Bitter : 48. Long Journey

2.5K 537 50
                                    

Di depan sebuah ruang perawatan VVIP itu tampak ada begitu banyak orang sedang terjaga malam ini. Bahkan ada Han Suzy yang Lalice kenal belum lama ini.

Jika saja saat ini Lalice melihatnya, mungkin dia akan terkagum melihat betapa banyak manusia yang sedang mengkhawatirkan keadaannya.

Padahal dahulu, ia pernah bergumam saat belum lama meninggalkan panti asuhan untuk hidup sendiri.
"Siapa yang akan menangisiku jika aku meninggal ya?"

Bahkan karena terlalu putus asa, gadis itu berniat memelihata anjing atau kucing untuk menemaninya. Setidaknya, jika ia pergi akan ada soaok yang merasa kehilangannya.

Tapi belum sempat niat itu terlaksana, ia mulai bertemu banyak orang baik yang kini benar-benar merasa takut jika ia akan pergi.

"Dia sudah melewati masa kritis. Kalian tidak perlu menunggu disini. Lebih baik pulang dan istirahat." Ketika waktu menunjukkan hampir jam 2 pagi, Junmyeon mulai bisa meraih kekuatannya untuk bicara.

Lelaki itu sepertinya sudah mulai berdamai dengan keadaan. Jika semula ia sungguh tak suka dan amat marah dengan kehadiran anggota rahasia NIS, maka sekarang tidak lagi.

Biar bagaimana pun mereka adalah teman-teman anaknya. Mereka juga yang membuka jalan untuk penyelesaian masalahnya dengan So Jisub.

"Tidak, Tuan. Kami akan berada disini sampai dia bangun besok pagi." Chanyeol yang duduk di ujung kursi tunggu menjawab.

Setelah mereka mendengar tentang kondisi Lalice yang menurun, semuanya bergegas pergi ke rumah sakit dengan perasaan khawatir. Mereka sudah sepakat akan pergi jika Lalice bangun dan mengatakan dengan bibirnya sendiri bahwa ia sudah baik.

Sedangkan di dalam ruangan, ada Joohyun yang berjaga di samping ranjang Lalice. Sedangkan Jennie kini duduk di sofa ruangan itu bersama Rosé dan Jisoo.

Ibu tiga anak itu terus terjaga sepanjang malam. Tangannya tak pernah melepaskan Lalice barang sedetik pun.

Sampai jam menunjukkan pukul 4 pagi disaat semua orang tak sengaja jatuh dalam tidur, Lalice mulai membuka matanya yang terasa berat.

"Sayang, kau dengar eomma?" Suara itu membuat dahi Lalice mengerut.

"Nugu?" Lalice bertanya dengan serak, karena sungguh wajah itu sangat samar untuk ia lihat.

"Ini Eomma, Sayang."

Eomma? Lalice kemudian berusaha memutar isi kepalanya hingga ia terkekeh dan bergumam dalam hati.
"Benar. Aku punya ibu sekarang."

Dunia lucu sekali ya. Tidak biasakan takdir membuat ia keren saat bertemu keluarganya? Tapi kenapa justru seperti ini? Bukankah ia sekarang tampak menyedihkan? Lalice sungguh tidak suka harus terjebak dalam keadaan seperti ini dan dipandang sendu oleh orang lain.

"Jangan memikirkan hal berat. Tidurlah lagi, hm? Eomma sudah memanggil Dokter." Apa Bae Joohyun ini bercanda? Tidak tahukah wanita itu jika kini punggung Lalice rasanya sangat panas karena terlalu lama berbaring.

"Berapa biaya perawatan disini? Kenapa dia tidak bisa membuatku sembuh?" Masih dengan suara lemas, Lalice bertanya pada sosok yang kini wajahnya mulai terlihat jelas.

"Ini bukan tentang perawatannya, Sayang. Tapi racun yang masuk ke dalam tubuhmu itu memang sangat fatal." Walaupun pertanyaan Lalice sepertinya terlontar karena gadis itu belum sadar sepenuhnya, Joohyun tetap menanggapi.

Sedangkan Lalice sempat terdiam dan meraba sekitar perut dan dadanya. Tidak bisa dipercaya jika beberapa organnya telah di ambil karena rusak.

"Padahal dulu saat ada yang menawar organku hingga seratus juta Won saja tak mau ku beri. Sekarang organku harus di ambil secara suka rela." Lalice masih terus saja meracau, hingga Dokter tiba dan memeriksanya.

Bitter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang