Bitter : 1. Girl With Brown Hair

22.5K 1.9K 376
                                    

Dunia itu kejam. Satu fakta mutlak yang tidak bisa dihindari oleh manusia manapun. Sekali pun hidup mereka terlihat sempurna, takdir tentu tak akan sebaik itu.

Semua orang memiliki porsi penderitaannya masing-masing. Juga mendapatkan kebahagiaan yang tanpa mereka sadari sangatlah berharga. Karena di dalam hidup, semua rasa akan muncul. Manis, asin, asam, dan pahit. Empat rasa itu senantiasa mendampingi kehidupan seluruh manusia.

Jika biasanya malam hari dijadikan seseorang untuk menikmati waktu istirahat, berbeda dengan gadis berambut gray yang harus mencari sesuap nasi untuk bertahan hidup.

Kehidupan memang tak akan selaras di pandangan orang lain. Jika hampir sebagian manusia menikmati rasa manis di kala malam hari, gadis itu harus dengan tabah menikmati kepahitan di waktu yang sama.

Lalice Ackerley. Gadis berusia 18 tahun yang harus hidup sebatang kara. Tinggal di panti asuhan milik warga negara asing sejak bayi, yang membuat namanya juga menjadi seperti orang asing. Hingga umurnya yang ke 15 tahun, gadis itu memutuskan keluar dari panti asuhan dan memilih berjuang untuk hidup sendiri. Tentu tanpa memutus sekolahnya hingga lulus satu tahun lalu.

Menjaga sebuah tempat pengisian bahan bakar kendaraan adalah pekerjaan gadis itu saat malam hari. Terhitung dari jam tujuh malam hingga pukul dua pagi. Sedangkan pekerjaan lainnya adalah menjadi pelayan sebuah rumah makan seafood pada jam sembilan pagi hingga pukul empat sore.

"Nona, cepatlah! Aku sedang terburu-buru!" Seruan itu membuat Lalice mendesis. Dengan kesal mengisi bahan bakar yang diminta oleh pembeli itu. Dan setelah selesai, pria dengan mobil Subaru XV itu melembarkan beberapa lembar uang dan berlalu begitu saja.

Hal menjengkelkan yang sering sekali Lisa terima dari para pembeli tak tahu sopan santun. Menganggap jika manusia seperti Lalice tak perlu mendapatkan perlakuan yang pantas sebagai sesama manusia.

"Apakah otaknya sudah tertumpuk dengan uang? Bodoh," gumam Lalice seraya memunguti beberapa lembar uang yang harus disetor pada atasannya nanti.

"TOLONG!"

Hendak duduk sejenak untuk mengistirahatkan kakinya yang lelah, Lalice tersentak mendengar suara teriakan menggema di jalan raya yang kini mulai sepi.

Gadis berponi itu menoleh kesekitarnya, dan di tempat itu hanya ada dia. Berpikir sejenak, Lalice berusaha memunculkan sifat saling tolong-menolongnya.

Alhasil, setelah berpikir terlalu keras. Lalice akhirnya bangkit dan berjalan cepat menuju jalan raya. Ternyata disana sudah ada pemandangan yang cukup mencengangkan.

Seorang gadis malang harus diseret oleh beberapa lelaki bertubuh besar. Tentu dengan usaha pemberontakan yang menurut Lalice tak ada gunanya. Tubuh gadis berambut cokelat itu mungil, tentu kalah dengan ukuran pria-pria yang menyeretnya.

"Hey!" Teriak Lisa santai, seakan menyapa teman lana yang sudah tidak lama bertemu.

"Tak tahukah kalian jika disana ada kamera CCTV." Tunjuk Lisa pada sebuah kamera CCTV yang terpasang tak jauh dari pria-pria berbadan besar serta seorang gadis itu.

"Aku juga sudah berniat menelpon Pamanku. Dia polisi yang bertugas di sekitar sini. Mungkin lima menit akan segera sampai."

Empat pria berotot itu terlihat kalang-kabut. Tanpa berkata apapun mereka berlari memasuki sebuah mobil van hitam meninggalkan gadis yang semula berusaha mereka bawa.

"Otot mereka tidak sebanding dengan mental mereka." Gumam Lisa tersenyum kecil, lalu memasukkan lagi sebuah permen gagang yang sempat dia lepas dari mulut. Memandang sejenak gadis yang terlihat lemas di seberang sana, lalu beranjak kembali menuju tempatnya semula tanpa berniat bertanya akan keadaan gadis itu.

Bitter ✔Where stories live. Discover now