Bitter : 61. Her Mission Is Completed

5.1K 565 130
                                    

Banyak harapan dan rencana masa depan yang sudah dia siapkan bersama Lalice. Tapi apa gunanya itu sekarang jika Lalice saja tidak akan pernah lagi berada di sisinya untuk mengujudkan impian mereka bersama.

Kehilangan sosok yang sudah menjadi dunianya masih tidak bisa diterima oleh Jennie. Seketika bayang-bayang kehidupannya tanpa Lalice berputar dan hal itu selalu membuat Jennie menangis.

Jennie sudah terlanjur meletakkan seluruh rasa sayangnya pada sosok Lalice tanpa menyiksakan sedikit untuk orang lain. Ia bahkan tidak tahu bagaimana harus menjalani hidupnya nanti.

Saat ini, hanya Jennie yang menjadi satu-satunya kerabat Lalice di dalam ambulance itu. Walau dalam keadaan lemas dan hampir pingsan, Jennie memaksakan diri untuk mengantar jasad adiknya ke rumah sakit.

Ini adalah terakhir kali Jennie bisa dengan puas memandangi wajah itu. Karena petinggi NIS akan mengambil alih upacara pemakaman Lalice. Itu adalah bentuk dari rasa hormat karena Lalice sudah banyak berjasa. Lagi pula, sampai saat ini Lalice secara resmi masih menjadi anggota divisi rahasia NIS.

Awalnya hal itu menjadi perdebatan saat tubuh Lalice dimasukkan ke ambulance. Tapi mendengar ucapan Rosé yang mengungkap bahwa Lalice begitu bangga menjadi bagian dari NIS, membuat anggota keluarnya mengalah.

"Mulai besok, Unnie tidak akan bisa melihat wajah ini lagi saat bangun tidur." Setelah sekian lama membisu, akhirnya Jennie berbicara sembari mengusap lembut wajah pucat Lalice.

Kira-kira sudah berapa lama ia memiliki kebiasaan untuk memandangi wajah Lalice setelah bangun dari tidur? Hal itu sudah terjadi sejak mereka memilih satu kamar ketika tinggal di apartement pemberian NIS.

"Unnie juga tidak bisa membuatkan Lili kue lagi." Jennie meremas jemari-jemari Lalice yang dingin.

Kehidupannya sudah benar-benar hancur sekarang. Jennie bahkan merasa dirinya sudah tidak bisa berpikir jernih. Hingga tiba-tiba tanpa alasan yang jelas ia tertawa terbahak-bahak melihat wajah adiknya. Hal itu tentu membuat petugas di dalam ambulance merasa takut.

"Unnie bahkan tidak akan memaafkan Lili sampai kapan pun, karena Lili sudah menginggakri janji."

Tawa Jennie berhenti. Ia menunduk, menghujami wajah adiknya dengan kecupan. Membiarkan air matanya mengalir dan ikut membasahi wajah sang adik.

"Unnie akan membenci Lili selamanya karena telah meninggalkan Unnie." Jennie mengecup bibir adiknya yang kering. Berlanjut ke bagian wajah lainnya.

Sepanjang perjalanan, ia tak lagi mampu bicara. Yang Jennie lakukan hanya sesekali memandangi wajah pucat adiknya dan terus memberikannya kecupan. Karena ia tahu, setelah sampai di rumah sakit ia tak bisa melakukan itu lagi.

..........

Dua jam setelah Lalice dinyatakan meninggal dunia, So Jisub dan Seulgi berhasil di tangkap. Tak hanya itu, NIS juga sedang dalam proses menyapu bersih seluruh anggota organisasi Geumyang milik So Jisub.

Langkahnya lebar. Tatapannya benar-benar tajam. Kim Junmyeon dengan pakaian yang masih dipenuhi bercak darah anak bungsunya sendiri berniat mendatangi mantan sahabatnya di ruang introgasi.

Ia membuka kasar pintu itu. Tak ada yang berani menghalanginya karena Junmyeon sendiri ditemani oleh pria-pria berbadan besar di belakangnya.

"Aku akan membunuhmu, sialan!" Junmyeon menarik kerah baju So Jisub dan memukul wajah lelaki itu berulangkali.

Brak!

Junmyeon membanting tubuh itu ke lantai, lalu meraih sebuah kursi dan melemparkannya hingga So Jisub berteriak kesakitan.

Bitter ✔Where stories live. Discover now