Bitter : 54. Dark Business

2.2K 447 47
                                    

Jennie sama sekali tidak tahu tujuan adiknya. Tapi selama setengah jam berlalu mereka berdua hanya berdiri di depan sebuah gedung berlantai dua sedangkan Jungkook serta Suzy memilih berada di dalam mobil.

Lalice sama sekali tidak berbicara apa pun. Mungkin hanya Jungkook dan Suzy yang tahu karena pasti sebelum keluar, ketiga orang itu sudah membuat rencana.

"Lili, kenapa kita terus berdiam disini?" Jennie tak tahan. Ia bertanya agar mereka tidak terus bediri tanpa memiliki tujuan apa pun.

"Aku belum pernah menceritakan hal ini padamu." Saat Lalice mulai bicara, Jennie tidak berniat mendekat. Ia masih betah memandangi punggung adiknya yang terbalut hoodie itu.

"Kau pasti tahu jika aku pernah tinggal di panti asuhan." Lalice mulai bercerita.

Ini sungguh kejadian yang langka. Biasanya, Jennie selalu mendengar cerita Lalice melalui Rosé. Tapi kini adiknya itu bercerita sendiri. Hal yang Jennie tunggu-tunggu sedari dulu.

Jennie tidak memungkiri jika ia belum tahu banyak mengenai adiknya. Keinginannya untuk tahu bagaimana kehidupan Lalice sebelum kehadiran dirinya, sangat tinggi. Tapi selama ini dia menahan untuk tidak bertanya karena takut membuat Lalice kurang nyaman.

"Di panti asuhan itu aku tidak memiliki siapapun yang bisa ku jadikan teman. Aku selalu sendirian. Semua orang membenciku entah mengapa. Bahkan istri James pun selalu memukuliku setiap James memberiku uang saku." Tubuh Jennie kaku setelah mendengar itu.

Ternyata hidup Lalice selama ini lebih pahit dari yang ia bayangkan. Semua ini karena ulah So Jisub. Jennie terus bertanya dalam pikirannya, mengapa harus Lalice yang dibuat menderita padahal gadis itu tak memiliki salah apa pun.

"Tapi disana, aku memiliki satu malaikat. Dia selalu menjagaku, mengurusku saat sakit, memberikan aku kenyamanan yang tak pernah aku dapatkan. Namanya Seulgi." Jennie terus berusaha menyimak cerita Lalice, yang sepertinya ingin menunjukkan bahkan hidupnya tidak melulu tentang pahit.

"Aku menganggapnya sebagai kakak. Dan dia selalu menganggapku sebagai adik. Hanya saja, setelah dia dan aku keluar dari panti asuhan kami jarang bertemu." Lalice tampak menunduk. Dia merasa bersalah pada Seulgi karena tak pernah menemuimya semenjak sibuk dengan kasus yang ditanganinya.

Terakhir mereka bertemu mungkin saat Lalice mengantarkan Seulgi ke Bar paman gadis itu. Setelahnya mereka hanya bertukar kabar lewat pesan sesekali. Itu pun sebelum ponsel Lalice yang lama hancur. Saat ini, bahkan ia tak bisa menghubungi gadis itu karena ponsel lamanya tidak bisa pulih.

"Aku belum sempat mengucapkan terima kasih. Padahal, dia adalah orang pertama yang membuatku tahu apa itu bahagia."

Mendengarkan cerita Lalice, Jennie cukup iri dengan gadis yang bernama Seulgi itu. Bukan Jennie yang selalu ads di sisi Lalice dan menemaninya bertumbuh. Tapi Seulgi yang bahkan Jennie tak tahu rupanya seperti apa.

"Sekarang dia sudah memiliki Dance Academy seperti keinginannya saat kecil. Dia benar-benar berhasil."

Jennie mulai mendekat. Menggenggam tangan Lalice yang dingin karena udara malam.
"Kita akan menemuinya nanti. Mana mungkin dia masih ada disini sekarang."

Jennie benar. Ini sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Mustahil jika Seulgi masih ada di dalam sana. Tapi bagaimana mungkin Lalice bisa menemuinya terang? Selama ini dia selalu di kurung di dalam istana orang tuanya.

"Terima kasih, Seulgi-ssi. Tapi cukup sampai disini. Sekarang tugasku untuk menjaga Lalice, bukan dirimu lagi." Jennie bergumam dalam hati, lalu menarik Lalice untuk memasuki mobil Jungkook.

Selang beberapa menit mobil itu pergi, sosok Seulgi keluar dari gedung. Ia tampak lelah karena harus membuat sebuah choreography untuk group yang akan debut bulan depan.

Bitter ✔Where stories live. Discover now