Bitter : 51. Leaving Home

2.5K 497 28
                                    

Getaran pada ponsel yang berada di saku jaketnya itu membuat Lalice terbangun. Beberapa saat ia harus berdiam untuk mengembalikan kesadarannya setelah tertidur cukup lama.

Seingat Lalice, terakhir kali ia berada di taman belakang bersama Jennie. Tapi sekarang ia sudah berada di sebuah kamar yang ukurannya begitu besar.

Ketika ponselnya kembali bergetar, Lalice meraih benda itu dan mematikan alarm yang sengaja ia setel tepat pukul satu malam.

Gadis itu bangkit dari tidurnya. Mendapati Jennie yang sedang tertidur lelap di sampingnya. Tampaknya Jennie memang serius ketika mengatakan ingin pindah ke kamar Lalice. Terlihat pula dari isi kamar itu yang bisa dibilang cukup banyak.

Tidak ingin membangunkan sang kakak, Lalice perlahan turun dari ranjang. Ia mengerjit ketika merasakan perih pada lengannya. Lalu ia melihat ada sebuah plaster disana. Kemungkinan dokter sempat datang dan menyuntikkannya obat saat ia tertidur.

Mengabaikan rasa perih pada lengannya, Lalice berjalan pelan menuju sebuah meja. Ia raih salah satu bingkai foto berukuran 2R disana.

"Kiyowo." Ungkapan itu Lalice lontarkan melihat gambaran sang kakak saat berusia sekitar tiga tahun, mungkin.

Masih ingin melihat berbagai foto Jennie disana, namun ponselnya kembali bergetar. Kali ini tidak sebentar, yang berarti ada panggilan masuk.

Lalice mematikannya, tentu jika ia menjawab panggilan itu Jennie akan terbangun. Tak lama setelah panggilan itu berakhir, sebuah pesan singkat muncul.

Jeon Jungkook
Online

Aku sudah ada digerbang bagian belakang mansion. Bisakah kau cepat? Aku sudah seperti perampok yang ingin masuk ke kandang harimau. - 01.10 KST

Benar. Ia sudah membuat Jungkook menunggu terlalu lama. Maka ia mulai memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku jaket.

Melirik Jennie sebentar, dan memutuskan untuk melepas foto masa kecil gadis itu dari bingkai lalu mengantonginya.

"Ini adalah jimatku sekarang." Lalice bergumam, sebelum akhirnya meraih sepatunya di pojok ruangan dan keluar melalui pintu balkon kamar.

Posisi kamar itu cukup menguntungkan untuk Lalice karena jendelanya mengarah pada taman belakang. Artinya tidak ada penjaga di daerah itu.

Ia kemudian memakai sepatunya, kemudian mencari sesuatu yang bisa membantunya untuk turun dari balkon lantai 2 bangunan tanpa harus melompat.

Sekali lagi keuntungan kamar itu yang terletak di dekat taman belakang, pohon-pohon yang tumbuh disana pun jaraknya tak terlalu jauh dari balkon kamar.

Lalice memilih satu pohon yang letaknya cukup dekat. Ia mulai melewati pagar balkon, bergerak dengan hati-hati untuk merayap di dinding bangun. Jika ia ceroboh sedikit saja, Lalice bisa terjatuh dan tubuhnya mungkin sedikit remuk. Karena ia sama sekali tak memiliki pegangan, serta tempat berpijaknya mungkin berukuran tak sampai 10 cm.

Berhasil meraih pohon itu, Lalice menghela napas lega. Ia kemudian menggunakan dahan-dahan yang cukup kuat untuk turun secara perlahan.

Setelah kakinya berpijak pada rerumputan, Lalice segera berlari menuju pagar bagian belakang yang ternyata jaraknya cukup jauh. Sesampainya disana, Lalice langsung menaikinya dan menemukan Jungkook sedang menunggu dengan wajah tegang.

"Sini aku bantu." Jungkook segera meraih tangan Lalice dan membantunya turun.

Keduanya kini berdiri sejajar. Tampak mengamati sekitar dan disana cukup sepi. Cahayanya pun minim karena hanya ada beberapa lampu terpasang.

Bitter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang