Bitter : 13. Shoot

8.4K 1.4K 180
                                    

"Igeo."

Lalice memandang sebuah pistol dengan tipe Glock Mayer 22 hitam yang baru saja Yoongi sodorkan padanya. Oh ayolah, dia dan Jisoo bahkan belum meletakkan tas mereka di meja kerja. Namun Yoongi sudah menghalangi jalannya.

"Cepat ambil. Kita akan berlatih menembak." Tak sabar, Yoongi melempar senjata api itu kearah Lalice. Dan dengan panik, dia segera menangkapnya cukup baik.

"Lalice, kau akan berlatih bersama Yoongi. Dan Jisoo bersama Seokjin." Beritahu Namjoon yang membuat semangat Lalice pagi ini meluntur.

Dari sekian banyak anggota, kenapa harus Yoongi? Lelaki itu sangat menyebalkan menurut Lalice. Sikapnya sama seperti batu. Keras, dingin, dan datar. Ingin rasanya Lalice memukul wajah itu agar berekspresi sedikit saja.

"Cepatlah, Nona. Agen rahasia tidak ada yang lamban sepertimu!" Yoongi berteriak sembari berjalan menjauh. Membuat Lalice mendengus dan memilih pasrah mengikuti langkah lelaki itu.

"Mereka memiliki sifat yang sama. Apakah tidak apa jika bersama seperti itu?" tanya Jisoo memandang kepergian Lalice dan Yoongi dengan ragu. Entah jadi apa pelatihan nanti ketika dua es saling bertemu.

"Justru itu mereka harus sering bersama." Jawab Namjoon tersenyum kecil. Meninggalkan Jisoo bersama Seokjin yang sudah berada di sampingnya sembari membawa sebuah pistol yang sama dengan milik Lalice tadi.

"Ayo,"

Mereka berdua mulai berjalan mengikuti arah kemana Yoongi membawa Lalice tadi. Hingga Jisoo harus ternganga melihat sebuah ruangan yang sangat asing. Dengan berbagai papan sasaran yang terpasang disana.

Dor~

Jisoo terlonjak kaget mendengar suara yang sangat memekakan telinga itu. Dia segera mencari sumber dimana suara pistol tadi muncul. Dan di sanalah mereka. Tampak jelas Lalice sudah memulai latihannya bersama Yoongi.

"Hey, kau merasakan hawa dingin mereka bahkan sampai kesini?" gumam Seokjin bergidik merinding. Melihat betapa hambarnya Lalice dan Yoongi, Seokjin benar-benar merasa pilihan Namjoon kali ini salah.

"Sudah kubilang. Mereka tak akan cocok." Jisoo membalas gumaman Seokjin dengan kesal. Hanya bisa menggelengkan kepala melihat Lalice tak sedikit pun berinteraksi dengan Yoongi setelah lelaki itu menerangkan apa yang harus Lalice lakukan.

.......

Sudah beberapa hari ini Rosé dan Jennie hanya berdiam di apartemen. Mereka bahkan dilarang untuk sekedar pergi ke mini market untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Entah apa alasan Jisoo dan Lalice, mereka benar-benar mencurigakan.

Sembari memakan keripik kentangnya, Rosé memikirkan hal itu dalam-dalam. Mengabaikan acara televisi yang menampilkan Drama Korea kesukaan Jennie.

"Mobil mewah, ponsel mahal, apartemen besar. Bukankah ini aneh, Unnie? Tidak ada pekerjaan yang langsung memberikan fasilitas seperti itu pada karyawan barunya." Ujar  Rosé beralih memandang Jennie yang terfokus pada layar televisi.

"Aku sudah lelah menanyakannya." Sahut Jennie tanpa menatap kearah Rosé.

"Jika mereka tidak ingin menjawab, bukankah seharusnya kita yang mencari tahu?" mendengar kalimat Rosé itu, Jennie mampu mengalihkan pandangannya dari layar televisi.

Sebenarnya dia tak ingin setuju dengan usulan Rosè karena Lalice pernah berjanji untuk memberitahunya. Namun, melihat tak ada tanda-tanda bahwa Lalice akan melakukan itu, Jennie memilih memgangguk.

Bukannya mereka ingin tahu. Mereka tentu senang jika Lalice dan Jisoo mendapatkan pekerjaan yang layak. Hanya saja, apa yang mereka terima sungguh mencurigakan. Jennie dan Rosé tak ingin jika pekerjaan Jisoo dan Lalice membahayakan kedua gadis itu.

Bitter ✔Where stories live. Discover now