MWB-13

2.6K 145 0
                                    

"Lo udah jadi nembak si Renata belum?" Aldo memukul bola tenis ke depan dan diterima dengan baik oleh Rion. Mereka kini sedang bermain tenis di lapangan saat jam istirahat. Hayom, Dafa, dan Kevin lebih memilih duduk santai di bawah pohon Akasia, malas untuk ikut berpanas-panasan seperti kedua rekannya.

"Belum, besok lah" jawab Rion yang memukul bola tenis. Keringatnya mengucur deras membasahi seragamnya dan matanya menyipit akibat pancaran sinar matahari yang begitu terik.

Aldo menghela nafas dan menghentikan pukulannya, dia juga menyeka keringat di dahi "Inget ya kalo ditolak lo harus double taruhan kita"

"Elah tenang aja, nggak mungkin dia nolak gue. Udahan dulu deh, panas banget" mereka berdua bergabung dengan yang lain di bawah pohon. Duduk di atas rumput.

Beberapa siswa perempuan jelas-jelas memandangi mereka dari kejauhan atau tepatnya dari depan kelas mereka. Tatapan mereka memuja sosok-sosok yang ada di sana. Tentu saja pandangan mereka lebih banyak terarah pada Hayom yang tengah konsen pada ponselnya. Selain Hayom, ada satu lagi sebenarnya yang sangat dikagumi di SMA Airlangga yaitu Rion.

Rion memiliki tubuh yang tidak kalah atletis dengan Hayom dan paling tinggi diantara teman gengnya. Rion juga terkenal lebih easy going khas anak IPS tidak seperti Hayom yang cenderung dingin. Bisa dibilang, Rion adalah the next most wanted guy di Airlangga setelah Hayom.

"Lo yakin bener kalo Renata mau nerima lo?" tanya Dafa pada Rion. Sebuah anggukan tegas datang sebagai balasannya. Siapa sih lagian yang tidak mau jadi pacarnya Rion. Gini-gini, dia adalah salah satu atlet tenis dan pencak silat terbaik di Airlangga.

"Kalo dia nggak mau, tinggal paksa aja" Rion terkekeh tahu betul kekuasaan yang dimilikinya. Bukan hal sulit untuk mendapatkan Renata - cewek cantik berambut panjang bak iklan shampoo yang sebenarnya tidak jelek tapi entah kenapa selalu dibully sejak dulu - cewek itu pasti akan menjawab Ya dalam sekali tembak.

"Kalian yakin masih lanjutin tuh taruhan?" diantara mereka hanya Hayom yang sebenarnya tidak setuju dengan ide teman-temannya itu. Taruhan yang dibuat karena katanya mereka bosan karena tidak bisa bolos dan melakukan aksi lainnya. Setelah kejadian tawuran maut di semester lalu, orang tua mereka sudah pasang badan untuk terakhir kali dan kali ini mereka tidak bisa berbuat banyak hanya untuk sekedar bolos sekolah.

"Yoi, buat rame-rame ajalah, lagian kalau si Rion kalah kita dapet banyak hahahaha" Hayom menggeleng-gelengkan kepalanya

"Yah semoga lo nggak jatuh cinta beneran sama dia" ucap Hayom memperingatkan

"Elah nggak bakal!" tepis Rion, dia tidak menyadari kalau hal itu mungkin saja terjadi.

"Bosen amat ya kaya gini terus. Vin nggak ada yang ngajakin duel apa gimana?" Kevin menggelengkan kepalanya, dia juga membuka ponselnya dan menggeser layarnya "Nggak ada"

"Kenapa pada takut duel sama lo sih Yom? Besok kalo ada yang ngajakin pasang Rion aja deh" ucap Dafa yang juga merasa bosan dengan aktivitasnya yang begini terus.

"Wih, cewek mau ke mana nih?" Ucap Dafa dengan nada suara yang cukup keras, teman-temannya pun menoleh pada siapa dia berbicara.

Vivi yang tadinya berjalan cepat seketika berhenti mendengar suara Dafa. Teman sekelasnya itu memang hobinya usil. Bibirnya mencebik dan dia melengos tidak peduli dengan Dafa.

"Yaelah ditanyain juga"

"Mau nganterin minum buat Kina di ruang guru" jawab Vivi datar

"Ngapain dia di sana?" tanya Dafa lagi

"Tadi dia disuruh nyalin nilai ulangan sama Bu Risma"

"Dia tahu nilai sekelas dong?"

"Iya kali" jawab Vivi tidak peduli

MARRIAGE WITH BENEFITWhere stories live. Discover now