Bitter : 60. Is The End Of The Gray

3.4K 519 143
                                    

Setelah melewati jalanan bebatuan, mobil hitam itu berhenti. Sejenak ia terdiam, lalu mengeluarkan ponsel barunya dan mengirimkan denah lokasi ke nomor Chanyeol. Ia pikir jika lelaki itu hanya mengandalkan lokasi Lalice saja tak akan berhasil.

Setelah mengirimkan denah lokasi So Jisub kepada Chanyeol dan melempar ponsel barunya asal, Lalice segera keluar dan menatap jalanan menanjak di hadapannya. Jalan itu berukuran sangat kecil. Selain itu, posisinya sangat menanjak hingga mobil atau kendaraan lain tak akan bisa melewatinya. Untuk berjalan kaki saja mungkin harus membutuhkan usaha lebih.

"Aku akan menjemput kalian. Tunggu aku."

Lalice berpegangan pada pohon-pohon disekitarnya agar tidak terpeleset. Saat berpijak di jalan kecil bebatuan itu ia beberapa kali hampir terperosok karena licin.

Setelah berusaha cukup lama, ia berakhir di ujung jalan. Memandang sekitar yang hanya terdapat pohon-pohon besar serta tak ada jalan lain disana.

Membuka ponsel lamanya, Lalice kembali memahami denah lokasi itu. Ia kemudian kembali melangkah mengikuti petunjuk.

Gadis berambut itu terus melangkah, pohon dan semak-semak yang ada disana membuat Lalice tak bisa menerka-nerka apa yang akan ia temui di depan sana.

Sampai akhirnya dengan napas terngah, Lalice mendapati sebuah bangunan tua yang kini dijaga oleh beberapa orang berpakaian hitam.

Perjalannya memakan waktu cukup lama. Selain itu tenaganya yang memang tidak sebaik dulu membuat Lalice benar-benar kelelahan sekarang. Tapi di satu sisi ia tak bisa berhenti.

Hendak melangkah mendekati bangunan yang jaraknya masih cukup jauh itu, Lalice dikagetkan dengan keberadaan beberapa orang di sekelilingnya.

Tanpa mengatakan apapun, kelompok orang itu melayangkan pukulan padanya. Lalice segera menghindar, dan berusaha melawan beberapa lelaki yang ia yakini adalah orang-orang So Jisub itu.

Bugh!

"Argh!" Lalice tersungkur, ketika sebuah balok kayu menghantam kepala belakangnya.

Pandangan gadis itu seketika menjadi buram, dan mereka yang mengelilingi Lalice segera menyeret gadis itu dengan kasar menuju bangunan tua milik So Jisub.

Setelah langkahnya yang terus dipaksakan, tubuh itu dihempaskan hingga Lalice tersungkur tepat di depan sepasang sepatu mengkilap milik sesosok pria.

"Lili!" Gadis berambut abu itu kemudian mengepalkan tangannya tatkala suara sang kakak meneriakkan namanya dengan panik.

"Akhirnya aku bisa menemuimu lagi." Sungguh, Lalice bahkan tak sudi untuk mendengar suara itu.

Ia berusaha bangkit berdiri walau kepalanya berdenyut karena ia tak mau bersujud pada lelaki itu. Saat hendak melayangkan pukulan pada wajah So Jisub, beberapa orang sigap menahan tubuhnya.

"Jangan sentuh adikku! Lepaskan tangan kotor kalian dari tubuhnya, sialan!" Jisoo berteriak sekuat tenaga hingga wajahnya memerah.

Ingatan gadis itu kembali terlempar pada waktu Lalice pernah sekarat di pangkuannya. Pelaku Penyebab kejadian itu terjadi kini ada dihadapan mereka. Jisoo sungguh takut hal itu terulang lagi.

"Lihatlah, kau tampaknya benar-benar beruntung karena mendapatkan orang-orang yang sayang padamu seperti itu." So Jisub tersenyum tipis.

Sedangkan Lalice berusaha untuk tidak menatap tiga gadis yang terikat oleh rantai di ruangan itu. Lalice hanya tak mau menjadi lemah. Ia harus melawan So Jisub sebisa mungkin sebelum bantuan datang.

"Tapi apakah kau juga menyayangi mereka?" Pertanyaan itu bagai lelucon untuk Lalice. Jika ia tak menyayangi mereka, untuk apa Lalice harus pergi ke sarang harimau seperti ini?

Bitter ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum