MWB-5

3.4K 180 2
                                    

Tok tok tok.....

Terderngar suara pintu diketuk dari luar. Hayom yang masih belum sadar sepenuhnya masih memejamkan mata namun bunyi ketukan pintu itu semakin keras disusul dengan suara nyaring Hayu.

"Hayom buka pintunya. Atau Mama masuk nih"

"Masuk aja ma" Kata Hayom yang masih mencoba sadar dari kantuknya

"Ayo cepet siap-siap kita pergi ke rumahnya Kina", Hayom melirik jam beker di nakas sebelah ranjangnya dan ternyata ini masih sangat pagi.

"Ini baru jam lima ma, nggak sopan bertamu pagi-pagi banget", Elak Hayom yang masih menguap

"Hayom, barusan mama dapet telfon kalau Ibunya Kina meninggal" Hayom yang tadi mengantuk kini membelalakan matanya. Jadi firasat orang tuanya itu benar dan kini Ibunya Kina telah meninggal. Innanilahi.

Matanya mengerjap sebentar, dia masih belum percaya dengan kabar yang didengarnya barusan "Yaudah aku siap-siap bentar"

"Kamu ijin aja sekolahnya, temenin Kina dulu", Hayom mengangguk dan beringsut ke kamar mandi.

Setelah semuanya sudah siap, mereka segera berlalu ke kediaman Kina yang cukup jauh dari kediaman mereka. Rumah Kina ternyata berada di sebuah desa kecil di pinggiran Ibu Kota. Kedatangan keluarga Hayom bahkan ditanggapi dengan beberapa tatapan aneh dari para tetangga yang sudah melayat di sana.

Maklum saja mereka mengendarai mobil Alphard yang pasti itu sejenis mobil mahal dan langka yang tidak bisa ditemukan di desa bergang kecil ini. Mereka bertiga turun dari mobil setelah mendapatkan tempat parkir mobil di depan sebuah masjid. Terlihat sudah banyak pelayat yang datang. Mereka kemudian masuk ke sebuah rumah sederhana seraya bersalaman dulu dengan para pelayat yang telah menyambut.

Banyak pasang mata di sana yang jelas-jelas menatap mereka. Jelas sekali dilihat penampilannya mereka adalah orang berada dan berbeda dengan mayoritas penduduk di desa itu yang masuk dalam golongan menengah ke bawah. Beberapa diantaranya bahkan menatap penuh selidik pada Hayom yang hanya menggunakan kemeja hitam saja sudah memunculkan aura mengagumkan yang tak terbantahkan. Sebenarnya siapa mereka? Kenapa bisa datang melayat orang yang notabene adalah orang miskin dan jarang pulang ke kampung halamannya ini.

Hayom menyadari akan gelagat aneh yang ditunjukkan padanya dan orang tuanya, tapi dia tetap berusaha biasa dan cool seperti biasa. Sejujurnya, ini juga bukan menjadi hal yang biasa baginya. Bertandang pada lingkungan yang seperti ini tidak pernah menjadi gayanya.

Sesampainya di dalam, Hayom termenung sebentar mendapati Kina yang sedang menangis di samping jenazah Ibunya. Jantungnya berdegub kencang menyadai kalau semua ini terjadi karena ulahnya juga. Namun pikiran itu hanya sesaat karena selanjutnya dia berpikir bahwa kalau bukan dirinya yang menabrak pasti Ibunya Kina juga akan meninggal dengan cara lain. Tidak lain ini hanyalah takdir dan mungkin ini hanya salah satu jalannya saja. Setidaknya itu yang dipikirkannya untuk menenangkan seluruh prasangka bersalahhnya.

Terlihat orang tua Hayom duduk mendekati Budhe dan Pakdhenya Kina, orang yang tahu bahwa mereka kini sudah menikah. Hayom pun akhirnya ikut mendekat karena masih ragu jiika harus menemui Kina.

"Nak Hayom, alhamdulillah sekarang Kina sudah ada yang menjaga. Ibunya pergi dengan tenang setelah kalian menikah semalam" Ucap Budhenya Kina yang tentu saja berkata sangat pelan supaya tidak ada yang mendengar. Pernikahan itu masih menjadi rahasia mengingat keduanya masih sekolah.

"Budhe tenang saja. Setelah ini Kina akan tinggal di rumah kami", Hayom mengernyit mendengar ucapan Mamanya, tinggal di rumah bersamanya? Apa-apaan ini?

MARRIAGE WITH BENEFITWhere stories live. Discover now