Bitter : 46. Just a Hope

2.7K 555 55
                                    

Rapat dadakan itu di gelar lantaran Chanyeol harus memberitahu teamnya tentang penemuan baru dari Lalice. Satu jam berlalu, ia sudah berhasil menjabarkan seluruh kertas yang Wendy cetak untuknya tadi.

Disana tak hanya ada anggota divisi rahasia NIS. Rapat itu juga dihadiri oleh Cha Manwo. Ia cukup kagum dengan hasil yang Lalice dapatkan walau gadis itu baru saja sadar dari koma.

"Dari mana dia mendapatkan ini semua?" Yoongi bertanya dengan bingung. Selama ini, Lalice tak pernah berbicara mengenai bukti baru itu. Dan jika Lalice mendapatkannya baru-baru ini rasanya tak mungkin.

"Sepertinya saat aku dan ia ke panti asuhan untuk melepas alat penyadap suara disana. Lili menyuruhku untuk mengobrol dengan penjaga panti asuhan. Sedangkan ia beralasan mengambil beberapa barang di kamar lamanya." Jisoo yang juga ada di dalam ruangan itu angkat suara.

Ia ingat saat itu, sebelum dirinya dan Lalice diberi tugas untuk mengintai lokasi pengeboman di mini market mereka memang sempat pergi ke panti asuhan.

Selain untuk melepas alat penyadap, Lalice bicara padanya untuk mengambil barang-barang pribadi yang tertinggal disana. Tanpa Jisoo ketahui, bahwa saat itu Lalice sempat mengambil banyak berkas dari ruangan James.

Dahulu, saat Lalice mengambilnya ia sama sekali tak mengerti berkas apa itu. Ia hanya yakin, jika James terlibat dengan kejahatan So Jisub pasti berkas-berkas di dalam komputer James saat itu cukup penting untuk penyelidikannya.

Setelah mendapatkan berkas tambahan yang dia dapat dari penangkapan So Jisub, Lalice berusaha menyatukannya hingga menjadi sebuah alur transaksi yang cukup mereka butuhkan.

"Wendy, Yoongi, Taehyung. Aku harus mengutus kalian pergi ke Irlandia untuk menyelidiki bisnis penjualan manusia itu. Chanyeol, Jungkook dan Rosé, kalian pergi ke Toko kue Andong dan Apotek Transmedic. Seokjin, Namjoon dan Jisoo, kalian selidiki Toko kelontong Baechan dan Bengkel Josuk."

Semuanya mengangguk patuh terhadap perintah Cha Manwo. Kali ini, langkah mereka sudah tak sendiri lagi. Melainkan ada Cha Manwo yang mengatur setiap gerak. Mereka tak ingin lagi merasa tahu segalanya dan bertindak sendiri yang akhirnya mengorbankan banyak hal.

"Maaf jika aku menyela. Bolehkan aku bertanya?" Rosé yang sedari awal sudah tak tahan ingin bertanya, akhirnya mulai mengeluarkan pendapatnya.

Melihat Cha Manwo mengangguk, perasaan menggebu dalam diri Rosé seketika bangkit. Ia menarik napasnya,
"Dalam misi ini, kenapa hanya kau saja yang terlihat peduli? NIS tidak punya Direktur Utama kah?"

Perkataan Rosé memang benar. Sejak awal penyelidikan tentang So Jisub digelar, tak sekali pun Direktur Utama NIS muncul untuk setidaknya mendukung mereka. Hanya ada Cha Manwo yang tampak berjuang sendirian menjadi benteng divisi rahasia itu.

"Direktur Utama NIS bernama Kim Raewon. Dia tidak ikut serta dalam misi kali ini. Unit rahasia NIS ini terbentuk pun, dia tidak diberitahu." Dengan lancar, Cha Manwo menjawab pertanyaan Rosé tanpa ragu.

"Apakah bisa seperti itu? Bukankah seharusnya setiap keputusan harus melalui dirinya dahulu?" Jisoo meneruskan pertanyaan Rosé.

"Kim Raewon adalah ayahku."

Suara itu sungguh mengejutkan seluruh ruangan terkecuali Cha Manwo. Mereka tentu sama sekali tak tahu bahwa selama ini Kim Taehyung adalah anak dari Direktur Utama NIS. Pantas saja karirnya di dalam NIS sangat lancar.

"Dugaan saat ini, jika ayahku adalah salah satu orang yang menyokong So Jisub dari belakang." Kim Taehyung sudah menduga jika teman-temannya akan lebih terkejut dengan kalimat terakhirnya ini.

"Lalu untuk apa kau bersedia bergabung bersama kami? Kau tidak berniat menjadi penghianat kan?" Seokjin mulai menegakkan badannya. Menatap Kim Taehyung dengan tatapan tak suka.

Bitter ✔Where stories live. Discover now