Bitter : 28. Explosion

8.2K 1.2K 319
                                    

Dua minggu berlalu dengan cepat. Tak banyak yang bisa mereka dapatkan dari pelatihan. Hanya saja, kini mungkin mereka bisa menjaga diri masing-masing ketika sedang bekerja di lapangan.

Mengenai masalah Park Seojoon, Chanyeol sudah memiliki cukup bukti bahwa yang mensabotase bus produksi perusahaan Seojoon adalah kaki tangan So Jisub.

Hanya saja, posisi mereka terlalu sulit untuk mengungkap kebenaran itu. Jisub memilik orang dalam di berbagai posisi. Termasuk jaksa dan kepolisian.

Sedangkan Lalice, setiap memiliki waktu istirahat dia selalu mendengarkan hasil dari alat penyadap yang diletkkan pada kantor panti asuhan tempatnya tinggal dulu.

Sedikit pun tak ada yang mencurigakan. Kantor itu hanya di datangi oleh orang-orang yang memang memiliki keperluan dengan panti asuhan.

Lalice merasa sudah keterlaluan karena sempat mencurigai pemilik panti asuhan itu memiliki hubungan dekat dengan So Jisub. Seharusnya Lalice tak memiliki pemikiran seperti itu karena James sangat baik padanya sedari dulu.

"Igeo." Jisoo duduk di samping Lalice. Menyodorkan satu permen loli susu kepada gadis berponi itu.

"Sudah dua minggu ini aku tak melihatmu dengan permen ini." Lalice terkekeh mendengar ujaran Jisoo. Menerima permen itu, Lisa memang merasa cukup rindu dengan permen susu. Dua minggu ini dia tak sempat untuk memakannya.

Suasana kemudian hening di antara mereka berdua. Jisoo dan Lalice hanya diam memperhatikan Rosé dan Jennie yang masih melakukan pelatihan bela diri. Karena di antara mereka berempat, Jennie dan Rosé yang tidak memiliki banyak kemajuan pada bidang itu.

"Sore nanti aku akan ke panti asuhan untuk melepas alat penyadapnya," beritahu Lalice, membuat Jisoo kembali menatap gadis berambut abu itu.

"Ingin kutemani?" Jisoo menawarkan diri. Dia juga berniat untuk melihat tempat tinggal Lisa di masa dulu.

"Boleh---" Lalice menghentikan ucapannya ketika mendengar sesuatu dari earphone yang ada di telinganya.

"Apakah ada kendala?"

Lalice mengisyaratkan Jisoo untuk diam. Itu adalah suara pria yang tak asing lagi untuk Lisa. Jika tidak salah, dia adalah James. Seseorang yang cukup memiliki jasa dalam hidup Lalice.

"Tidak ada, Tuan. Hanya saja...." Suara dari Jung Sejin terdengar oleh Lalice.

"Dua minggu lalu Lalice berkunjung kesini."

"Really? Aku sudah lama tak melihatnya. Rasanya rindu sekali"

Lalice tersenyum kecil. Dia pun merasakan hal yang sama dengan James. Dia cukup merindukan lelaki itu. Sejak keluar dari panti asuhan, Lalice tak pernah lagi bertemu dengannya.

"Apakah... Kau yakin ingin melakukan itu pada Lalice? Selama 18 tahun, dia sudah cukup menderita."

Lalice mengerjab ketika mendengar kalimat aneh dari Sejin. Mendadak jantungnya berdegub lebih kencang. Dan berharap, jika kalimat itu tak memiliki arti apa-apa.

"Aku tidak memiliki pilihan, Sejin. Aku... Sudah memiliki kesepakatan dengan Tuan Jisub."

Kedua tangan Lalice mengepal kuat. Matanya memerah ketika rasa sedih dan marah menjadi satu dalam hatinya. Dia merasa tak tahu harus berbuat apa. Orang yang sangat dia hormati, ternyata tak sebaik yang dia pikirkan.

"Kita bicara nanti. Aku ingin istirahat." Setelah kalimat itu, tak ada lagi suara yang Lalice dengar. Sepertinya James dan Sejin memutuskan meninggalkan ruangan itu.

"Lili-ya, wae geure?" Jisoo bertanya dengan khawatir setelah melihat Lalice melepas earphonenya dengan wajah memerah.

Lalice memilih tak menjawab pertanyaan Jisoo. Gadis berambut abu itu bangkit dari duduknya. Berjalan dengan langkah cepat untuk keluar dari ruang latihan itu. Lalu menemukan Chanyeol sedang duduk di depan komputer.

Bitter ✔Where stories live. Discover now