Bitter : 19. Worried

7.8K 1.2K 88
                                    

Awalnya, Jungkook ingin langsung mengantarkan Lalice ke apartemen gadis itu. Namun karena Lalice bilang jika ketiga temannya yang lain masih ada di kantor bawah tanah, Jungkook mengganti arah tujuan mereka.

Tampaknya juga, mereka memang harus berdiskusi masalah pengintaian hari ini yang tak membuahkan kasih sedikit pun. Tapi setidaknya, ada satu hal yang mereka dapat.

Mendengar langkah kaki mendekat, Jisoo, Jennie, dan Rosé segera menoleh ke arah pintu. Mereka bisa bernapas lega karena Lalice kini berjalan di samping Jungkook dalam keadaan baik-baik saja. Itulah yang mereka pikirkan sebelum akhirnya Jennie melihat sebuah perban melilit di tangan kanan milik Lalice.

"Ya! Chanyeol-ssi!" Jennie bukanlah orang yang dengan mudah melupakan ucapannya. Maka setelah melihat tangan Lalice yang tak baik-baik saja, keinginannya untuk membunuh pemuda Park itu semakin menggebu-gebu.

Namun sebelum dia berhasil menggapai tubuh jangkung Chanyeol, tangan Lalice terlebih dahulu menangkap lengannya.
"Bisa kita membahas sesuatu?"

Melihat tatapan serius Lalice, Jennie memilih mengangguk. Dia akan marah nanti, tapi sepertinya saat ini ada yang jauh lebih penting dari kemarahannya. Lalice dan Jungkook tentu pasti membawa sesuatu yang penting mengenai misi mereka.

"Aku dan Lalice tidak mendapatkan apa pun." Ungkapan Jungkook itu mampu membuat semua orang disana mendesah kecewa. Mereka pikir, kedua remaja itu akan membawa sesuatu yang penting setelah seharian mengintai. Rasanya sangat percuma mereka menunggu Lalice dan Jungkook kembali.

"Itu karena kau membawa dia. Jika saja kau mengajak yang lain, pasti akan lebih berguna."

Jika saja sedang tidak dalam keadaan serius, Lalice mungkin akan menembak kepala Yoongi saat ini juga. Lelaki dingin yang memiliki ucapan pedas, dan Lalice sangat muak dengan manusia seperti itu.

"Min Yoongi! Sudah kuperingatkan untuk tidak menjatuhkan teman timmu sendiri. Jika kau seperti ini, kita tak akan bisa menjalankan misi dengan sempurna." Namjoon angkat suara. Sebagai wakil ketua, tentu dia tak akan membiarkan salah satu anggotanya berlaku semena-mena.

"Tapi saat dalam perjalan pulang, kami mencurigai sesuatu." Lanjut Jungkook yang kini mulai saling pandang dengan Lalice. Membiarkan teman-teman mereka kini di landa kebingungan.

"Apa berhubungan dengan luka yang Lalice dapat?" tanya Chanyeol tak sabaran.

Jungkook mengangguk.
"Kami... Melihat Kim Junmyeon dihadang beberapa orang berbaju hitam di jalan."

Lalice bisa melihatnya, jika kini Jennie tampak menegang. Sebenarnya bukan hanya Jennie. Tapi Jisoo juga bereaksi seperti itu. Biar bagaimana pun, mereka masih memiliki ikatan persaudaraan. Jadi wajar saja.

"Kau mencurigai orang-orang itu adalah anak buah So Jisub?" tanya Chanyeol memastikan.

"Nde. Tapi aku--"

"Aku yakin."

Dengan cepat, Lalice memotong kalimat Jungkook. Karena dia tahu, lelaki itu tak yakin pada dugaannya sendiri. Berbeda dengan Lalice yang sangat yakin jika orang-orang itu memang suruhan So Jisub.

"Di kertas yang kau berikan saat itu, tertulis identitas rahasia para pengikut So Jisub. Sebuah tattoo berbentuk infinity dengan titik hitam besar di tengahnya. Dan lelaki yang hendak menikam Kim Junmyeon memiliki itu." Jelas Lalice yakin. Karena nyatanya dia bisa melihat dengan jelas tattoo yang ada di pergelangan tangan pria itu saat dia menahan pisau yang dilayangkan untuk Kim Junmyeon.

Semuanya terdiam. Kali ini, mereka semua lebih pada rasa khawatir terhadap Jennie. Karena yang tadi menjadi sasaran percobaan pembunuhan itu adalah Ayahnya. Pasti ada rasa di dalam diri Jennie untuk menghampiri sang Ayah dan melihat keadaannya. Tapi dia tak bisa.

Bitter ✔Where stories live. Discover now