Bitter : 24. Beleaguered

6.4K 1.2K 215
                                    

Malam ini terasa dingin. Jennie yang semula sudah terlelap, berusaha mencari kehangatan dengan memeluk Lalice yang biasanya berbaring di samping gadis itu. Tapi dia mengernyit saat merasa ruang di sampingnya kosong.

Jennie membuka matanya, menatap jam dinding yang kini menunjukkan angka dua belas. Mustahil jika Lalice belum pulang hingga tengah malam begini.

Gadis berpipi mandu itu bangkit. Berniat mencari Lalice di apartement itu. Siapa tahu Lalice sedang berada di dapur untuk menyantap ramen instan karena biasanya gadis kurus itu merasa lapar ketika tengah malam menyapa.

Sunyi. Sesampainya di dapur dia tak menemukan siapa pun. Membuat Jennie bergerak sedikit panik mengelilingi apartement itu, dan menemukan Jisoo yang tertidur dengan posisi duduk di sofa ruang tamu.

"Unnie," Jennie menggoyahkan bahu Jisoo pelan. Membuat si empunya terbangun karena terusik.

"Kenapa kau tidur disini?" mendengar pertanyaan Jennie, Jisoo baru saja tersadar jika dia tak sengaja tertidur.

Dia berada di sofa itu sejak jam delapan malam untuk menunggu Lalice pulang. Tapi tampaknya dia tak sengaja tertidur karena kelelahan serta memiliki banyak pikiran berat.

"Apa Lili sudah pulang? Aku menunggunya," ujar Jisoo mendapat jawaban gelengan lesu dari Jennie.

Lalice masih marah pada mereka. Itulah yang ada di pikiran kedua gadis itu saat ini. Jisoo mulai gelisah. Dia bergerak meraih ponselnya. Hendak menghubungi Lalice, namun sebuah pesan group membuatnya mengurungkan niat itu.

"Lili pasti pergi kesini. Kita harus menyusulnya."

.........

Chanyeol dan Taehyung sudah tiba di gudang penyimpanan produk kendaraan milik Cyber Sky Company. Tapi yang membuat mereka sangat terkejut adalah keberadaan pimpinan perusahaan itu. Mereka tak menyangka bahwa Park Seojoon menunggu mereka.

Serentak, Chanyeol dan Taehyung membungkuk hormat pada lelaki Park dengan setelan jas berwarna abu itu. Dari wajahnya, tampak sekali jika ada beban berat yang kini sedang Seojoon pikul di pundaknya.

"Kami tidak tahu jika Tuan Park menunggu," ujar Chanyeol tak enak. Dia pikir, hanya ada bawahan lelaki itu saja yang akan mengawasi mereka untuk memeriksa gudang itu.

Park Seojoon menepuk pundak Chanyeol.
"Di rumah pun aku tak akan merasa tenang, Nak."

Chanyeol mengangguk paham. Park Seojoon sudah menjadi perbincangan hangat hampir di penjuru Korea Selatan karena mengakibatkan banyak nyawa melayang. Pernyataan polisi yang menuding jika ledakan bus itu terjadi karena kelalaian perusahaan Seojoon, membuat lelaki itu selalu menerima kritik pedas bahkan teror dari beberapa anggota keluarga korban.

"Bisakah aku percaya pada kalian?" tanya Seojoon penuh harap.

Taehyung dan Chanyeol mengerti, bahwa kini lelaki Park itu tak lagi bisa percaya dengan aparat polisi yang sedang memakai topeng untuk menusuknya dari belakang.

"Kami memang tak bisa menjanjikan apa pun untukmu. Tapi, kau bisa percaya pada kami," ungkap Taehyung tersenyum tipis. Walau nyatanya senyum itu tak bisa terlihat karena terhalang oleh sebuah masker hitam di sebagian wajahnya.

Park Seojoon tampak lega. Dia tak bisa dengan bebas mempercayai orang di sekitarnya. Namun melihat ketulusan yang terlontar melalui kalimat milik Taehyung, Seojoon merasa kembali menemukan jalannya.

"Aku akan menemani mereka berdua. Kalian bisa menunggu di pintu masuk." Perintah Seojoon pada beberapa bodyguardnya.

"Tapi Tuan---"

Bitter ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن