"Lo gimana sama Dara? Udah jadian?" Tanya Kina penasaran, pasalnya mereka berdua bahkan nonton bersama.

"Belum"

"Tapi kok lo jalan bareng terus sama dia"

"Ya namanya juga lagi pendekatan"

"Biar apa? Biar ditolak lagi?"

"Sialan lo, nggak, besok pasti dia nerima gue"

"Bagus deh kalau lo PD"

Dering ponsel Kina berbunyi yang ternyata ada pesan dari Dirga. Kina membuka pesan itu dengan antusias.

Pak dirga: gimana suka sama hadiahnya?

Kina: suka. Suka banget

Pak Dirga: Syukur deh kalau kamu suka, saya sampe bingung lho mau kasih kamu hadiah apa

Kina: Apa pun kalau dari Pak Dirga pasti aku suka

Pak Dirga: Oh ya? Sebetulnya saya pengen ngajakin kamu makan malam lho sebagai hadiahnya

Kina: Beneran?

Pak Dirga: Iya

Kina: Yaudah, ayuin aja yuk. Hehehehe

Pak Dirga: Kamu mau?

Kina: Mau dong pak

Pak Dirga: Oke, kapan-kapan kita atur waktu ya

Kina memeluk ponselnya dengan perasaan yang bahagia. Selanjutnya dia kembali bercakap melalui ponsel dengan Dirga hampir sampai tengah malam. Kotak musik dan buku pelajarannya pun sudah tidak disentuhnya lagi karena fokus pada ponsel.

Sampai tidak sadar kalau Kina mengantuk dan dia tertidur bahkan sebelum sempat membalas pesan Dirga yang masuk. Hayom yang melihat Kina tidur di sebelahnya hanya menggeleng-gelengkan kepala. Dia paham kalau tadi Kina sedang chatting dengan orang yang disukainya. Terlihat dari caranya tersenyum dan berkali-kali menghela nafas. Entah siapa orangnya, Hayom tidak paham mungkin dengan Dafa. Tapi justru itu terasa lucu di mata Hayom melihat seseorang tengah dirundung kasmaran.

Hayom melirik ke arah ponsel Kina yang bergetar sedangkan si empunya sudah tertidur lelap. Ponsel Kina menyala di genggamannya yang mulai mengendur dan Hayom penasaran siapa teman chatting Kina.

Hati-hati Hayom mengambil ponsel Kina supaya tidak ketahuan dan mengusap layarnya. Ternyata tidak dikunci, Hayom tersenyum melihatnya dan mulai membuka aplikasi pesan singkat. Tapi kemudian kedua alisnya bertautan setelah membaca isi pesan itu, jadi Kina chattingan sama Pak Dirga? Yang benar saja!

MARRIAGE WITH BENEFITWhere stories live. Discover now