MWB-18

2.9K 161 6
                                    

hai sorry baru update,, authornya baru galau....

happy reading

____

Kina menggesekkan kakinya satu sama lain, entah mengapa tiba-tiba saja ia merasa lebih dingin dari biasanya. Tangannya mencari-cari selimut yang sudah hilang entah kemana meskipun matanya masih terpejam. Setengah mengerjap ia menemukan selimut di bawah kaki. Baru saja ia hendak menutup mata kembali, pandangannya terarah pada kelambu balkon yang melambai-lambai.

Pantas saja terasa lebih dingin, ternyata balkon kamarnya terbuka dengan AC yang masih menyala dan angin malam yang sepoi-sepoi. Dari kejauhan Kina bisa melihat ada orang yang sedang duduk di balkon. Tentu saja ia tahu kalau itu Hayom. Kepalanya mendongak melihat jam dinding yang menunjukkan pukul setengah dua pagi. Merapikan sedikit kaos oblong dan rambutnya, ia berjalan menuju balkon, kedua tangannya bersedekap menghalau udara dingin menyentuh kulit.

Di ambang pintu balkon Kina terdiam. Sementara Hayom menoleh sebentar untuk kemudian melanjutkan aktivitasnya mengepulkan asap rokok yang entah sudah ke berapa.

Kursi di sebelah Hayom Kina geser, ia duduk menyilangkan kaki. "Kenapa? Lo baru pulang?"

"Hm" Hayom menggumam disela-sela hembusan nafasnya yang berisi asap pekat

Tadi sore Hayom memang pergi keluar, dia bilang mau nonton sebentar dengan Dara. Sekarang Kina bertanya-tanya, apakah acaranya dengan Dara tidak berjalan lancar hingga Hayom tidak bisa tidur. Wajahnya pun kosong, Kina biasa melihat wajah datar Hayom tapi kali ini berbeda sepertinya Hayom sedang memikirkan sesuatu tapi pandangannya kosong. Ia takut jika malam-malam begini Hayom melamun bisa-bisa nanti kesurupan.

"Lebih baik lo masuk aja, anginnya dingin"

"Lo tidur lagi aja, pintunya gue tutup entar biar asapnya nggak masuk"

Tangan Kina menyangga kepalanya di meja, matanya menatap Hayom "Lo ada masalah? Nggak lancar acaranya sama Dara?"

Hayom menipiskan bibir dan menggeleng "No. Semua baik-baik aja. Lo masuk aja, gue masih mau ngrokok bentar. Nanti lo bisa batuk kalau nggak tahan"

Bukannya menurut, Kina malah bertanya lagi "Lo tadi pulang jam berapa?"

"Gue nggak lihat jam, tengah malam"

"Oh. Gue baru tahu kalau lo ngerokok"

"Kenapa? Lo nggak suka sama cowok ngerokok?"

"Bukan gitu, gue justru bakal aneh kalau lo nggak ngerokok sih"

Hayom terkekeh, ia menandaskan puntung rokok dalam asbak tapi kemudian mengambil satu batang lagi dari dalam bungkus.

"Jadi gimana tadi jalannya sama Dara"

Satu alis Hayom naik "Kepo!"

"Lo kelihatan lagi galau, jadi gue nebak aja sih mungkin aja ada sesuatu yang bikin lo kaya gini"

"Dara. Tadi dia nembak gue"

Kina menegakkan posisi duduknya, raut wajahnya kini lebih serius "Beneran?" ia tidak menyangka kalau kali ini Dara yang akan menyatakan cinta pada laki-laki yang sudah ia tolak sebelumnya.

"Hm"

"Terus lo terima?"

Hayom tidak menjawab, dia malah asik menghisap rokoknya lagi. Hal itu membuat Kina makin penasaran "Lo tolak?

"Gue nggak bisa jawab"

"Ha? Kenapa?"

Terdiam sebentar, Hayom menghela nafas. Sebenarnya hal itu yang telah mengganggunya dalam beberapa jam terakhir. Ia tidak tahu kenapa. Kenapa ia sampai tidak bisa menjawab pernyataan cinta yang dilontarkan oleh Dara semalam. Saat dirinya hendak berbicara, tiba-tiba saja bayangan kecelakaan yang merenggut ibunya Kina muncul. Membuatnya merasa bersalah, padahal ia tidak pernah seperti ini sebelumnya.

MARRIAGE WITH BENEFITWhere stories live. Discover now